AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MASJID AGUNG PADANG BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

MASJID RAYA SUMATERA BARAT PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG PARIAMAN

MASJID AGUNG PADANG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN / SKRIPSI SEMESTER I TAHUN 2007/ Oleh IRFAN WAHYUDI

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing.

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

MASJID JABALUL KHOIR PURWODADI SEBAGAI MASJID MODERN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat begitu juga dengan teknologi

MUSEUM DIRGANTARA AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008. Oleh : Arvin Kustiawan

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

TUGAS AKHIR (TKA 490) MASJID RAYA JOHOR ARSITEKTUR ISLAM

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

Khutbah Jum'at. Memakmurkan Masjid. Bersama Dakwah 1

masjidlah Rasulullah membina generasi pertama Islam. Maka pertanyaan tentang keterlibatan masjid kampus dalam pusat perkembangan Islam, adalah

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI C NOMOR 03

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR : 1 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG KEWAJIBAN PANDAI MEMBACA AL-QURAN BAGI ANAK SEKOLAH DAN CALON PENGANTIN

MASJID BESAR KOTA SALATIGA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

Materi PAI. Bab IX Meneladani Perjuangan Rasulullah Saw di Madinah. Oleh Yuliandre

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PANDAI BACA TULIS HURUF AL- QUR AN BAGI MURID SD, SISWA, SLTP, SLTA, DAN CALON PENGANTEN

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Sudirman Green Office

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan adalah perempuan-perempuan Anshar, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk mendalami agama.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AL-QUR'AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB III METODE PERANCANGAN. ide yang mendasari dilakukannya perancangan tersebut, hingga konsep rancangan

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, dan keunikan lainnya. Bukittinggi juga dikenal dengan julukan kota Jam

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APARTEMEN DI GEDEBAGE

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pariwisata dan persaingan global, serta kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Masjid Dengan Konsep Eco Desain Di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan mencapai 60% per tahun (Halim, 2012). ini menurut Tajuddin M. Rasdi dalam bukunya Rekabentuk Masjid Sebagai

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 8 TAHUN 2013

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda-beda dalam menciptakan pakaian itulah yang disebut mode.

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

Pendidikan Agama Islam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 4 TAHUN 2008 T E N T A N G NAGARI

BAB I PENDAHULUAN. tersebar di berbagai pemukiman masyarakat muslim, maka masjid adalah

[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN TENTANG JUMAT KHUSYU. [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda.

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah provinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium adat basandi syara, syara basandi kitabullah (ABS-ABK)¹. Oleh karena itu sejak dulu sampai sekarang, masjid sebagai representasi kehidupan merupakan salah satu ikon budaya yang penting. Masjid tidak saja dapat dijadikan ukuran dari keberhasilan masyarakat suatu wilayah/nagari², tetapi sekaligus sebagai sebuah kebanggaan masyarakat di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai sekarang, setiap orang Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di rantau selalu bergairah dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, Masjid menjadi sentra kegiatan sosial kemasyarakatan. Di dalam adatnya disebutkan, sebagai salah satu syarat bagi sebuah nagari antara lain adalah babalai bamusajik. Adanya balai tempat bermusyawarah Ninik Mamak dan adanya masjid untuk aktivitas keagamaan dan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan berikutnya dengan pesatnya perkembangan kota dalam wilayah Sumatera Barat, mempunyai dampak tersendiri pula. Nagari-nagari yang masing-masingnya memiliki masjid kini beralih pula pada setiap kota mendirikan masjid. ¹Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah adalah adat atau norma hukum yang dipakai nenek moyang orang Minangkabau yang berdasarkan kepada ajaran syarak. Sendi artinya dasar atau pondasi yang kuat. Sedangkan syarak, maksudnya ajaran agama Islam yang berdasarkan Qur an dan Hadits Rasulullah Muhammad SAW serta hukum alam, hukum alam takambang jadi guru. Adat dan Syarak tidak lagi dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Artinya adat tidak bertikai dengan syarak, syarak tidak bertikai dengan adat. ²Nagari merupakan wilayah administratif. Pemerintahan Nagari sekaligus merupakan wilayah hukum adat di Sumatera Barat. Pemerintahan Nagari tersebut bersifat otonom dan sangat demokratis. Irfan Wahyudi - 15202029 1

Walaupun belum menyeluruh, tetapi pemerintah telah berusaha ke arah itu, mendorong masyarakat kota mendirikan masjid-masjid yang representatif dengan fasilitas yang memadai untuk melengkapi sebuah kota. Begitu juga dengan Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat sudah sepatutnya mempunyai masjid yang representatif dengan fasilitas-fasilitas umat yang memadai. Fasilitas-fasilitas ini dapat berupa fasilitas pendidikan maupun fasilitas komersil dan sosial. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema 1.2.1 Masjid, Makna dan Fungsinya Arti harfiah Masjid yang berasal dari bahasa Arab adalah : tempat sujud, tempat shalat (Arab : Masjidu). Dapat diartikan pula sebagai tempat untuk melakukan Ibadah dalam arti sangat luas. Karena sujud saja sudah merupakan pengakuan Ibadah yang menunjukkan pernyataan pengabdian lahir yang sangat dalam. Kalau berbicara tentang gedung yang diistilahkan dengan masjid dalam addin Islam, pengertian tempat shalat saja tidaklah seluruhnya benar, karena Tuhan telah menjadikan seluruh jagad ini masjid, tempat sujud, seperti yang diuraikan dalam Hadits Bukhari (7:1) bahwa Nabi Muhammad SAW berkata : Seluruh Jagad telah dijadikan bagiku masjid (tempat sujud). Ini maksudnya adalah bahwa sujud kepada Tuhan tidak terikat pada tempat. Sujud adalah pengakuan ibadah, yaitu pernyataan pengabdian lahir yang dalam sekali. Sujud kepada Tuhan tidak mengenal tempat, setiap muslim mempunyai kedudukan dan tingkatan yang sama dihadapan Tuhan. Jika telah tiba waktunya, dimanapun setiap muslim berada, boleh melakukan shalat asalkan tempatnya bersih. Pengertian bersih adalah bersih dari syirik secara lahir dan bathin, bersih seperti sikap jiwa dan jasmani yang telah disucikan untuk melakukan shalat. Makna masjid juga bukan tempat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa saja, didalamnya terkandung tujuan yang lebih luas, guna menghimpun kekuatan sosial muslim dalam menegakkan tiang Islam serta persatuan diantara umat Islam, secara lahir bathin dalam menjalankan ajaran Islam bagi kepentingan kehidupan dunia akhirat.¹ ¹ Sidi Gazalba, Masjid : Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (hal 117) Irfan Wahyudi - 15202029 2

1.2.2 Masjid Sebagai Tempat Ibadah Ibadah adalah manifestasi atau pernyataan pengabdian Muslim kepada Tuhan. Mengabdi kepada Tuhan dengan menaati perintahnya, meninggalkan larangannya seperti yang ditunjukkan oleh WahyuNya (Al Qur an) dan oleh utusannya (sunnah Rasul-Hadits). Ia adalah bentuk lahir agama, yang bersumber pada bentuk bathin. Jiwa Islam adalah Iman. Yang dimaksud Iman adalah yakin kepada Allah, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab Suci, Rasul-Rasul Allah, yakin pada Hari Kemudian, dan qadar baik dan buruk berasal dari Allah.¹ Iman dilahirkan dari tauhid. Orang yang memiliki Iman dalam jiwanya menjadi Mu min. Iman yang pasif dalam jiwa digerakkan, dipraktekkan oleh Mu min dengan mengamalkan Arkanul Islam. Diucapkannyalah ikrar keyakinan, didirikannya shalat, dikerjakannya puasa, diberikannya zakat dan menunaikan ibadah Haji. Maka Mu min itu menjadi Muslim. Shalat sebagai ibadah dilakukan karena Allah, tetapi efeknya adalah untuk diri sendiri yaitu pembentukan taqwa dalam jiwa. Dengan azannya muadzin memanggil muslim datang ke masjid untuk shalat. Seluruh Muslim yang mendengar adzan itu wajib datang shalat berjamaah ke dalam masjid. Sekalipun ia buta, namun kewajiban itu tetap ada padanya (Muslim : 403). Wajiblah ia berusaha dengan cara bagaimanapun untuk hadir shalat berjamaah di dalam masjid. Disamping sebagai sarana ibadah bagi umat muslim, masjid juga dijadikan sebagai tempat bertemunya saudara sesama muslim yang lahir dari berbagai latar belakang suku, bangsa maupun negara, sehingga terbentuklah ikatan persaudaraan (ukhuwah) sesama muslim. Ikatan itu bukan berasal dari kebutuhan bersama dari warga kesatuan sosial itu, tapi ia adalah efek dari ibadah, yang memancar dari masjid. Oleh karena itu jelaslah kedudukan masjid tidak hanya sebatas sarana ibadah kepada Allah SWT, tetapi kepentingan shalat berjamaah di Masjid itu adalah untuk ikatan sosial yang teguh.² ¹ Sidi Gazalba, Masjid : Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (hal 17) ²Sidi Gazalba, Masjid : Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (hal 150) Irfan Wahyudi - 15202029 3

1.2.3 Tingkatan Masjid Dalam musyawarah Masjid daerah tingkat I DKI Jakarta pada tanggal 3-4 Agustus 1974 didasarkan beberapa pendekatan yaitu : jumlah penduduk muslim di lingkungan masjid berada; luas bangunan masjid; daya tampung yang dicapai masjid tersebut dan situasi tingkatan bentuk pemerintahan dari pusat sampai daerah, maka masjid dikelompokkan sebagai berikut : 1. Langgar/ Mushala Langgar dapat dikatakan masjid kecil (di Sumatera Barat disebut Surau), biasa terdapat dilingkungan perumahan atau pedesaan (RW). Karena lingkup pelayanannya di daerah perumahan umumnya maka langgar sudah dapat digunakan shalat jum at. Kapasitas langgar 100 500 jamaah. Mushala merupakan tempat untuk beribadah yang dapat terletak di rumah tinggal maupun di tempat-tempat umum (kantor, perbelanjaan dan sebagainya). 2. Masjid biasa/ kampung Pengertiannya sama dengan langgar. 3. Masjid besar di Kelurahan/ Kecamatan Dalam hal ini sudah dapat mewakili kecamatan yang bersangkutan, karena masjid ini selain digunakan untuk menampung shalat jum at, juga dapat menampung shalat berjamaah pada hari besar (Idul Fitri/ Idul Adha). Masjid ini berkapasitas di antara 1000 2000 jamaah. 4. Masjid Agung di Kabupaten/ Kotamadya Masjid ini merupakan masjid terbesar di Kabupaten/ Kotamadya sehingga bangunan masjid ini merupakan salah satu bangunan yang mendukung potensi kabupaten/ kotamadya. Karena bangunan masjid agung ini mempunyai ciri kedaerahan/ kekotaan, maka lingkup pelayanannya merata ke semua arah penjuru daerah/ kota. Kapasitasnya diatas 2000 jamaah. 5. Masjid Raya Masjid ini merupakan masjid terbesar di Wilayah Pemerintahan Tingkat I Provinsi dan menjadi kebanggaan rakyat ataupun pemerintah setempat. Karena sifatnya dan ciri kebanggaan tersebut, maka kapasitasnya meliputi 3000 5000 jamaah atau lebih. Irfan Wahyudi - 15202029 4

Yang terbesar dalam suatu negara disebut sebagai Masjid Negara. Di Indonesia adalah Masjid Istiqlal. Karena besar dan luasnya, penggunaan sehari-hari kurang menonjol. Biasanya digunakan pada hari-hari besar yang dikunjungi jamaah dari presiden hingga rakyat. 1.3 Tujuan Perancangan Barangsiapa mendirikan masjid karena Allah, maka Allah akan membuatkannya rumah di surga (HR Muslim : 324) Sebagaimana acuan Budaya Minangkabau selama ini, bahwa Masjid merupakan salah satu representasi dari pengalaman ABS-SBK, keberadaan masjid di Sumatera Barat tidak dapat dilepaskan dari akar budaya masyarakat Minangkabau itu sendiri. Dengan demikian, membangun masjid agung yang representatif yang mampu menampung berbagai macam aktivitas masyarakat Minangkabau baik itu sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat pengembangan kegiatan sosial budaya masyarakat Minangkabau di Kota Padang mempunyai dua sisi penting; sisi keagamaan serta adat dan budaya. Oleh karena itu, tiga institusi kemasyarakatan yang dimiliki masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan istilah tali tigo sapilin yang terdiri dari Ninik Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai, mempunyai peran yang strategis tidak saja dalam pembangunan fisiknya, tetapi terlebih utama adalah pemeliharaan dan pengembangan berbagai kegiatannya secara simultan. Masjid Agung Padang yang akan dibangun diharapkan menjadi sebuah masjid yang representatif, yang dapat memenuhi berbagai keperluan umat, baik sebagai sentra aktivitas keagamaan, adat dan budaya, kemaslahatan umat dan sekaligus kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. Oleh karena itu Masjid Agung Padang diharapkan dapat mencerminkan penjabaran dan pengamalan dari filosofi adatnya ABS-SBK, keterpaduan ketiga institusi (tali tigo sapilin); Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai. Ninik Mamak adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang dijadikan pemimpin bagi kaumnya. Ia adalah orang yang dihormati dan diberikan gelar datuk. Alim Ulama adalah laki-laki di Minangkabau yang mengetahui tentang ilmu agama. Alim Ulama lah yang membimbing rohani untuk jalan ke akhirat karena adat di Minangkabau itu adat Islami. Sedangkan Cadiak Pandai dalam Minangkabau adalah orang terpelajar yang selalu mencari Irfan Wahyudi - 15202029 5

kebenaran dan berusaha menegakkan kebenaran di tengah masyarakat, dapat memanfaatkan ilmunya untuk kemajuan masyarakat nagari. Disamping berbagai persyaratan tersebut diatas, pengurus harus mampu membiayai berbagai kegiatan dalam rangka merealisasikan kondisi ideal tersebut. Untuk tujuan tersebut sudah sepatutnyalah Masjid Agung Padang tersebut mempunyai sumber-sumber pemasukan yang tetap yang memungkinkan pengurus bekerja secara mandiri tanpa tergantung pada Pemerintah Daerah. Pengadaan kegiatan-kegiatan dan menyewakan fasilitas-fasilitas umum yang ada di kawasan Masjid merupakan salah satu cara untuk merealisasikan tujuan tersebut. Secara fisik, aktivitas dan pengelolaan Masjid Agung Padang ini haruslah mencerminkan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakatnya, dapat merespon lingkungannya serta dapat menjadi kebanggaan masyarakat kota Padang khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya 1.4 Permasalahan Perancangan Masalah fungsi dan kegiatan Bagaimana menciptakan kawasan Masjid Agung Padang yang nyaman dari segi fungsi dan inklusif dalam pengertian dapat dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat kota Padang khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya. Bagaimana menciptakan kawasan Masjid Agung Padang yang mampu mewadahi seluruh aktivitas pengguna dan pengunjung dengan baik. Bagaimana menciptakan pola sirkulasi dan kegiatan pengunjung maupun pengguna yang baik agar terjadi harmonisasi antar ruang dan tidak mengganggu aktivitas ritual. Masalah bentuk Bentuk bangunan menggunakan konsep arsitektur Islam secara umum dengan mempertimbangkan karakteristik unsur-unsur kebudayaan Minangkabau yang termanifestasi melalui bentuk bangunannya dan konsep-konsep arsitekturnya. Perencanaan dan perancangan arsitektur Masjid Agung Padang yang berkarakter dan menjadi kebanggaan masyarakat kota Padang khusunya dan Sumatera Barat pada umumnya. Bentuk bangunan diupayakan merespon kondisi eksisting dan ramah lingkungan sesuai dengan konsep arsitektur islami. Irfan Wahyudi - 15202029 6

Masalah suasana AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN Bagaimana agar suasana yang tercipta melalui aktivitas sosial dan kultural tidak mengganggu aktivitas ibadah. Bagaimana agar kawasan Masjid Agung Padang ini dapat menjadi urban oase bagi masyarakat kota Padang di tengah hiruk-pikuk kota sehingga tempat ini menjadi hidup dengan aktivitas yang terjadi di dalamnya. 1.5 Pendekatan Perancangan 1.5.1 Studi Literatur Studi literatur untuk mengetahui sejarah perkembangan kasus baik di daerah lokasi kasus maupun dengan membandingkan dengan kasus yang sama di daerah yang berbeda agar mampu menarik suatu perbandingan atau perbedaan antara kasus dengan dearah yang berbeda. Mengetahui dan mempelajari bagaimana corak suatu daerah mempengaruhi ciri khas arsitektur bangunannya. Mempelajari aspek-aspek teoritis berkaitan dengan tema baik melalui pustaka maupun referensi dari kasus serupa yang sudah ada sebelumnya untuk dipakai sebagai input dalam merumuskan suatu program ruang sesuai dengan tema perancangan. 1.5.2 Pengamatan Lapangan Mendapatkan informasi berupa data-data fisik berupa luas dan ukuran lahan dan bangunan maupun data-data non fisik berupa kondisi lingkungan, potensi lokasi dan halhal yang mempengaruhi perancangan. Mempelajari kondisi lapangan agar dapat menganalisis kesesuaian kondisi lahan dengan konsep dan tema rancangan karena tidak semua lokasi relevan dengan konsep dan tema rancangan. 1.5.3 Studi Banding Membuat suatu perbandingan akan kebutuhan atau aktivitas yang didapat melalui hasil penelaahan contoh-contoh Masjid Agung baik yang ada di Sumatera Barat sendiri maupun Masjid Agung di daerah-daerah lainnya atau kasus dengan tema dan kebutuhan Irfan Wahyudi - 15202029 7

serta aktifitas yang akan ada di dalam perancangan Tugas Akhir. Studi banding dilakukan untuk membandingkan desain-desain yang ada kemudian mempelajari kelebihan dan kekurangannya sehingga diperoleh desain yang baik dan tepat. Melakukan perbandingan dengan contoh kasus dengan tema sejenis sehingga diketahui bagaimana perilaku mempengaruhi pola kegiatan kawasan Masjid Agung Padang. 1.6 Sistematika Laporan Bab I Pendahuluan Pendahuluan merupakan uraian tentang latar belakang, pemahaman judul dan tema, tujuan perancangan, permasalahan perancangan, pendekatan perancangan dan sistematika laporan. Bab II Data Awal Proyek Data Awal Proyek terdiri dari uraian tentang lokasi, peraturan dan standar yang digunakan, pemahaman tipologi bangunan, tinjauan teori yang berhubungan serta kriteria rancangan yaitu aspek yang harus dipenuhi dan nantinya akan dijadikan tolak ukur keberhasilan rancangan. Bab III Analisis Analisis berisi tentang analisis tapak, analisis kegiatan/ fungsional, analisis pemakai, analisis ruang dan bentuk, analisis struktur dan utilitas bangunan dan kebutuhan ruang. Bab IV Konsep Konsep merupakan uraian tentang ide awal/ conceptual ideas; konsep tapak : pengelompokan fungsi, pencapaian, sirkulasi luar bangunan, penataan massa, pembentukan ruang luar; konsep bangunan : selubung bangunan, material, penampilan bangunan, pola ruang, ruang dalam, arsitektur tropis; konsep struktur : sistem struktur, struktur vs arsitektur, detail konstuksi, cara membangun; dan konsep utilitas : drainase tapak, penyaluran air hujan, ventilasi/ pengkondisian udara, akustik, elektrikal, plumbing. Bab V Hasil Rancangan Hasil rancangan merupakan penjelasan penerapan konsep pada desain dan hal-hal yang menentukan hasil rancangan. Irfan Wahyudi - 15202029 8