BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran PKn di sekolah menghadapi sejumlah masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi dan wawancara dengan guru Pendidikan. Kewarganegaraan di SMK Negeri 12 Bandung khususnya kelas X KBPU 2

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggungjawab

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa, salah satu upayanya adalah dengan pemilihan strategi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

UCEJ, Vol. 2 No. 1, Desember 2017, Hal Untirta Civic Education Journal ISSN : e-issn :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PKn kelas VII D di SMP

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari proses kebudayaan dalam arti bahwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

NUR ENDAH APRILIYANI,

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memahami yang diajarkan.pendidikan harus mendapat perhatian baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic Skill (kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. didik dengan tujuan membentuk kepribadian unggul, yaitu kepribadian yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti di Kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta, bahwa permasalahan yang dialami oleh guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam proses pembelajaran adalah rendahnya penguasaan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa, yaitu kemampuan menganalisis serta merespon terhadap berbagai persoalan yang menyangkut Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta kurangnya partisipasi siswa dalam pemberian argumentasi baik pada saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung maupun dalam menjawab pertanyaan (soal-soal) yang diajukan oleh guru. Hal tersebut terlihat pada hasil perolehan nilai ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Siswa Kelas X.4 Interval Nilai Frekuensi Persen (%) 38-44 2 6 45-51 7 23 52-58 6 19 59-65 9 30 66-72 4 13 73-79 2 6 80-86 1 3 Total 31 100 Sumber: Dokumen Guru PKn, 2008.

2 Dari tabel di atas, hanya 3% siswa yang memperoleh nilai 80-86, mayoritas siswa memperoleh nilai 59-65 yaitu sebanyak 30%. Keadaan demikian dirasakan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai kendala dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yaitu dalam membina siswa menjadi warga negara yang baik, demokratis, bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal itu sejalan dengan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Depdiknas (2006: 2) yaitu: Sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang baik (to be good citizenship), cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam membentuk warga negara yang baik, diperlukan penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang saling berkaitan satu sama lain. Menurut Branson yang dikutip oleh Winataputra dan Budimansyah (2007: 186) terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu: pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak kewarganegaraan (civic dispositions).

3 Pernyataan tersebut sejalan dengan konsep Benjamin S. Bloom (dalam Djahiri, 1985: 14) tentang pengembangan kemampuan siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yaitu: Ranah kognitif meliputi: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisa, (5) sintesa, dan (6) evaluasi. Ranah afektif meliputi: (1) penerimaan, (2) respon, (3) menilai, (4) mengorganisir, dan (5) karakterisasi/mempribadikan, sedangkan ranah psikomotor meliputi: (1) persepsi, (2) kesiapan/kesediaan, (3) imitasi/peniruan, (4) peningkatan/penyempurnaan penyesuaian, dan (5) orisinalisasi/penciptaan. Berkaitan dengan hal di atas, cakupan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) menyangkut kemampuan akademik yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral termasuk ke dalam ranah kognitif. Kompetensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills) meliputi keterampilan intelektual (keterampilan berpikir kritis) dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk ke dalam ranah psikomotor, sedangkan kompetensi watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions) yang merupakan materi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) termasuk ke dalam ranah afektif. Dimensi ini dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Siswa yang mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) perlu dibekali dengan berbagai kompetensi, agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang. Namun berdasarkan pengalaman di lapangan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tintin Rosmala Dewi Tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Penggunaan

4 Metode Pemecahan Masalah terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran PKn terdapat masalah problematis yang muncul dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), di antaranya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sejauh ini baru sampai pada pengembangan komponen pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang lebih menitikberatkan kepada kemampuan akademik, sedangkan komponen keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang meliputi keterampilan intelektual (keterampilan berpikir kritis) dan keterampilan partisipasi belum terlaksana secara optimal, sehingga hasil yang diperoleh siswa hanya mengetahui dan menghapal teori serta konsep, tanpa dapat menganalisis, mengkritisi serta mengaplikasikan ke dalam tindakan bermakna melalui partisipasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut menegaskan bahwa keterampilan kewarganegaraan (civic skills) sangatlah penting untuk dikembangkan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tidak dapat dipungkiri, penggunaan metode pembelajaran yang monoton pun menjadi salah satu faktor penyebab kurang tergalinya keterampilan kewarganegaraan (civic skills) pada siswa. Penggunaan metode ceramah yang terkesan dogmatis dan doktriner membuat siswa pasif dan kurang terlatih untuk berpikir kritis-analitis-argumentatif. Keberhasilan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak lepas dari komponen-komponen yang terlibat di dalamnya baik siswa, guru, bahan ajar, alat dan metode yang digunakan, serta lingkungan belajar. Di antara komponen-komponen tersebut, komponen guru mempunyai peranan yang sangat

5 besar dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran, baik dalam pembuatan perencanaan pengajaran, pemilihan bahan ajar, pemilihan media dan metode, maupun evaluasi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka diperlukan sebuah metode untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi kesulitan guru di kelas khususnya dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa yang terdiri atas keterampilan berpikir kritis serta keterampilan partisipasi siswa dalam memecahkan beragam permasalahan yang terjadi di masyarakat. Metode tersebut adalah metode pemecahan masalah, seperti yang dikemukakan oleh Djahiri (1983: 133), yang dikutip oleh Tintin Rosmala Dewi (2008: 30) menyatakan bahwa metode pemecahan masalah adalah metode yang lebih menitikberatkan kepada terpecahkannya sesuatu masalah yang menuntut perkiraan rasio atau logis, benar dan tepat. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode pemecahan masalah yang akan digunakan pada penelitian ini dilakukan melalui tujuh tahap, yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) menganalisis masalah, (3) merumuskan hipotesis/jawaban sementara, (4) mengumpulkan data, (5) pengujian hipotesis/jawaban sementara, (6) penarikan kesimpulan, dan (7) perumusan alternatif pemecahan masalah. Penelitian mengenai metode pemecahan masalah ini telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti di berbagai sekolah, salah satunya Rini Nurgianti Tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Metode Pemecahan Masalah

6 (Problem Solving Method) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn. Dalam skripsinya ia membuktikan bahwa proses pembelajaran PKn dengan menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving method) dapat memperlihatkan kecenderungan yang meningkat terhadap motivasi belajar siswa dalam bentuk keterlibatan (keaktifan) siswa dalam proses pembelajaran, siswa menyimak dan memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran secara seksama, serta keberanian siswa dalam bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan dengan baik dari guru maupun siswa lain. Adapun alasan pentingnya metode pemecahan masalah dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu karena belajar pada prinsipnya adalah suatu proses interaksi antara manusia pada lingkungannya. Proses ini dapat juga sebagai proses internalisasi, dengan demikian di dalam proses interaksi tersebut manusia aktif memahami dan menghayati makna dari lingkungan. Proses ini berlangsung secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan, sampai pada memberi respon yang tepat terhadapnya (Gulo, 2005: 111). Sejalan dengan ini, Udin Saripudin Winataputra Tahun 2001 dalam disertasinya yang berjudul Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi memaparkan bahwa terdapat salah satu kompetensi dasar keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yaitu kemampuan menganalisis masalah kemasyarakatan/kenegaraan secara kritis, dengan menggunakan berbagai sumber informasi yang tersedia serta dengan niat baik yang tulus. Untuk mengasah kemampuan tersebut, siswa hendaknya dihadapkan

7 kepada masalah-masalah yang memerlukan sebuah solusi atau pemecahan masalah. Paparan tersebut menegaskan bahwa metode pemecahan masalah dapat digunakan sebagai obat pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mewujudkan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dalam hal ini untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa secara optimal, guru harus menggunakan metode yang lebih efektif dari biasanya. Salah satunya yaitu metode pemecahan masalah. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang dikemas dalam sebuah judul, yaitu: PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta).

8 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat dua rumusan masalah yaitu rumusan secara umum dan secara khusus. Secara umum, fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: Adakah peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) melalui penerapan metode pemecahan masalah di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta?. Adapun rumusan masalah secara khusus pada penelitian ini, meliputi: 1. Bagaimana perencanaan guru untuk mempersiapkan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta?. 2. Bagaimana implikasi metode pemecahan masalah terhadap peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta?. 3. Apa saja hambatan atau kendala yang dihadapi guru dalam penerapan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta?. 4. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penerapan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta?.

9 C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa melalui penerapan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta melalui penelitian tindakan kelas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi perencanaan guru dalam mempersiapkan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta. b. Untuk mengetahui implikasi metode pemecahan masalah terhadap peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta. c. Untuk mengidentifikasi hambatan atau kendala yang dihadapi guru dalam penerapan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta. d. Untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan atau kendala yang dihadapi dalam penerapan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X.4 SMA Negeri 2 Purwakarta.

10 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara: 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan khususnya dalam pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang bersifat demokratis, mendorong aktivitas dan kreativitas siswa, berbasis nilai dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Praktis a. Guru Guru terampil dalam menerapkan metode pemecahan masalah khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam upaya meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa. b. Siswa Meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa, sehingga siswa mampu berpikir kritis-analitis-argumentatif serta terlatih untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat. c. Sekolah Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 2 Purwakarta, khususnya dalam hal optimalisasi pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

11 E. PENJELASAN ISTILAH Untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, berikut ini ialah penjelasan istilah yang digunakan, meliputi: 1. Metode menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (KBBI, 2002: 740) adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 2. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) menurut Sudirman dkk (1987: 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa. Permasalahan itu dapat diajukan/diberikan kepada siswa, dari siswa bersama guru, atau dari siswa itu sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan yang dicari pemecahannya ini sebagai kegiatan pembelajaran siswa. Metode pemecahan masalah ini sering disebut pula sebagai problem solving method, reflective thinking method, atau scientific method. 3. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) menurut Winataputra dan Budimansyah (2007: 188-190) adalah kecakapan kewarganegaraan yang terdiri atas kecakapan berpikir kritis dan kecakapan partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah dalam proses politik dan dalam civil society.

12 4. Keterampilan Berpikir Kritis menurut Suryati (2000: 11) yaitu kemampuan menganalisis terhadap berbagai persoalan yang menyangkut mata pelajaran, memberikan argumentasi, memunculkan wawasan dan memberikan interpretasi. 5. Keterampilan Partisipasi menurut Sapriya (2002: 73) ialah kegiatan mengembangkan kecakapan dan rasa percaya diri siswa dalam kerja kelompok dan dalam proses mengambil keputusan. Para siswa juga didorong untuk menilai apakah kecakapan yang dilatihkan di kelas ada manfaatnya dengan kehidupan mereka sehari-hari dan masa yang akan datang. 6. Pembelajaran menurut Ibrahim (2002: 18) yaitu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 7. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut Somantri (2001: 299) adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.