Jembatan Kereta Api BH 474 Sungai Comal Lintas Semarang- Cirebon Permasalahan erosi lokal di sekitar pilar jembatan

dokumen-dokumen yang mirip
GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

GERUSAN LOKAL 8/1/14 19:02. Teknik Sungai

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan adalah suatu konstruksi yang menghubungkan dua bagian jalan

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

Dalam pelaksanaan bangunan atas jembatan kereta api

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

Jembatan Srandakan. Penurunan Pilar Jembatan akibat Degradasi Dasar Sungai dan Erosi Lokal

LOKASI BH 140 (35+782)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Jalur Kereta Api Utama Di Pulau Jawa I Latar Belakang

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

BAB III LANDASAN TEORI

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan serta trotoar.

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga untuk memperpendek serta mempersingkat lintasan maka dibutuhkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam

BAB I PENDAHULUAN. lembah, sungai, saluran irigasi, jalan kereta api atau rintangan lainnya sehingga

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

KODE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

Stabilitas lereng (lanjutan)

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

BAB III METODOLOGI. Bab III Metodologi 3.1. PERSIAPAN

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

C A C A T DAN KEGAGALAN KONSTRUKSI Ir Sumardjito, MT.

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

PENGHARGAAN KARYA KONSTRUKSI INDONESIA TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

KODE-KODE LAPORAN INVENTARISASI JEMBATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

ADENDUM DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR Perencanaan Box Culvert Untuk Penanganan Kerusakan Jembatan Citepus Pada Ruas Jalan Padjadjaran Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Jembatan Pagotan Pacitan, pondasi tiang pancang, pondasi sumuran.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR TUJUH LANTAI DI PONTIANAK. Arikris Siboro 1), M. Yusuf 2), Aryanto 2) Abstrak

FORM INSPEKSI DAN PENELUSURAN SUNGAI DAN PRASARANA SUNGAI (Dikutip dari : TATA OP SUNGAI DAN PRASARANA SUNGAI, Edisi 2015) CATATAN INPEKSI SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

PENGARUH SUNGAI PADA KERUSAKAN JALAN DAN JEMBATAN

Minggu 1 : Pengantar pondasi Minggu 2 : Eksplorasi tanah Minggu 3 : Parameter pendukung pondasi Minggu 4 : Tipe keruntuhan Minggu 5 : Daya dukung

REKAYASA JALAN REL. MODUL 6 : Tanah dasar, badan jalan dan Drainase jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Teori Umum

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BOX CULVERT PADA PROYEK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI SALURAN SEMOLOWARU KOTA SURABAYA

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

PENGUJIAN MODEL FISIK BANGUNAN PENGENDALI BENDUNG PAMARAYAN JAWA-BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kayu, jembatan baja, jembatan beton, dan jembatan komposit. Jembatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

Desa Kunir. Desa Karanggayam. Lokasi 4 Desa Kaliwungu. Lokasi 3 Desa Purwokerto. Jalan Nasional III. Desa Ngunut Lokasi 2. Lokasi 1.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGANTAR PONDASI DALAM

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL FISIK TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam Pada Aliran Subkritik)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN Maulana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Jembatan Kereta Api BH 474 Sungai Comal Lintas Semarang- Cirebon Permasalahan erosi lokal di sekitar pilar jembatan Foto: PT. Kereta Api (Persero) Teks: Is5arto

Semarang Cirebon 2

Kegagalan Jembatan BH 474 Pilar jembatan ambles (turun) Rabu, 20 Juni 2001» Jembatan turun akibat kegagalan pilar #1» Pilar #1 ambles, miring ke arah Cirebon» pk. 06:00 pilar turun 10 cm» pk. 18:00 pilar turun 188 cm Riwayat permasalahan» Gejala penurunan pilar #1 sudah dideteksi pada 1999 dan sudah ada upaya penanganan pada saat itu untuk mencegah kegagalan fungsi pilar» Pangkal jembatan pernah longsor akibat gerusan oleh arus di sungai pada 1986 dan telah ditangani dengan penggan5an pangkal jembatan serta upaya pencegahan gerusan dasar sungai dengan penempatan geogrid 3

Semarang Cirebon 4

Jembatan BH 474 (1898-1977) 1898 Dibangun oleh SCS (Semarang- Chirebon Stoom Tram Maatschappij) Struktur atas: rangka baja, bentang 2 60 m Pangkal jembatan: pasangan batu kali fondasi langsung Pilar jembatan: pasangan batu kali di atas fondasi sumuran 1977 Penggan5an struktur atas rangka baja 5

Jembatan BH 474 (1898-1977) Semarang Cirebon pangkal pas. bt. kali fondasi langsung pilar pasangan batu kali fondasi sumuran pangkal pas. bt. kali fondasi langsung 6

Jembatan BH 474 (rehab. 1977) Semarang Cirebon pangkal pas. bt. kali fondasi langsung pilar pasangan batu kali fondasi sumuran pangkal pas. bt. kali fondasi langsung 7

Jembatan BH 474 (1986-2000) 1986 Tebing di pangkal jembatan arah Cirebon longsor karena gerusan 1987 Penggan5an dan penggeseran pangkal jembatan arah Cirebon Pangkal jembatan beton, fondasi 5ang pancang Bentang jembatan menjadi 60+60+12 m Pilar #2 (pilar baru) beton, fondasi 5ang pancang Pilar #1 (pilar lama) dilindungi dengan turap baja (sheet pile) Perkuatan dasar sungai di arah Cirebon dengan bronjong batu kali (geogrid) 8

Jembatan BH 474 (rehab. 1987) Semarang Cirebon pangkal pas. bt. kali fondasi langsung pilar #1 pasangan batu kali fondasi sumuran pilar #1 diberi turap baja geogrid di dasar sungai pangkal beton fondasi 5ang pancang pilar #2 beton fondasi 5ang pancang 9

Cirebon Perpanjangan bentang 12 m di sisi Cirebon Pangkal jembatan di sisi Cirebon digeser karena tebing sungai tergerus dan longsor 10

[PT Kereta Api] pilar #1 diselimu5 dengan turap baja dengan maksud untuk menguatkan pilar [is5arto] selimut ini adalah cara penanganan yang!dak tepat, bahkan justru memperparah gerusan lokal (gerusan makin besar) karena: diameter pilar menjadi besar hambatan aliran bertambah 11

Jembatan BH 474 (1999-2000) 1999 Ada indikasi bahwa pilar atau pangkal jembatan bergerak Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa pilar #1 ambles di sisi hulu Telah di5ndak- lanju5 dengan penanganan 2000 Turap baja di pilar #1 bergerak dan 5mbunan sirtu di sekitar pilar #1 ambles Penambahan turap baja di sisi Semarang dan mengisikan sirtu tambahan di sekeliling pilar #1 Dilakukan sun5kan (grou9ng) Pengangkatan jalan rel dan perbaikan tumpuan (andas) baja 12

[PT Kereta Api] Pemancangan tambahan turap baja 12 m di sisi arah Semarang [is5arto] Sekali lagi, selimut turap ini malahan memperbesar risiko gerusan, gerusan bertambah dalam 13

Perkuatan selimut turap baja dengan menambahkan turap baja 14

Penyiapan sisi dalam selimut untuk pekerjaan grou5ng 15

Pelaksanaan pekerjaan grou5ng 16

Pelaksanaan pekerjaan grou5ng 17

Sisi dalam selimut setelah grou5ng dikerjakan 18

Jembatan BH 474 (2001) 2001 Pantauan jembatan pada awal Juni menunjukkan adanya gerakan, pilar #1 turun 14 Juni 2001: pilar #1 ambles 9.5 cm 20 Juni 2001:» pk 06:00 pilar #1 ambles 10 cm» pk 18:00 pilar #1 ambles 188 cm Penanganan» menempatkan penopang sementara di kanan- kiri pilar #1» mengangkat jembatan» memasang penyangga di bawang gelagar, bertumpu pada penopang sementara» membongkar pilar #1 dan menggan5nya dengan pilar baru 19

Jembatan BH 474 pada 21 Juni 2001, setelah pilar #1 turun Semarang Cirebon 20

Semarang Cirebon penurunan pilar #1: 188 cm 21

Semarang Cirebon 22

23

24

Tumpuan sendi 25

Penanganan Jembatan BH 474 26

Pembuatan lantai kerja untuk konstruktsi penopang sementara 27

Pembuatan penopang sementara 28

Pembuatan penopang sementara 29

Pengangkatan jembatan 30

Pemasangan gelagar penyangga sementara 31

Cirebon Semarang 32

Pembongkaran pilar #1 33

Cirebon Semarang [PT Kereta Api] Jalan akses untuk pekerjaan pembongkaran pilar #1. [is5arto] Konstruksi jalan akses dengan hanya satu gorong- gorong kecil ini bukan metode kerja yang baik karena jalan akses ini membendung aliran sungai dan mengalihkan aliran ke kanan. Hal ini berisiko membahayakan tebing kanan sungai yang dapat tergerus. 34

Sumber Suwandi, 10 24 Jam di Comal akibat Amblesnya Pilar I BH 474, Subdit. Jalan Rel dan Jembatan, Kantor Pusat PT. Kereta Api (Persero), Bandung, disampaikan pada Pela5han Hidraulika Sungai, kerjasama PT. Kereta Api (Persero) Jurusan Teknik Sipil FT UGM, 2001. 35

36