TANYA JAWAB SEPUTAR FIQIH dan SURAT AL-FATIHAH Dr. Drs. Suprapto, M.Sc Tanya-1 Apakah dibolehkan melaksanakan mandi junub sekaligus merangkap mandi untuk shalat Jum at, mandi setelah habis masa haidh dan masa nifas? Jawaban-1 Barang siapa yang diwajibkan baginya untuk melaksanakan satu mandi wajib atau lebih, maka cukup baginya melaksanakan satu kali mandi wajib yang merangkap mandi-mandi wajib lainnya, dengan syarat dalam mandi itu ia meniatkan untuk menghapuskan kewajiban-kewajiban mandi lainnya, dan juga berniat untuk dibolehkannya shalat dan lainnya seperti Thawaf dan ibadah-ibadah lainnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw yang artinya: Setiap perbuatan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan bagian sesuai dengan yang diniatkannya. (Muttafaqun Alaih). Oleh karena yang hendak dicapai dari mandi hari Jum at bisa sekaligus tercapai dengan mandi junub jika bertetapan harinya. Tanya-2 Bolehkah mengunggulkan sebagian surat dalam Al- Qur an di atas sebagian surat yang lain? Demikian juga, bolehkah mengunggulkan sebagian ayat di atas sebagian ayat yang lain? Jawab-2 Benar, boleh mengunggulkan sebagian surat Al- Qur an di atas sebagian yang lain. Hal itu berdasarkan sabda Nabi SAW kepada Abu Sa id bin al-mu alla, Aku benar-benar akan memberikan kepadamu surat yang paling 24
agung di dalam Al-Qur an. Lalu Nabi SAW pun mengabarkan kepadanya bahwa itu adalah surat Al-Fatihah (HR. Bukhari). Selain itu, juga berdasarkan sabda Nabi SAW tentang surat Qul huwallahu ahad yang menyatakan, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-nya. Sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur an. (HR. Bukhari dari hadits Abu Sa id al-khudri radhiyallahu anhu). Adapun tentang ayat-ayatnya, maka boleh pula mengunggulkan sebagian ayat di atas sebagian yang lain. Nabi SAW bersabda kepada Ubay bin Ka ab radhiyallahu anhu, Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu manakah ayat yang paling agung di dalam Kitabullah yang ada bersamamu?. Dia menjawab, Aku katakan; Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qayyum. (QS. al-baqarah : 255). ayat itu ayat Kursi-, kemudian dia mengatakan, Maka beliau pun menepuk dadaku seraya mengatakan, Sungguh ilmu telah engkau serap dengan baik, wahai Abul Mundzir!. (HR. Muslim dari Ubay bin Ka ab radhiyallahu anhu). Tanya : Surat Al-Fatihah itu Makiyah atau Madaniyah? Jawab Surat al-fatihah adalah surat Makiyah menurut pendapat yang kuat di antara pendapat ahli ilmu. Firman Allah SWT (yang artinya), Sungguh Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang diulang-ulang dan sebuah Al-Qur an/bacaan yang sangat agung. (QS. Al-Hijr : 87). Ayat ini terdapat di dalam surat Al-Hijr, sedangkan surat Al-Hijr adalah surat Makiyah berdasarkan ijma (sebagaimana dinukil oleh al-qurthubi). Dan Nabi SAW sendiri pun telah menafsirkan bahwa tujuh ayat yang diulang-ulang dan Al-Qur an yang agung itu sebagai surat Al-Fatihah (HR. Bukhari). Demikian pula shalat diwajibkan di Mekkah, sedangkan Nabi SAW bersabda, Tidak sah 25
sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/surat Al-Fatihah. (HR. Bukhari dan Muslim) Tanya : Bisakah anda sebutkan sebagian nama yang dipakai untuk menyebut surat Al-Fatihah? Jawab : Sebagian di antara nama-nama tersebut adalah : o Fatihatul kitab, penamaan ini tidak diperselisihkan di kalangan ulama dikarenakan al-kitab/al-qur an memang dimulai dengannya, dan juga berdasarkan sabda Nabi SAW, Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/surat Al-Fatihah. (HR. Bukhari dan Muslim) o Ummul Kitab, hal itu sebagaimana disebutkan di dalam hadits Abu Sa id al-khudri radhiyallahu anhu, yang di dalamnya dia mengatakan, Dan tidaklah aku meruqyah melainkan dengan membaca Ummul Kitab. (HR. Bukhari dan Muslim). o Ummul Qur an, hal itu berdasarkan sabda Nabi SAW, Ummul Qur an itu adalah sab ul matsani -tujuh ayat yang selalu diulang-ulang- dan Al-Qur an yang agung yang dianugerahkan kepadaku. (HR. Bukhari). o Al-Hamdu atau Alhamdulillahi Rabbil alamin, hal itu berdasarkan ucapan Anas, Aku pernah shalat di belakang Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar. Mereka dahulu selalu membuka bacaan shalat dengan Alhamdulillahi Rabbil alamin. (HR. Bukhari dan Muslim) [Namun dalam menafsirkan ungkapan 'Alhamdulillah' di sini ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah bacaan Alhamdulillah, bukan nama bagi surat Al-Fatihah, lihat Shahih Muslim cet Darul Kutub Ilmiyah 1427 H, hal. 156. pen] o As-Shalah, hal itu berdasarkan hadits qudsi, Aku membagi shalat menjadi dua bagian antara Aku dengan 26
hamba-ku. Dan hamba-ku akan mendapat apa yang dimintanya. Apabila hamba itu mengatakan, Alhamdulillahi Rabbil alamin maka Allah ta ala mengatakan, Hamba-Ku memuji-ku. (HR. Muslim) o As-Sab ul Matsani wal Qur an al- Azhim, hal itu berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas (HR. Bukhari). o Ar-Ruqyah, karena Abu Sa id dahulu pernah meruqyah dengannya. o As-Syafiyah, sebab orang yang terkena sengatan binatang berbisa bisa sembuh dengan membacanya dengan izin Allah tentunya ADAB-ADAB BERTAMU 1. Memperbaiki Niat Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar dalam setiap amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk menunaikan hajatnya, juga ia niatkan untuk menyambung silaturahim dan mempererat ukhuwah. Sehingga, tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi agama dan dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan setiap orang tergantung pada apa yang ia niatkan (HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya). Ibnul-Mubarak berkata : 27
Betapa amal kecil diperbesar oleh niatnya dan betapa amal besar diperkecil oleh niatnya (Jaami ul-ulum wal- Hikam halaman 17 Daarul-Hadits). 2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin) Sebelum Bertamu Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena tidak setiap waktu setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali ia punya keperluan/hajat yang harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan sempit sehingga ia tidak bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari at. Betapa banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si tamu telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya hajat yang hendak ia tunaikan. Allah telah memberikan kemudahan kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi (surat, telepon, sms, dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan adab ini. 3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu Bertamu Adab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu bertamu. Tidak mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu dan melayani tamu. Setiap aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya, baik bagi yang bertamu maupun yang ditamui (tuan rumah). Apabila memang keperluannya telah usai, maka hendaknya ia segera berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan tidak memberatkan tuan rumah dalam pelayanan. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda : Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari maksud bepergiannya, maka hendaklah ia segera kembali menuju keluarganya (HR. Bukhari dan Muslim). 4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika Bertemu 28
Wajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak disenangi oleh setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan untuk bersikap lemah lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun tutur kata kepada setiap bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap orangorang yang beriman. Dia telah berfirman : Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman (QS. Al-Hijr : 88). Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata : [ }] Maksudnya bersikap lemah lembutlah kepada mereka sebagaimana firman Allah ta ala : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang beriman (QS. At-Taubah : 128). DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Quran dan Terjemahnya 2. http://myquran.org/forum/index.php/topic,14115.0.html 3. Shahih Al-Bukhari 4. Shahih Muslim 5. Tafsir Ibnu Katsir 29