PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan peraturan tentang kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan anggota M.P.R.S.

Mengingat: pasal 7 Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 81 TAHUN 1958 (81/1958) Tanggal: 23 OKTOBER 1958 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207 TAHUN 1961 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN MENTERI PERTAMA, WAKIL MENTERI PERTAMA DAN MENTERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 81/1958, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT *)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1954 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

UU 12/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PERDANA MENTERI, WAKIL-WAKIL PERDANA MENTERI, MENTERI DAN MENTERI MUDA REPUBLIK INDONESIA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk menentukan penggantian kerugian bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat;

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH JAWA TENGAH Seri C 1973 Nr 63

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 19 Tahun1981 Seri D Nomor 19

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1978

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA. No : 25 TAHUN 1977

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 1981 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK KEUANGAN/ADMINISTRATIF MENTERI NEGARA DAN BEKAS MENTERI NEGARA SERTA JANDA/DUDANYA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR : 2 TAHUN 1977 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1990

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PARA MENTERI

UU 11/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN PRESIDEN, WAKIL PRESIDEN DAN PEJABAT YANG MENJALANKAN PEKERJAAN JABATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TINGKAT II BANJAR NOMOR : 1 TAHUN 1981 TENTANG : KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEGAWAI NEGERI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 1990

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1959 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1959 (1/1959) Tanggal: 14 JANUARI 1959 (JAKARTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN UANG TUNGGU KEPADA PEGAWAI NEGERI YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI, REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1955 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1981 TENTANG PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1996

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 5 TAHUN : 1991 Seri : D. 5.

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1948 TENTANG GAJI PEGAWAI NEGERI 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEGAWAI TIDAK TETAP MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PP 12/1981, PEERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL. Tentang:PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

UU 1/1959, KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *) Tentang:KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE *)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 7 TAHUN 1997 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 20 TAHUN 1997 SERI D.2

NAMA JABATAN DAN GELAR, KEDUDUKAN, PENGHASILAN DAN LARANGAN KEANGGOTAAN PARTAI POLITIK WAKIL KEPALA DAERAH TINGKAT I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 212 TAHUN 1961 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA, ANGGOTA DAN SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua, Anggota dan Sekretaris Jenderal/Sekretaris Dewan Perancang Nasional perlu mendapat perbaikan. Mengingat: a. Pasal 12 ayat (2) Undang-undang No. 80 tahun 1958 (Lembaran Negara tahun 1958 No. 144) tentang Dewan Perancang Nasional; b. Penetapan Presiden No. 4 tahun 1959 untuk menyesuaikan Undang-undang No. 80 tahun 1958 tentang Dewan Perancang Nasional; c. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No. 31). Mendengar: Menteri Pertama dan Menteri Keuangan. MEMUTUSKAN: PERTAMA: Mencabut Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 1959 tentang kedudukan keuangan Ketua,Wakil Ketua, Anggota dan Sekretaris Jenderal/Sekretaris Dewan Perancang Nasional. KEDUA: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA. WAKIL KETUA, ANGGOTA DAN SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS DEWAN PERANCANG NASIONAL. Sebagai berikut: Pasal 1 Tentang gaji dan tunjangan Ketua Dewan Perancang Nasional 1 / 7

1. Ketua Dewan Perancang Nasional, selanjutnya disebutkan Ketua, bertempat tinggal di Jakarta. 2. Ketua mendapat gaji sejumlah Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah); sebulan. 3. Disamping gaji tersebut dalam ayat 2 pasal ini kepada Ketua diberikan tunjangan-tunjangan sebagai berikut: a. tunjangan kawin sebesar 25% (duapuluh lima perseratus) dari gaji sebulan dengan ketentuan, bahwa tunjangan ini hanya diberikan untuk seorang isteri. b. tunjangan anak dan/atau anak angkat, yang berumur kurang dari 25 (duapuluh lima) tahun dan tidak kawin atau belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri serta nyata menjadi tanggungan Ketua sendiri, sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari gaji sebulan dengan ketentuan, bahwa tunjangan anak bagi anak angkat diberikan hanya untuk seorang anak. Anak angkat adalah bukan anak sendiri yang diangkat menurut putusan Pengadilan Negeri. c. tunjangan kemahalan umum sebesar 30% (tigapuluh perseratus) setiap bulan dari jumlah gaji ditambah tunjangan kawin dan tunjangan anak. 4. Selama masa memangku jabatan untuk Ketua disediakan sebuah rumah kediaman kepunyaan Negara beserta perabot rumah dan sebuah mobil dengan pengemudinya, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. ongkos pemakaian untuk keperluan dinas dan pemeliharaan mobil itu ditanggung oleh Negara; b. ongkos-ongkos pemakaian air, penerangan dan gas untuk rumah Ketua ditanggung oleh Negara; c. untuk menutupi ongkos-ongkos pelayanan dan pemeliharaan rumah itu kepada Ketua diberikan tunjangan yang banyaknya tergantung dari besarnya rumah serta pekarangan dan ditentukan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pendapat Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga. 5. Kepada Ketua diberikan tunjangan representasi sejumlah Rp. 1.000,- (seribu rupiah) sebulan disamping tunjangan- tunjangan yang dimaksudkan pada ayat 3 di atas. Jika Ketua terpaksa mengeluarkan ongkos representasi yang selanjutnya tidak dapat dicukupi dari jumlah tunjangan representasi yang diberikan kepadanya, dapatlah yang berkepentingan mengajukan pertelaan pengeluaran ongkos-ongkos itu kepada Menteri Keuangan untuk disetujui dan diberikan penggantian. 6. Ongkos perjalanan dan ongkos penginapan untuk dinas diganti menurut Peraturan Perjalanan Dinas yang berlaku, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Ketua tidak terbatas dalam memilih alat-alat perjalanan. b. Jika dalam perjalanan dinas ternyata harus dikeluarkan lebih daripada apa yang dapat diganti menurut Peraturan Perjalanan Dinas tersebut, maka kelebihannya itu dapat diajukan dengan pertelaan sendiri kepada Menteri Keuangan untuk mendapat penggantian. 7. Kumulasi gaji Menteri dan gaji Ketua tidak diperkenankan. Pasal 2 Tentang uang kehormatan dan tunjangan Wakil Ketua Dewan Perancang Nasional 1. Wakil Ketua mendapat gaji sejumlah Rp. 4.000,- (empat ribu rupiah) sebulan. 2. Disamping gaji tersebut dalam ayat 1 kepada Wakil Ketua diberikan tunjangan-tunjangan seperti yang disebut dalam pasal 1 ayat 3. 2 / 7

3. Selama masa memangku jabatan untuk Wakil Ketua Dewan Perancang Nasional disediakan sebuah mobil dengan pengemudinya, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Ongkos pemakaian untuk keperluan dinas dan pemeliharaan mobil itu ditanggung oleh Negara. 4. Kepada Wakil Ketua diberikan uang tunjangan representasi sejumlah Rp. 750,-(tujuh ratus lima puluh rupiah) sebulan. 5. Ongkos perjalanan dan ongkos penginapan untuk dinas diganti menurut peraturan ongkos perjalanan yang berlaku untuk Anggota Dewan Perancang Nasional dengan ketentuan bahwa peraturan penggantian ongkos perjalanan dan penginapan untuk dinas bagi Wakil Ketua, selama bertindak sebagai Ketua diluar ibu-kota, disamakan dengan peraturan penggantian ongkos perjalanan dan ongkos penginapan seperti tersebut pada pasal 1 ayat 6. 6. Kumulasi gaji tidak diperkenankan. Pasal 3 Tentang uang kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain, biaya-biaya perjalanan, penginapan serta pengangkutan lokal Anggota Dewan Perancang Nasional 1. Dengan memperhatikan ketentuan dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah ini, Anggota Dewan Perancang Nasional, selanjutnya disebut Anggota kecuali Ketua dan Wakil Ketua, mendapat uang kehormatan sejumlah Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) sebulan. Anggota yang diangkat menjadi anggota Badan Kerja Depernas mendapat uang kehormatan sejumlah Rp. 2.500, (dua ribu lima ratus rupiah) sebulan. 2. Anggota,yang diberi tugas oleh Dewan Perancang Nasional atau Ketua untuk meninjau, menilai atau mewakili Dewan Perancang Nasional atau Seksi diluar tempat kediamannya, mendapat uang harian Rp. 50,- (lima puluh rupiah) sehari dan penggantian biaya-biaya sebagai berikut : a. penggantian biaya pengangkutan pulang pergi; b. penggantian biaya penginapan: 1. menurut kwitansi hotel, bagi yang menginap dihotel; 2. menurut kwitansi losmen ditambah dengan Rp. 100,- (seratus rupiah) sehari, bagi yang menginap dilosmen dengan tidak mendapat makan; 3. sebanyak Rp. 125,- (seratus duapuluh lima rupiah) sehari, jika menginap tidak di hotel/losmen. c. penggantian biaya kendaraan lokal sebanyak Rp. 75,- (tujuh puluh lima rupiah) sehari, apabila ia dalam tugas untuk meninjau, menilai atau mewakili tidak dapat mempergunakan kendaraan Negara. 3. Untuk menghadiri sidang Dewan Perancang Nasional atau rapat- rapat di luar sidang, Anggota Dewan Perancang Nasional mempunyai hak atas penggantian biaya perjalanan pulang-pergi dan biaya penginapan dengan ketentuan, bahwa jika pada waktu seorang Anggota menerima panggilan untuk menghadiri sidang Dewan Perancang Nasional atau rapat-rapat di luar sidang, ada dilain tempat dalam wilayah Republik Indonesia daripada tempat tinggalnya, ia diperbolehkan langsung berangkat dari tempat dimana ia berada ketempat dimana sidang atau rapat-rapat itu akan diadakan. 4. Anggota yang menghadiri sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional di luar tempat kediamannya mendapat penggantian biaya penginapan dan kendaraan lokal dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. selama tinggal di Jakarta untuk menghadiri sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional, ia 3 / 7

mendapat penggantian biaya kendaraan lokal sebanyak Rp. 75,- (tujuh puluh lima rupiah) sehari, apabila ia tidak mempergunakan kendaraan Negara dan penggantian biaya penginapan: 1. menurut kwitansi hotel, bagi yang menginap dihotel; 2. menurut kwitansi losmen ditambah dengan Rp. 100, (seratus rupiah) sehari, bagi yang menginap di losmen dengan tidak mendapat makan; 3. sebanyak Rp. 125,- (seratus duapuluh lima rupiah) sehari, jika tidak menginap di hotel/losmen; b. apabila ia sebelum sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional dimulai sudah tiba di Jakarta, kepadanya diberikan penggantian biaya penginapan sebanyak-banyaknya untuk 2 hari, kecuali jika disebabkan oleh karena tidak ada perhubungan ia terpaksa lebih dahulu tiba di Jakarta; dalam hal itu penggantian biaya penginapan diberikan kepadanya untuk selama ia sudah ada di Jakarta sebelum sidang atau rapat-rapat itu dimulai; c. apabila ia sesudah sidang ditutup atau rapat-rapat berakhir belum meninggalkan Jakarta, kepadanya diberikan penggantian biaya penginapan sebanyak-banyaknya untuk 2 hari, kecuali jika disebabkan oleh karena sakit, yang harus dibuktikan oleh surat keterangan dokter, atau tidak ada perhubungan ia terpaksa lebih lama tinggal di Jakarta; dalam hal ini penggantian biaya penginapan diberikan kepadanya untuk selama ia masih tinggal di Jakarta, hingga kesempatan pengangkutan yang pertama. 5. Anggota yang bertempat tinggal di tempat sidang kecuali Ketua dan Wakil Ketua selama sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional mendapat penggantian biaya kendaraan lokal sebanyak Rp. 75 (tujuhpuluh lima rupiah) sehari, apabila ia tidak mempergunakan kendaraan Negara. 6. a. Anggota yang menghadiri sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional, mendapat penggantian biaya pengangkutan untuk pulang ketempat tinggalnya dan kembali ke tempat sidang untuk menghadiri sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional yang bersangkutan apabila anak, isteri, suami atau orang tuanya meninggal dunia, dengan ketentuan bahwa yang dimaksud dengan anak, ialah anak kandung, anak tiri atau anak angkat; dengan isteri, ialah isteri yang sah; dengan orang tua, ialah ayah dan ibu dari Anggota yang bersangkutan; b. Selama Anggota yang bersangkutan sedang dalam perjalanan pulang, ketempat tinggalnya dan kembali ke tempat sidang untuk menghadiri sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional yang bersangkutan, ia dianggap memenuhi tugas kewajiban sebagai Anggota. 7. Anggota yang bertempat tinggal di luar pulau Jawa, yang sedang menghadiri sidang atau rapat-rapat Dewan Perancang Nasional, yang menurut kenyataannya bersidang di pulau Jawa sebulan lamanya, berhak selama sidang itu berlangsung, mengadakan perjalanan dari tempat sidang ketempat tinggalnya pulang pergi dengan mendapat penggantian ongkos pengangkutan, dengan ketentuan bahwa penggantian itu dalam waktu satu tahun diberikan untuk sebanyak-banyaknya dua kali perjalanan. 8. Anggota yang melakukan perjalanan dinas yang dimaksudkan dalam ayat-ayat 2, 3, 6 dan 7: a. dianggap termasuk golongan pertama dalam Peraturan Perjalanan yang berlaku bagi pegawai Negeri; b. diperbolehkan memakai kapal terbang apabila jarak yang akan ditempuh jauhnya lebih dari 6 jam perjalanan dengan kereta api cepat; c. berhak atas prioritet pertama apabila ia mempergunakan kapal terbang atau kapal laut. 9. Anggota yang melakukan perjalanan dinas berhak memakai alat pengangkutan umum Negara dan Daerah-daerah Swatantra dengan cuma-cuma dan mendapat prioritet pertama untuk memakai segala alat-alat pengangkutan umum. 10. Jawatan Pemerintah Pusat dan Daerah berkewajiban memberi bantuan alat-alat pengangkutan Negara 4 / 7

kepada Anggota, apabila alat-alat pengangkutan umum yang tersebut pada ayat 9 tidak dapat dipergunakan. 11. Anggota yang tidak mempergunakan alat pengangkutan tersebut pada ayat 9, akan tetapi memakai alat pengangkutan sendiri, mendapat penggantian biaya pengangkutan sama dengan ongkos kendaraan umum tersebut pada ayat 9. Pasal 4 Tentang tunjangan kecelakaan Ketua Wakil Ketua dan Anggota yang dalam atau oleh karena menjalankan kewajibannya mendapat kecelakaan menerima tunjangan menurut peraturan-peraturan tentang tunjangan kecelakaan yang berlaku untuk pegawai Negeri. Pasal 5 Tentang biaya pengangkutan jenazah dan tunjangan kematian 1. Apabila Ketua, Wakil Ketua atau Anggota meninggal dunia pada waktu menghadiri sidang Dewan Perancang Nasional atau pada waktu melakukan peninjauan atau pemeriksaan di sesuatu daerah yang telah diputuskan oleh Dewan Perancang Nasional atau Ketua, maka biaya pengangkutan dan pemakaman jenazahnya ditanggung oleh Negara. 2. Apabila Ketua, Wakil Ketua atau Anggota meninggal dunia, maka kepada ahli warisnya dibayarkan gaji atau uang kehormatan untuk bulan, dalam mana Ketua, Wakil Ketua atau Anggota meninggal dunia dan disamping itu diberikan pula tunjangan kematian sebesar 11/2 (satu setengah) kali jumlah gaji/uang kehormatan bulanan. 3. Apabila Ketua, Wakil Ketua atau Anggota meninggal dunia pada waktu menghadiri rapat-rapat, atau pada waktu melakukan tugas yang telah diputuskan oleh Dewan, maka kepada ahli warisnya dibayarkan gaji atau uang kehormatan untuk bulan dalam mana Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota itu meninggal dunia disamping tunjangan kematian sebesar 3 (tiga) kali jumlah gaji atau uang kehormatan penuh sebulan. Pasal 6 Tentang penggantian biaya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan kedokteran Peraturan tentang penggantian biaya pemeriksaan, pengobatan dan perawatan kedokteran yang berlaku bagi pegawai Negeri berlaku juga bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota. Pasal 7 Tentang penghasilan didalam kedudukan yang merangkap 1. Kumulasi uang kehormatan tidak diperkenankan. 2. Apabila Wakil Ketua atau Anggota menerima uang kehormatan sebagai Ketua, Wakil Ketua atau Anggota 5 / 7

Badan-badan Pemerintahan yang lain maka bagi yang bersangkutan berlaku peraturan yang lebih menguntungkan. Pasal 8 Tentang kedudukan keuangan Sekretaris Jenderal, Sekretaris Dewan Perancang Nasional Sekretaris Jenderal dan Sekretaris Dewan Perancang Nasional dalam kedudukan keuangannya dipersamakan dengan masing-masing Sekretaris Jenderal dan Sekretaris pada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pasal 9 Penutup Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan dan berlaku surut sampai tanggal 1 Januari 1961. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan Di Jakarta, Pada Tanggal 30 Juni 1961 PEJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. JUANDA Diundangkan Di Jakarta, Pada Tanggal 30 Juni 1961 PEJABAT SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. SANTOSO LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 NOMOR 253 6 / 7

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 212 TAHUN 1961 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA, ANGGOTA DAN SEKRETARIS JENDERAL/SEKRETARIS DEWAN PERANCANG NASIONAL Peraturan Pemerintah ini hanya mempunyai maksud untuk memperbaiki kedudukan keuangan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Perancang Nasional, berhubung dengan hal bahwa Anggota-anggota Badan-badan Pemerintah lain, pejabat-pejabat tertinggi serta para pegawai negeri, lagi pula Sekretaris Jenderal dan Sekretaris Dewan Perancang Nasional, telah pula mendapat perbaikan dalam hal kedudukan keuangannya. Gaji Ketua Depernas ditetapkan Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) sebulan, yaitu sama dengan gaji yang berlaku bagi para Menteri Negara. Gaji Wakil Ketua dan uang kehormatan Anggota serta tunjangan-tunjangan lainnya ditetapkan sesuai dan/atau dengan memperhatikan keseimbangan yang layak dengan gaji, uang kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain yang diberikan kepada Ketua, Wakil Ketua dan Anggota-anggota dari Badan-badan Pemerintah lain. Perbedaan yang agak prinsipil dengan peraturan yang lama adalah, bahwa dalam Peraturan Pemerintah ini tidak diadakan perbedaan lagi antara pegawai negeri dan bukan pegawai negeri dalam hal penerimaan uang kehormatan. Sebaliknya tidak diperkenankan penerimaan uang kehormatan secara kumulatif dari keanggotaan Badan-badan Pemerintah lain. Selanjutnya biaya pengangkutan dan pemakaman dari Ketua, Wakil Ketua atau Anggota dalam menjalankan tugasnya, sekarang tidak dibatas lagi dalam jumlahnya (pasal 6), sedang kepada ahli warisnya dalam hal ini diberikan tunjangan kematian sebesar 3 (tiga) kali jumlah gaji atau uang kehormatan penuh sebulan. Oleh karena selain dari perbedaan-perbedaan tersebut ketentuan-ketentuan lainnya adalah sama dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan lama yang dapat dianggap kini telah diketahui dan tidak memerlukan penjelasan lagi, maka penjelasan pasal demi pasal dirasakan tidak perlu. Untuk memudahkan pemakaiannya, maka peraturan yang lama dicabut seluruhnya dan kini ditetapkan kembali selengkapnya. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NOMOR 2297 7 / 7