PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN SKOR APGAR JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana starata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KEJADIAN ASFIKSIA ANTARAPERSALINAN PRETERM DAN ATERM PADA PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK PERSALINAN KEMBAR DI RSUP Dr.KARIADI TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ABSTRAK. Nabila Mazaya Putri, 2017 : Rimonta F. Gunanegara, dr., SpOG., M.Pd.Ked.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

FAKTOR RISIKO PENYAKIT MEMBRAN HIALIN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

INSIDENSI INFEKSI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN LAMA KETUBAN PECAH DINI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. S G 2 P 1 A 0 HAMIL 40 MINGGU DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

PERBEDAAN LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN SINDROM HELLP DAN SINDROM HELLP PARSIAL

Latviya Rahmani Husein Putri 1, Supriyatiningsih 2. Yogyakarta ABSTRACT

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Hubungan antara Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia Neonatorum

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA WANITA USIA LEBIH DARI 35 TAHUN di RSUP Dr. KARIADI, SEMARANG, TAHUN 2008

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KANKER SERVIKS UTERI DENGAN FAKTOR RISIKO MENIKAH USIA MUDA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

KARAKTERISTIK DAN LUARAN PREEKLAMPSI DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan ujian akhir Program. Kompetensi Bidan di Program Studi Diploma III Kebidanan

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

BAB IV METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK MOLA HIDATIDOSA DI RSUP Dr.KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA PERSALINAN PERVAGINAM PASCA BEDAH SESAR DI RSUP DR KARIADI SEMARANG TAHUN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PERNYATAAN. diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

PERBEDAAN LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN DAN TANPA SINDROM HELLP

BAB I PENDAHULUAN. jumlah serta tingkat kompleksitasnya. 2. penyakit jantung semakin meningkat. 3 Di Washington, Amerika Serikat,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBANDINGAN LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL KEHAMILAN TRIMESTER KETIGA ANTARA USIA MUDA DAN USIA REPRODUKSI SEHAT

ANALISA FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ASFIKSIA PADA GEMELLI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

LUARAN PARTUS LAMA DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana starata-1 kedokteran umum

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT (Analisis Perbedaan Faktor Risiko dengan dan Tanpa Riwayat Preeklampsia)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasilitas pelayanan kesehatan.

ASUHAN. Oleh : R commit to user

Relationship between Gestational Age and Incident of Macrosomia

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

KARAKTERISTIK PERSALINAN PREMATUR DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahteramas

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2011

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN RISIKO ASFIKSIA NEONATORUM ANTARA BAYI KURANG BULAN DENGAN BAYI CUKUP BULAN PADA BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PROPORSI BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI KEMBAR YANG LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ANDRIO GULTOM

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN DI RSUD KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel Periode Juli 2005-Juni 2006

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI PERAWATAN ANTENATAL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT DI RSUP Dr. KARIADI TAHUN 2010

Transkripsi:

PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum ISNIA RAHMI ROOSDHANTIA G2A008100 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PERBEDAAN SKOR APGAR PADA KETUBAN PECAH DINI USIA KURANG DARI 34 MINGGU YANG DIBERI DAN TIDAK DIBERI DEKSAMETASON Disusun oleh : ISNIA RAHMI ROOSDHANTIA G2A008100 Telah disetujui : Semarang, 27 Juli 2012 Dosen Pembimbing Penguji dr. Julian Dewantiningrum, MSi.Med, Sp.OG NIP. 197907162008122002 dr. Besari Adi Pramono, Msi.Med, Sp.OG (K) NIP. 196904152008121002 Ketua Penguji dr. Ratnasari Dwi Cahyanti, MSi.Med, Sp.OG NIP. 197901182008122001 ii

Perbedaan Skor Apgar pada Ketuban Pecah Dini Usia kurang dari 34 Minggu yang Diberi dan Tidak Diberi Deksametason Isnia Rahmi Roosdhantia 1, Julian Dewantiningrum 2 ABSTRAK Latar belakang: Salah satu penyebab persalinan prematuritas adalah ketuban pecah dini. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi preterm adalah sindroma gawat pernafasan yang disebabkan karena paru-paru belum matang. Pengelolaan secara konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan preterm memerlukan pemberian deksametason yang berfungsi untuk mempercepat pematangan paruparu sehingga bayi akan memiliki skor apgar yang lebih baik. Tujuan: Mengetahui perbedaan skor apgar pada kehamilan kurang dari 34 minggu yang mangalami ketuban pecah dini antara yang diberi dan tidak diberi deksametason. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif dengan pendekatan studi Case control. Jumlah sampel sebanyak 60 yang terdiri dari 39 subyek ibu hamil yang diberi terapi deksametason dan 21 subyek ibu hamil yang tidak diberi deksametason. Analisa data dilakukan dengan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua karakteristik pasien, hanya cara persalinan (OR = 4,185 ; IK 95% : 1,155 15,160 ; p = 0,045) dan luaran janin (OR = 0,304 ; IK 95% : 0,204 0,451 ; p = 0,012) yang didapatkan hubungan signifikan, sedangkan skor apgar menit ke-1 (OR = 2,941 ; IK 95% : 0,32 26,998 ; p = 0,412), skor apgar menit ke-5 (OR = 2,38 ; IK 95% : 0,668 8,48 ; p = 0,174), dan skor apgar menit ke-10 (OR = 2,588 ; IK 95% : 0,856 7,824 ; p = 0,088) tidak didapatkan perbedaan yang signifikan. Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan antara skor apgar pada kejadian ketuban pecah dini dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu yang diberi dan tidak diberi deksametason. Kata kunci: Skor apgar, ketuban pecah dini, deksametason. 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2 Staf Pengajar Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang iii

The Difference of Apgar Score in Premature Rupture of Membrane in Gestational Age Less Than 34 Weeks With and Without Dexamethasone Injection Isnia Rahmi Roosdhantia 1, Julian Dewantiningrum 2 ABSTRACT Background: One of the causes of premature labor is premature rupture of membranes. Common complication in preterm infants is respiratory distress syndrome caused by immature lungs. Conservative management of premature rupture of membranes at preterm gestation by giving dexamethasone to accelerate the maturation of the lungs so the baby will have a better apgar scores. Aim: To know the difference between the apgar score in the incidence of premature rupture of membranes at gestational age less than 34 weeks who were given and not given dexamethasone. Methods: This study was a retrospective, observational study with case control approach. The 60 subjects consisted of 39 pregnant women who were given dexamethasone therapy and 21 pregnant subjects who were not given dexamethasone. Data analysis performed by chi square test. Results: Results showed that of all the characteristics of the patients, only the mode of delivery (OR = 4.185; 95% CI: 1.155-15.160, p = 0.045) and fetal outcomes (OR = 0.304; 95% CI: 0.204-0.451 ; p = 0.012 ) that had significant relationships, whereas apgar score 1 st minute (OR = 2.941; 95% CI: 0.32-26.998, p = 0.412), apgar score 5 th minute (OR = 2.38; 95% CI: 0.668 to 8.48; p = 0.174), and apgar score 10 th minute (OR = 2.588; 95% CI: 0.856-7.824 ; p = 0.088) had no significant relationships. Conclusion: There were not significant differences between the apgar score in the incidence of premature rupture of membranes in less than 34 weeks pregnancy who were given and not given dexamethasone. Keywords: Apgar score, premature rupture of membranes, dexamethasone. 1 Undegraduate Student at Faculty of Medicine Diponegoro University Semarang 2 Lecturer at Obstetrics and Gynecology Department Faculty of Medicine Diponegoro University Semarang iv

1 PENDAHULUAN Prematuritas dan berat badan lahir rendah adalah masalah sentral pada pelayanan kesehatan perinatal. Bayi yang dilahirkan terlalu awal atau dilahirkan dengan berat badan lahir terlalu rendah akan meninggal, atau apabila tetap hidup akan mengalami banyak permasalahan. Angka kematian perinatal di RSUP Dr. Kariadi sekitar 35% dan 31,7% penyebabnya adalah kasus preterm (28-36 minggu), dan semua bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang atau sama dengan 24 minggu meninggal. 1 Salah satu penyebab persalinan prematuritas adalah ketuban pecah dini. Angka kejadian ketuban pecah dini bervariasi. Dilaporkan angka kejadian ketuban pecah dini antara 4,5% - 10%. Collaborative Perinatal Project of National Institute of Neurogical and Communicative Dissorders and Stroke dari penelitiannya terhadap populasi yang sangat besar mendapatkan kejadian ketuban pecah dini sebesar 4,5% dari seluruh persalinan. Penyebab ketuban pecah dini secara pasti belum diketahui, namun ada beberapa faktor risikonya, antara lain riwayat ketuban pecah dini sebelumnya, perdarahan pervaginam, dan riwayat operasi saluran genetalia. 2 Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi preterm adalah sindroma gawat pernafasan yang disebabkan karena paru-paru belum matang. Pengelolaan secara konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan preterm memerlukan pemberian deksametason. Deksametason adalah preparat obat yang digunakan untuk mempercepat proses kematangan paru dengan mempercepat produksi surfaktan sehingga bayi yang lahir akan memiliki skor apgar yang lebih baik. Dengan hal ini maka risiko terjadinya sindroma gawat nafas bisa diperkecil. 3 Skor apgar (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) merupakan metode praktis yang secara sistematis digunakan untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir, sehingga dapat membantu mengidentifikasi bayi yang memerlukan resusitasi akibat asfiksia. 4 Prematuritas berhubungan dengan peningkatan risiko asfiksia. Risiko ini meningkat bila belum diberikan deksametason. 5 Sejauh ini belum ada informasi di RSUP Dr. Kariadi mengenai keberhasilan terapi deksametason terhadap kejadian asfiksia pada persalinan prematur dengan ketuban pecah dini. METODE Pengambilan data dilakukan di bagian catatan medis RSUP Dr. Kariadi Semarang dan bagian Obstetri Ginekologi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif dengan pendekatan case control, dengan variable bebas adalah deksametason dan variable tergantung adalah skor apgar. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat kehamilan dengan usia kurang dari 34 minggu dengan ketuban pecah dini dari rekam medik persalinan dari wanita yang melahirkan di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode Januari 2007 sampai Juni 2012. Kriteria inklusi penelitian adalah wanita dengan ketuban pecah dini usia kehamilan kurang dari 34 minggu yang bersalin di RSUP Dr. Kariadi, sedangkan

2 kriteria eksklusi adalah rekam medik yang tidak lengkap, kelainan konginetal pada janin, dan janin mati. Jumlah sampel dari penelitian ini sebesar 48 tiap kelompok dengan nilai drop out sebesar 5 tiap krelompok. HASIL Karakteristik subyek penelitian Tabel 1 menunjukkan perbandingan karakteristik subyek penelitian antara kelompok yang diberi deksametason dan tidak diberi deksametason. Dari beberapa karakteristik di atas yang didapatkan hasil signifikan adalah cara persalinan dan luaran janin. Kelompok yang paling banyak diberi deksametason maupun yang tidak diberi deksametason adalah cara persalinan pervaginam ditemukan 34 subyek (87,2%), sedanngkan yang tidak diberi deksametason ditemukan 13 subyek (61,9%). Berdasarkan data statistik didapatkan perbedaan yang signifikan (p = 0,045). Kelompok yang paling banyak diberi deksametason maupun yang tidak diberi deksametason adalah luaran janin hidup ditemukan 39 subyek, sedangkan yang tidak diberi deksametason ditemukan 17 subyek (81,0%). Berdasarkan data statistik didapatkan perbedaan yang signifikan (p = 0,012). Karakteristik lain seperti usia, pendidikan, geografis, usia kehamilan, riwayat ketuban pecah dini, berat badan lahir, riwayat partus, riwayat antenatal care, jumlah leukosit, dan indeks cairan amnion didapatkan perbedaan yang tidak signifikan karena nilai p > 0,05. Tabel 1. Perbandingan karakteristik subyek penelitian antara kelompok yang diberi deksametason dan tidak diberi deksametason Terapi deksametason Variabel Ya Tidak p OR IK 95% n % n % Usia < 18 3 7,7 1 4,8 0,406 - - - 18 35 30 76,9 19 90,5 > 35 6 15,4 1 4,8 Pendidikan SD 4 10,3 3 14,3 0,429 - - - SMP 16 41,0 5 23,8 SMA 17 43,6 10 47,6 PT 2 5,1 3 14,3 Geografis Semarang 28 71,8 14 66,7 0,679 1,273 0,405 3,997 Luar Semarang 11 28,2 7 33,3 Usia kehamilan 28 34 37 94,9 17 81,0 0,171 4,353 0,725 26,121

3 < 28 2 5,1 4 19,0 Ketuban pecah dini 24 33 89,2 15 71,4 0,146 3,300 0,810 13,445 > 24 4 10,8 6 28,6 Berat badan lahir < 2500 31 79,5 17 81,0 1,000 0,912 0,239 3,475 2500 8 20,5 4 19,0 Cara persalinan Partus Pervaginam 34 87,2 13 61,9 0,045* 4,185 1,155 15,160 Perabdomen 5 12,8 8 38,1 < 5 38 97,4 20 95,2 1,000 1,900 0,113 32,010 5 1 2,6 1 4,8 Antenatal care Bidan 35 89,7 14 70,0 0,074 3,750 0,917 15,342 SpOG 4 10,3 6 30,0 Leukosit < 15.000 27 71,1 13 61,9 0,472 1,510 0,490 4,656 15.000 11 28,9 8 38,1 Indeks cairan amnion < 5 15 45,5 7 58,3 0,445 0,595 0,156 2,266 5 18 54,5 5 41,7 Luaran janin Hidup 39 100,0 17 81,0 0,012 0,304 0,204 0,451 Mati 0 0 4 19,0 Keteangan : * : Signifikan p < 0,05 : Pearson Chi Square : Fisher s Exact Test Perbedaan skor apgar Tabel 2 menunjukkan perbedaan skor apgar antara kelompok yang diberi deksametason dan tidak diberi deksametason. Kelompok yang paling banyak diberi deksametason maupun yang tidak diberi deksametason adalah skor apgar < 10 pada menit ke-1 ditemukan 34 subyek (87,2%), sedangkan yang tidak diberi deksametason ditemukan 20 subyek (95,2%). Berdasarkan data statistik didapatkan perbedaan yang tidak signifikan (p = 0,412). Kelompok yang paling banyak diberi deksametason maupun yang tidak diberi deksametason adalah skor apgar < 10 pada menit ke-5 ditemukan 25 subyek (64,1%), sedangkan yang tidak diberi deksametason ditemukan 17 subyek

4 (81,0%). Berdasarkan data statistik didapatkan perbedaan yang tidak signifikan (p = 0,174). Kelompok yang paling banyak diberi deksametason adalah skor apgar 10 pada menit ke-10 ditemukan 22 subyek (56,4%), sedangkan yang paling banyak tidak diberi deksametason adalah skor apgar < 10 pada menit ke-10 ditemukan 14 subyek (66,7%). Berdasarkan data statistik didapatkan perbedaan yang tidak signifikan (p = 0,445). Tabel 2. Perbedaan skor apgar Terapi deksametason Variabel Ya Tidak n % n % Skor Apgar menit 1 p OR IK 95% 10 5 12,8 1 4,8 0,412 2,941 0,320 26,998 < 10 34 87,2 20 95,2 Skor Apgar menit 5 10 14 35,9 4 19,0 0,174 2,380 0,668 8,480 < 10 25 64,1 17 81,0 Skor Apgar menit 10 10 22 56,4 7 33,3 0,088 2,588 0,856 7,824 < 10 17 43,6 14 66,7 Keteangan : * : Signifikan p < 0,05 : Pearson Chi Square : Fisher s Exact Test PEMBAHASAN Ketuban pecah dini selalu memiliki potensi risiko kesehatan, risiko ini akan bertambah besar apabila usia kehamilan ibu masih muda < 34 minggu, yaitu risiko melahirkan secara prematur. Salah satu organ utama yang sangat dipengaruhi oleh kelahiran prematur adalah paru-paru. Paru-paru adalah salah satu organ terakhir yang berkembang di dalam rahim sehingga bayi prematur biasanya menghabiskan hari-hari pertama/minggu hidup mereka pada ventilator. Prematur dapat dikurangi ke tingkat yang kecil dengan menggunakan obat untuk mempercepat pematangan janin, dan untuk tingkat yang lebih besar dengan mencegah kelahiran prematur. 6 Pada penelitian ini, peneleti hanya meneliti kortikosteroid jenis deksametason karena penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi dan di rumah sakit ini kebanyakan menggunakan kortikosteroid jenis deksametason. Tahun 2010 telah dilakukan penelitian di Turkey oleh Balci O dengan menggunakan kortikosteroid jenis lain, yaitu betametason. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pemberian dosis tunggal betametason untuk ibu hamil usia 34-36 minggu yang

5 cenderung memiliki kelahiran prematur dapat mengurangi terjadinya sindroma gawat pernafasan pada bayi lahir. 7 Ada beberapa karakteristik yang sebelumnya tercantum dalam kerangka teori yang tidak bisa diteliti oleh peneliti karena beberapa karakteristik tersebut tidak tercantum dalam catatan medik. Setelah dilakukan penelitian mengenai karakteristik pasien, terdapat karakteristik yang mempunyai perbedaan secara signifikan yaitu cara persalinan dan luaran janin. Pada kelompok subyek yang diberi deksametason, lebih banyak melahirkan janin hidup, sedangkan pada kelompok subyek yang tidak diberi deksametason lebih banyak melahirkan janin mati. Hal ini sesuai dengan penelitian Budyantoro Dwi Atmono pada tahun 2000 di RSUP Dr. Kariadi bahwa lebih sedikit ditemukan kematian perinatal apabila sudah dilakukan pengelolaan secara konservatif. 8 Karakteristik yang tidak mempunyai perbedaan secara signifikan adalah usia, latar belakang pendidikan, geografis, usia kehamilan, riwayat ketuban pecah dini, berat lahir, jumlah partus, riwayat antenatal care, jumlah leukosit, indeks cairan amnion, dan skor apgar. Lamanya ketuban pecah dini berkaitan dengan infeksi yang terjadi pada ibu hamil. Fakta-fakta yang berkembang menunjukkan bahwa ketuban pecah dini mungkin merupakan hasil dari infeksi subklinis dan peradangan. Penderita dengan ketuban pecah dini 1-4 jam mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dalam hal korioamnionitis histologis daripada penderita yang melahirkan preterm tanpa ketuban pecah dini 9. Hasil dari penelitian ini tidak didapatkan perbedaan antara skor apgar pada kejadian ketuban pecah dini dengan usia kehamilan < 34 minggu yang diberi dan yang tidak diberi deksametason. Hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang kurang. Peneliti susah mendapatkan sampel dikarenakan ada beberapa catatan medik yang tidak lengkap, waktu yang terbatas, serta peneliti juga membutuhkan data yang spesifik. Pemberian deksametason dapat mempengaruhi skor apgar. Ibu hamil yang diberi injeksi deksametason akan memiliki bayi dengan skor apgar yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak diberi injeksi deksametason pada kejadian ketuban pecah dini. Pemberian deksametason dimaksudkan untuk memacu pematangan paru-paru sehingga bayi dapat bernafas dengan baik. 10 Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan penelitian dikarenakan jumlah sampel yang kurang sehingga didapatkan hasil yang tidak signifikan. Penulis berharap akan ada penelitian yang lebih lanjut dalam mencari perbedaan skor apgar pada kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 34 minggu yang diberi dan tidak diberi deksametason. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tidak didapatkan perbedaan antara skor apgar pada kejadian ketuban pecah dini dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu yang diberi dan tidak diberi deksametason.

6 Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengetahui adanya perbedaan skor apgar pada kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 34 minggu yang diberi dan tidak diberi deksametason. DAFTAR PUSTAKA 1. Soejoenoes A. Sejauh mana sejauh mana keberhasilan kita di bidang obstetri? Ditinjau dari audit perinatal rumah sakit pendidikan di Semarang. Kumpulan makalah POGI cabang Semarang. PIT XI POGI Semarang; 1999. 2. Klein JM. Neonatal morbidity and mortality secondary to premature rupture of membranes. In: Wenstrom KD Weiner CP, eds. Obstetrics and gynecology clinics of North America : Premature rupture of membranes. W.B Saunders company, 1992. p.265-80. 3. Hallak M, Bottoms SF. Accelerated pulmonary maturation from preterm premature rupture of membranes: a myth. Am J Obstet Gynecol 1993; 169: 1045-9. 4. Apgar Skor. [internet]. c2011 [updated 2011 July 5 ; cited 2011 Desember 27]. Available from: http://www.indonesianrehabequipment.com/2011/06/skorapgar.html. 5. Hubungan Persalinan Preterm dengan Kejadian Asfiksia. [internet]. c2009 [updated October 2009 : cited 2012 August 4]. Available from: http://www.tuv1234.wordpress.com/.../hubungan-persalinan-preterm-dengankejadian-.asfiksia-neonatorum/.-.295k 6. Sartono. Kelahiran prematur atau prematuritas. [internet]. c2011 [updated 2011 May 12 ; cited 2011 Desember 27]. Available from: http://www.sobatpc.com/kelahiran-prematur-atau-prematuritas 7. Balci O. The effect of antenatal steroids on fetal lung maturation between the 34 th and 36 th week of pregnancy. Gynecol Obstet Invest [internet]. 2010[cited 2012 August 4: 70(2):95-5. Available from: PubMed 8. Budyantoro Dwi Atmono. Keluaran Perinatal Pengelolaan Konservatif Kehamilan Belum Genap Bulan dengan Ketuban Pecah Dini. Kumpulan makalah POGI cabang Semarang; 2000. 9. Seo K, McGregor JA, French JI. Infection in premature rupture of the membranes. In: Queenan JT, eds. Management of high-risk pregnancy. 3 th ed. Boston: Blackweel Scientific Publications; 1994.p. 476-82. 10. Prematuritas (kelahiran prematur). [internet]. c2011 [updated 2011 April 7 ; cited 2011 Desember 27]. Available from: http://www.medicastore.com/penyakit/374/prematuritas_kelahiran_prematur. html.