Jl. KH. ACHMAD DAHLAN NO.1 LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2013, No.646 4

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS II KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH KELAS NOMOR: W9-U7/ U^3 /KP.04.6/9/2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

- 1 - DAFTAR UJI PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PENDAHULUAN

TENTANG TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

2013, No BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR UJI LINGKUNGAN PENGENDALIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

2012, No BAB I PENDAHULUAN. A. Umum

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.27/Menhut-II/2010. Tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

SPIP adalah sistem pengendalian intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus besar bahasa indonesia (1996) sistem merupakan. seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Bimtek Peningkatan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Setjen dan Badan Keahlian DPR.

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA. Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN FEBRUARI 2018

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

Transkripsi:

Jl. KH. ACHMAD DAHLAN NO.1 LAMONGAN

DAFTAR ISI PERNYATAAN PERSETUJUAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan Penyusunan TOR Penyelenggaraan SPIP 3 D. Manfaat Penyusunan TOR Penyelenggaraan SPIP... 4 E. Sistematika... 5 BAB II RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN SPIP PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN 6 A. Unsur dari SPIP... 6 1. Lingkungan Pengendalian... 6 2. Penilaian Resiko Pengendalian... 9 3. Kegiatan Pengendalian... 10 4. Komunikasi dan Informasi... 15 5. Pemantauan Pengendalian... 16 B. Strategi Penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan. 16 C. Pengorganisasian Penyelenggaraan SPIP... 17 D. Obyek Penyelenggaraan SPIP dan Penentuan Prioritasnya... 19 E. Membangun Kepedulian Tentang Peran Organisasi... 21 BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP PADA BKD KABUPATEN LAMONGAN... 22 A. Rencana Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian... 22 B. Rencana Kerja Penilaian Resiko Instansi Pemerintah... 34 C. Rencana Kerja Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian... 35 D. Rencana Kerja Pengelolaan Informasi dan Komunikasi... 36 E. Rencana Kerja Pemantauan Tahapan Penyelenggaraan SPIP. 30 F. Penjadwalan Pelaksanaan Penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan... 39 G. Penghitungan Kebutuhan Rencana Anggaran Biaya Penyelenggaraan SPIP... 39 BAB IV PENUTUP... 40 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 41

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamatkan perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh tingkat pimpinan instansi pemerintah menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Dengan demikian diharapkan penyelenggaraan semua kegiatan pada Instansi Pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan yang memadai bahwa penyelenggaraan semua kegiatan pada Instansi Pemerintah benar-benar mampu mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, juga dengan jelas memerintahkan pengaturan dan pelaksanaan mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dan harus melekat sepanjang kegiatan, serta pelaksanaannya sudah pasti sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang ada, sehingga hasilnya paling tidak memberikan keyakinan yang memadai, dan bukan untuk memberikan keyakinan yang mutlak. Sistem ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern yang dalam penerapannya harus tetap memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah tersebut. Sistem Pengendalian Intern merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Salah satu pengendalian intern didalamnya termasuk aktivitas pengawasan intern. Pengawasan Intern sendiri merupakan keseluruhan proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Ruang lingkup Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), merupakan Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berdasarkan pemikiran tersebut, kemudian dikembangkan unsur Sistem Pengendalian Intern yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern. Pengembangan unsur Sistem Pengendalian Intern perlu mempertimbangkan aspek biaya-manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan secara komprehensif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, ditentukan 5 (llima) unsur Sistem Pengendalian Intern, yaitu meliputi (a). Lingkungan pengendalian, (b). Penilaian risiko, (c). Kegiatan pengendalian, (d). Informasi dan komunikasi, dan (e). Pemantauan. Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggungjawaban kegiatan Instansi Pemerintah, maka semua pimpinan Instansi Pemerintah wajib menerapkan setiap unsur dari Sistem Pengendalian Intern. Untuk memastikan bahwa Sistem Pengendalian Intern tersebut sudah dirancang dan diimplementasikan dengan baik, dan secara memadai diperbaharui untuk memenuhi tuntutan keadaan yang terus berubah, maka harus dilakukan pula pelaksanaan pemantauan secara terus-menerus. Secara khusus, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, bahwa pimpinan Instansi Pemerintah melakukan pemantauan antara lain melalui evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Internnya masing-masing untuk mengetahui kinerja dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern serta cara meningkatkannya. Pemantauan juga berguna untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah-kelola (mismanagement). Selanjutnya, untuk melaksanakan penerapan setiap unsur dari

sistem pengendalian intern tersebut, maka harus direncanakan dengan menyusun Term of Reference (TOR) yang telah disetujui oleh penanggungjawab penerapan Sitem Pengendalian Intern Pemerintah, yang didalamnya memuat ruang lingkup, jadwal waktu penerapan, SDM dan kebutuhan biayanya. Demikian pula terhadap Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Lamonngan, yang juga berarti sebagai instansi pemerintah dengan demikian wajib menerapkan setiap unsur dari Sistem Pengendalian Intern, guna menjamin peningkatan efisiensi dan efektivitas serta optimalisasi pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategisnya. Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten lamongan tahun 2014, sesuai ruang lingkup tugas pokok dan fungsinya, telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan Nomor : 188/ 487/KEP/413.203/2013 tanggal 31 Desember 2013. Selanjutnya sebagai keranka kerja pedoman dalam melaksanakan tugas dari Satuan Tugas (Satgas) dimaksud, maka dilakukan penyusunan Term of Reference (TOR) Penyelenggaraan SPIP pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2014. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur. 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 4286) ; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 4355) ; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor : 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 4578) ;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamongan ; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 11 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamongan tahun 2014 ; 9. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 33 Tahun 2008 tentang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan ; 10. Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 39 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamongan ; 11. Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamongan ; 12. Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 188/158/Kep/413.013/2011 tentang Satuan Tugas (Satgas) Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamongan ; 13. Peraturan Bupati Lamongan Nomor 47 Tahun 2013 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2014 ; 14. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan Nomor : 188/487/KEP/413.013/2013 tentang Satuan Tugas (Satgas) Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. C. Maksud dan Tujuan Penyusunan Term of Reference (TOR) Penyelenggaraan SPIP Penyusunan Term of reference (TOR) ini dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sekaligus menerapkan penyelenggaraannya di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan sesuai dengan kondisi dan kompleksitas permasalahan yang ada, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Term of Refernce (TOR) Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan ini disusun dengan tujuan :

1. Untuk pedoman bagi unsur pimpinan/pejabat dan seluruh staf di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan dalam penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), guna menerapkan 5 (lima) unsur SPIP yaitu Penguatan Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan penyelenggaraan SPIP. 2. Untuk mempermudah dan mempercepat perwujudan pengelolaan keuangan negara yang menjadi tanggungjawab Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan yang efektif, efisien, laporan keuangannya yang dapat dihandalkan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan. 3. Untuk mempercepat dan menjamin arah konsistensi perwujudan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. D. Manfaat Penyusunan Term of Reference (TOR) Penyelenggaraan SPIP Term of reference (TOR) ini dibuat, dengan harapan dapat bermanfaat : 1. Bagi pejabat dan staf Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan yang secara khusus di tunjuk sebagai Satuan Tugas (Satgas) Penyelenggaraan SPIP pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, untuk pedoman dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya serta sekaligus sebagai rencana kerjanya. 2. Bagi seluruh pejabat dan staf Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, tentunya juga dapat sebagai referensi informasi awal terhadap berbagai kegiatan dan tindakan yang akan selalu dilakukan pengendalian maupun pengawasan intern oleh Satgas Penyelenggaraan SPIP, sehingga bisa dilakukan berbagai persiap yang lebih awal. 3. Bagi aparat pemeriksa fungsional, tentunya juga bisa menjadi refensi informasi awal yang bisa menjadi salah satu standar bila melakukan pengawasan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. E. SISTEMATIKA Dalam penyusunan Term of reference (TOR) ini, dengan sistematika dibagi dalam empat bab, sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan menguraikan Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan, Manfaat Penyusunan TOR dan Sistematika Penyusunan TOR ini. Bab II Ruang Lingkup Penyelenggaraan SPIP, menguraikan unsur-unsur penyelenggaraan SPIP, Strategi Penyelenggaraan SPIP, Pengorganisasian Penyelenggaraan SPIP, Membangun Kepedulian Tentang Peran Organisasi, Obyek dan Penentuan Prioritasnya dalam Penyelenggaraan SPIP, serta Penjadwalan Penyelenggaraan SPIP maupun Perhitungan Kebutuhan Penganggarannya. Bab III Rencana Kerja Penyelenggaraan SPIP pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2014. Bab IV Penutup

BAB II RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN SPIP PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN A. Unsur dari SPIP Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, terdiri dari (a). lingkungan pengendalian (b). penilaian risiko (c). kegiatan pengendalian (d). informasi dan komunikasi dan (e). pemantauan pengendalian intern. Unsur SPIP tersebut yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern, dan dalam pengembangannya tentunya harus tetap mempertimbangkan aspek biayamanfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi serta dilakukan secara komprehensif. Unsur-unsur SPIP tersebut akan dicoba untuk diaplikasi dalam Term of Reference (TOR) dalam penyelenggaraan SPIP pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian Berkaitan dengan lingkungan pengendalian ini, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan sebagai pimpinan Instansi pemerintah tentunya berwajiban menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian untuk membentuk dan membangun perilaku positif dan kondusif dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Kepala Badan Kepegawaian harus memiliki sikap perilaku yang positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen bersih, Selaku Pimpinan Instansi Pemerintah harus menyampaikan pesan bahwa nilai-nilai integritas dan etis tidak boleh dikompromikan. Selaku Pimpinan Instansi Pemerintah harus menunjukkan suatu komitmen terhadap kompetensi / kemampuan pegawainya dan menggunakan kebijakan dan praktik pembinaan sumber daya manusia yang baik. Pimpinan Instansi Pemerintah harus memiliki kepemimpinan yang kondusif yang mendukung

pengendalian intern yang efektif. Struktur organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan dan metode pendelegasian wewenang dan tanggung jawab harus memberikan kontribusi terhadap efektivitas pengendalian intern. Ada kesadaran bahwa Instansi Pemerintah harus membangun dan memiliki hubungan kerja yang baik dengan badan legislatif serta auditor internal dan eksternal. Untuk itu unsur lingkungan pengendalian SPIP tersebut, akan dikendalikan dari komponen-komponennya yang terdiri dari : 1). penegakan integritas dan nilai etika, yang akan diilai dari aspek-aspek sebagai berikut : a). menyusun dan menerapkan aturan perilaku; b). memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap jenjang pimpinan BKD Kabupaten Lamongan; c). menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku; d). menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern; dan e). menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis. 2). komitmen terhadap kompetensi, akan dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : a). mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah; b). menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masingmasing posisi BKD Kabupaten Lamongan ; c). menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya; dan d). memilih pejabat BKD Kabupaten Lamongan yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan tugas bidang kepegawaian. 3). kepemimpinan yang kondusif, akan dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : a). mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan; b). menerapkan manajemen berbasis kinerja; c). mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;

d). melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah; e). melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah; dan f). merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan. 4). pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, akan dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : a). menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi Pemerintah; b). memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab di BKD Kab Lamongan ; c). memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern BKD Kab Lamongan; d). melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan e). menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. 5). pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, akan dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : a). wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah; b). pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan; dan c) pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP. 6). penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, akan dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : a. penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai; b. penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan c. supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai. 7). perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan

a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan c. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. 8). hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait, akan dilihat dari segi diwujudkannya dengan harus melalui mekanisme saling uji antar instansi Pemerintah terkait. 2. Penilaian Resiko Yang berkaitan dengan unsur penilaian resiko, maka Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan selaku Pimpinan Instansi Pemerintah harus sudah menetapkan tujuan keseluruhan organisasi yang dipimpin secara jelas dan konsisten serta juga telah membuat tujuan tingkatan kegiatan yang mendukungnya. Selaku Pimpinan Instansi Pemerintah harus melakukan identifikasi risiko secara menyeluruh, mulai dari sumber daya internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi kemampuan Instansi yang dipimpin dalam mencapai tujuannya. Analisis risiko harus selalu dilaksanakan, dan mengembangkan pendekatan yang memadai untuk mengelola risiko. Selain itu, sebagai instansi pemerintah harus sudah memiliki mekanisme untuk mengidentifikasi perubahan yang dapat mempengaruhi kemampuan Instansi yang dipimpin dalam mencapai visi, misi, dan tujuannya. Oleh karena itu dalam pengendalian intern Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, maka unsur Penilaian Resiko SPIP ini, akan dikendalikan dari komponen-komponennya yang terdiri dari : 1). Pelaksanaan penilaian resiko di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, dengan dilihat dari aspek : a). identifikasi risiko, dengan memperhatikan dan mempedomani : i). menggunakan metodologi yang sesuai untuk visi, misi dan tujuan strategis BKD dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif; ii). menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal, dan

iii). menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. b). analisis risiko, harus memperhatikan dan mempedomani : i). untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan BKD ii). penerapannya tetap harus memegang prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima. 2) Visi, misi dan tujuan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan kesesuaiannya dengan pedoman peraturan perundang-undangan yang berlaku, akan dilihat aspek-aspeknya yaitu : a). visi, misi dan tujuan menyeluruh Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, akan lihat dari : i) pernyataan dan arahannya harus sudah spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. ii) pengkomunikasiannya dengan seluruh pejabat dan staf yang ada ; iii) dalam pencapaiannya menggunakan strategi operasional yang konsisten dan strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko. b). tujuan pada tingkatan kegiatan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, harus dilihat dari sisi : i). konsistensinya terhadap visi, misi dan tujuan strategis Rensta Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan ; ii). penerapan dan pengembangan strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko Instansi Pemerintah; iii). semua harus saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya ; iv). relevan dengan seluruh kegiatan utama Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan; v). mengandung unsur kriteria pengukuran; vi). didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan vii). melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya. 3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian merupakan kewajiban bagi setiap pimpinan intansi pemerintah untuk menyelenggarakannya sesuai dengan ukuran, kompleksitas dan sifat dari tugas instansi yang dipimpinnya. Berkaitan dengan unsur Kegiatan Pengendalian, maka kondisi yang diharapkan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan harus memastikan bahwa Kebijakan yang diambil dan dijalankan, prosedur, teknik, dan mekanisme pengendalian yang memadai sudah dikembangkan dan sudah diterapkan untuk memastikan adanya kepatuhan terhadap arahan yang sudah ditetapkan. Kegiatan pengendalian yang tepat sudah dikembangkan untuk setiap kegiatan pada Badan Kepegawaian Daerah dan diterapkan sebagaimana mestinya. Penyelenggarakan kegiatan pengendalian harus tetap sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu unsur Kegiatan Pengendalian ini, akan dikendalikan dengan memperhatikan karakteristik sebagai berikut : 1). kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah; 2). kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko; 3). kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah; 3). kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis; 4). prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara tertulis; dan 5). kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian ini, akan dilihat dari komponen-komponennya sebagai berikut : 1). review atas kinerja BKD Kab Lamongan, akan dilihat dari pembandingan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan. 2). pembinaan sumber daya manusia, dengan melihat hal-hal sebagai berikut : a). pengkomunikasian visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada seluruh pegawai; b). pembuatan strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi; dan

c). pembuatan uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir. 3). pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, harus mampu memastikan akurasi dan kelengkapan informasi, yang harus dipilah menjadi : i). Pengendalian umum, dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut : (1). pengamanan sistem informasi, yang mencakup sebagai berikut : (a). pelaksanaan penilaian risiko secara periodik yang komprehensif; (b). pengembangan rencana yang secara jelas menggambarkan program pengamanan serta kebijakan dan prosedur yang mendukungnya; (c). penetapan organisasi untuk mengimplementasikan dan mengelola program pengamanan; (d). penguraian tanggung jawab pengamanan secara jelas; (e). implementasi kebijakan yang efektif atas sumber daya manusia terkait dengan program pengamanan, dan (f). pemantauan efektivitas program pengamanan dan melakukan perubahan program pengamanan jika diperlukan. (2). pengendalian atas akses informasi, mencakup kegiatan berikut : (a). klasifikasi sumber daya sistem informasi berdasarkan kepentingan dan sensitivitasnya; (b). identifikasi pengguna yang berhak dan otorisasi akses ke informasi secara formal; (c). pengendalian fisik dan pengendalian logik untuk mencegah dan mendeteksi akses yang tidak diotorisasi; dan (d). pemantauan atas akses ke sistem informasi, investigasi atas pelanggaran, serta tindakan perbaikan dan penegakan disiplin. (3). pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi, mencakup kegiatan berikut : (a). otorisasi atas fitur pemrosesan sistem informasi dan modifikasi program;

(b). pengujian dan persetujuan atas seluruh perangkat lunak yang baru dan yang dimutakhirkan, dan (c). penetapan prosedur untuk memastikan terselenggaranya pengendalian atas kepustakaan perangkat lunak. (4). pengendalian atas perangkat lunak sistem informasi, mencakup : (a). pembatasan akses ke perangkat lunak sistem berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan dokumentasi atas otorisasi akses; (b). pengendalian dan pemantauan atas akses dan penggunaan perangkat lunak sistem; dan (c). pengendalian atas perubahan yang dilakukan terhadap perangkat lunak sistem. (5). pemisahan tugas pengelolaan sistem informasi, mencakup kegiatan berikut (a). identifikasi tugas yang tidak dapat digabungkan dan penetapan kebijakan untuk memisahkan tugas tersebut; (b). penetapan pengendalian akses untuk pelaksanaan pemisahan tugas; (c). pengendalian atas kegiatan pegawai melalui penggunaan prosedur, supervisi, dan reviu. (6). kontinuitas pelayanan sistem informasi, mencakup : (a). penilaian, pemberian prioritas, dan pengidentifikasian sumber daya pendukung atas kegiatan komputerisasi yang kritis dan sensitif; (b). langkah-langkah pencegahan dan minimalisasi potensi kerusakan dan terhentinya operasi komputer; (c). pengembangan dan pendokumentasian rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga; dan (d). pengujian secara berkala atas rencana untuk mengatasi kejadian tidak terduga dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

ii). Pengendalian aplikasi sistem informasi, akan dilihat aspek-aspek sebagai berikut : (1). Pengendalian otorisasi sistem Informasi, mencakup: (a). pengendalian terhadap dokumen sumber; (b). pengesahan atas dokumen sumber; (c). pembatasan akses ke terminal entri data; dan (d). penggunaan file induk dan laporan khusus untuk memastikan bahwa seluruh data yang diproses telah diotorisasi. (2). Pengendalian kelengkapan sistem Informasi, mencakup : (a). pengentrian dan pemrosesan seluruh transaksi yang telah diotorisasi ke dalam komputer, dan (b). pelaksanaan rekonsiliasi data untuk memverifikasi kelengkapan data. (3). Pengendalian akurasi sistem Informasi, mencakup: (a). penggunaan desain entri data untuk mendukung akurasi data; (b). pelaksanaan validasi data untuk mengidentifikasi data yang salah; (c). pencatatan, pelaporan, investigasi, dan perbaikan data yang salah dengan segera; dan (d). reviu atas laporan keluaran untuk mempertahankan akurasi dan validitas data. (4). Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data sistem Informasi, mencakup : (a). penggunaan prosedur yang memastikan bahwa hanya program dan file data versi terkini digunakan selama pemrosesan; (b). penggunaan program yang memiliki prosedur untuk memverifikasi bahwa versi file komputer yang sesuai digunakan selama pemrosesan; (c). penggunaan program yang memiliki prosedur untuk mengecek internal file header labels sebelum pemrosesan; dan (d). penggunaan aplikasi yang mencegah perubahan file secara bersamaan.

4). pengendalian fisik atas asset, sebagai kewajiban setiap pimpinan istansi pemerintah harus dikomunikasikan dengan seluruh pegawai, terutama yang berkaitan dengan : a). rencana identifikasi, kebijakan dan prosedur pengamanan fisik ; b). rencana pemulihan setelah bencana. 5). penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja, wajib dilakukan oleh setiap pimpinan instansi pemerintah, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : a). menetapkan ukuran dan indikator kinerja ; b). mereviu dan melakukan validasi secara periodik atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja; c). mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan d). membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut. 6). pemisahan fungsi, wajib dilakukan oleh setiap pimpinan instansi pemerintah untuk menjamin agar seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh hanya 1 (satu) orang. 7). otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting, sebagai kewajiban setiap pimpinan instansi pemerintah, dengan menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai. 8). pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, sebagai kewajiban setiap pimpinan instansi pemerintah, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a). transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera, dan b). klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi atau kejadian. 9). pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, sebagai kewajiban setiap pimpinan instansi pemerintah, dengan memberikan akses hanya kepada pegawai yang ditugaskan (berwenang) dan harus melakukan review atas pembatasan tersebut secara berkala ;

10). akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya, sebagai kewajiban setiap pimpinan instansi pemerintah, dengan juga memberikan akses hanya kepada pegawai yang ditugaskan (berwenang) dan harus melakukan review atas pembatasan tersebut secara berkala, dan dengan menugaskan secara khusus pegawai yang bertanggungjawab terhadap penyimpanan sumberdaya dan pencatatannya serta melakukan review atas penugasan tersebut secara berkala ; 11). dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting, juga sebagai kewajiban setiap pimpinan instansi pemerintah sehingga harus memiliki, mengelola, memelihara dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting. 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk mengidentifikasi dan mencatat informasi operasional dan keuangan yang penting yang berhubungan dengan peristiwa internal dan eksternal yang telah ada dan diimplementasikan. Informasi tersebut wajib diidentifikasi, dicatat, dan dikomunikasikan oleh setiap pimpinan kepada pegawai jajarannya dan pihak lain di lingkungan Instansi Pemerintah dalam bentuk dan waktu yang tepat yang memungkinkan para pihak tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara lebih efisien dan efektif. Oleh karena itu Kepala BKD Kabupaten Lamongan sebagai Pimpinan Instansi Pemerintah harus memastikan bahwa komunikasi internal telah terjalin dengan efektif, serta juga harus memastikan bahwa komunikasi eksternal yang efektif juga terjalin dengan kelompok-kelompok yang dapat mempengaruhi pencapaian visi, misi, dan tujuan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. Kepala BKD Kab Lamongan paling tidak harus melakukan hal-hal sebagai berikut : 1). menyediakan dan menggunakan berbagai bentuk dan sarana komunikasi yang sesuai dengan kebutuhannya, yang bisa berupa buku pedoman, pedoman kebijakan dan prosedur, surat edaran, memorandum, papan pengumuman,

situs internet, e-mail, rekaman video, arahan lisan, termasuk tindakan pimpinan yang mendukung implementasi Sistem Pengendalian Intern. 2), mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasinya dalam upaya meningkatkan komunikasi wajib diselenggarakannya secara efektif dan berkesinambungan, dengan harus mempertimbangkan manajemen sistem informatika, mekanisme identifikasi kebutuhan informasi, kemajuan teknologi informasi, pemantauan mutu informasi, kecukupan SDM dan keuangan untuk pengembangannya. 5. Pemantauan SPIP Pemantauan pengendalian intern menilai kualitas kinerja pengendalian intern Instansi Pemerintah wajib dilakukan secara terus-menerus sebagai bagian dari proses pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Selain itu, evaluasi terpisah terhadap pengendalian intern dilakukan secara berkala dan kelemahan yang ditemukan diteliti lebih lanjut. Sudah ada prosedur yang dibuat, untuk memastikan bahwa seluruh temuan audit dan reviu lainnya segera dievaluasi, ditentukan tanggapan yang tepat, dan dilaksanakan tindakan perbaikannya. Oleh karena itu Kepala BKD Kab Lamongan sebagai pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan pengendalian intern, melalui kegiatan sebagai berikut : 1). melaksanakan pemantauan secara berkelanjutan, yang diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. 2). evaluasi terpisah, dapat dilaksanakan dengan : a). diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern. b). dapat bekerjasama untuk dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah. c). dapat milakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern sesuai pedoman ketentuan yang berlaku. 3). meninindak-lanjuti setiap rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya, yang harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

B. Strategi Penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan Strategi Penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : 1). Mempersiapkan SDM nya yang akan menjadi anggota Satuan Tugas untuk diberikan kompetensi di bidang penyelengaraan SPIP dengan mengirim para pejabat dan staf BKD Kabupaten Lamongan untuk mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) SPIP yang diselenggarakan Inspektorat Kabupaten Lamongan dan mengikutkan Diklat SPIP yang pernah diselenggarakan. 2). Membentuk Satgas penyelenggaraan SPIP pada BKD Kabupaten Lamongan. 3). Menyusun Term of Reference (TOR) SPIP pada BKD Kabupaten Lamongan yang merupakan kerangka kerja pedoman teknis sekaligus memuat rencana kerja penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan. 4). Pelaksanaan Penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan. 5). Monetoring, evaluasi, analisis dan pelaporan penyelenggaraan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan. 6). Penguatan dan pengembangan SPIP di BKD Kabupaten Lamongan. C. Pengorganisasian Penyelenggara SPIP Sebagai penyelenggara SPIP di BKD Kabupaten Lamongan telah dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Penyelenggaraan SPIP pada BKD Kab. Lamongan berdasar-kan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kab. Lamongan Nomor : 188/ 487 /KEP/413.203/2013 tanggal 31 Desember 2013, dengan susunan keanggotaan Satgas dan tugas yang menjadi tanggungjawab pokoknya sebagai berikut :

1). Susunan Satgas penyelenggaraan SPIP pada BKD Kabupaten Lamongan, sebagai berikut : a) Penanggung jawab BAMBANG Kepala Badan Kepegawaian KUSTIONO, SH.MM Daerah Kab. Lamongan b) Ketua DR. MUGITO, M Sekretaris pada Badan Kepegawaian Daerah c) Sekretaris CHONEEF ENDAH F., SH.Msi. d) Koordinator Pengen AGUS SUPRAPTO, dalian Kualitas Program, S.Sos. Pengangga- ran, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan e) Anggota ENDANG SRI ASTUTIK, SAP. f) Anggota AWANG SARI SP., SE.MSi. g) Koordinator Pengen SITI RUBIKAH, dalian Kualitas Output SE.MSi. Kebijakan dan Pelayanan Kepegawaian h) Anggota R.MOCH. BAHARUDIN, SH. i) Anggota JOHNY INDRIANTO F., SSTP.MSi. j) Anggota ARIEF FAKHRUDIN, SSTP.MAP. k) Koordinator Pengen dalian Kualitas Disiplin, Pendayagunaan dan Pengembangan Pegawai HARIYANTO, SPd.M.IP. Kab. Lamongan Kasubag Program pada Badan Kepegawaian Daerah Kab. Lamongan Kasubag Keuangan pada Sekretariat Badan Kepega-waian Daerah Kab Lamongan Staf Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan Staf Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan Kepala Bidan Mutasi pada Badan Kepegawaian Dae-rah Kab Lamongan Kasubid Kesejahteraan Pe-gawai pada Bidang Pengem bangan Karier dan Kesejah-teraan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan Kasubid Pengadaan dan Pemberhentian Pegawai pada Bidang Informasi dan Pengadaan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan Kasubid Mutasi I pada Bidang Mutasi Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan Kepala Bidang Pengembangan Karier dan Kesejah-teraan Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan

l) Anggota SUMARTINI, BA. Kasubag Umum pada Sekre tariat Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan m) Anggota RUSDY, SH.MH. Kasubid Mutasi II pada Bidang Mutasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan n) Koordinator Pengen dalian Kualitas Informasi, DRS. TURDJI, MM. Kepala Bidang Informasi dan Pengadaan Pegawai Sarana dan pada Badan Prasarana Kerja Kepegawaian Daerah Pegawai Kab Lamongan o) Anggota NURHAYATI Kepala Bidang Diklat ASA ADAH, SE.MSi. Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kab Lamongan p) Anggota NOMAN KRESNA Kasubid Informasi dan MS., SSTP.MSi. Dokumentasi pada Bidang Informasi dan Pengadaan Pegawai Badan Kepega-waian Daerah Kab Lamongan

2). Tugas yang menjadi tanggungjawab Satgas Penyelenggaraan SPIP pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, sebagai berikut : a. Merencanakan dan merumuskan kebijakan intern penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. b. Menyelenggarakan sistem pengendalian intern pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. c. Mereview, mengevaluasi dan melaporkan hasil penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. D. Obyek Penyelenggaraan SPIP dan Penentuan Prioritasnya Obyek penyelenggara SPIP di BKD Kab. Lamongan adalah kelembagaan, kewenangan dan tatalaksana, perencanaan strategis, pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran dan keuangan serta asset, seluruh kebijakan dan kesediaan perangkat regulasinya, input, proses dan output aktivitas kerja dan pelayanan, sikap dan perilaku SDM dan manajemennnya, transaksi dan kejadian hubungan kerja, pengelolaan sistem informasi, pengelolaan komunikasi dan informasi serta evaluasi dan pelaporan yang dibangun, dijalankan dan di kembangkan sesuai tugas pokok dan fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan. Untuk menjamin pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran strategisnya, maka Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan harus menentukan obyek yang menjadi prioritas dalam penyelenggaraan SPIP sehingga nantinya dapat mengendalikan risiko-risiko yang menghambat pencapaian dan perwujudannya. Oleh karena itu, Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan harus mengidentifikasikan obyek penyelenggaraan SPIP (organisasional dan operasional), menilai risiko makronya secara keseluruhan, dan kemudian menentukan prioritas berdasarkan urutan besarnya risiko makro. Adapun prinsip perumusan dan penentuan prioritas obyek penyelenggaraan SPIP adalah berdasarkan risiko makro yang dominan berdasarkan 12 (dua belas) kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga dengan demikian tujuannya dalam penentuan prioritas penyelenggaraan SPIP benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di lingkungan organisasi SKPD Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan.

Langkah kerja utama menyusun prioritas obyek penyelenggaraan SPIP tersebut adalah sebagai berikut: 1). melakukan identifikasi atas sub unit kerja atau kegiatan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan berdasarkan uraian tugas dan fungsinya; 2). memberikan penilaian (skor 1-5) pada masing-masing unit atau kegiatan untuk setiap kriteria sebagai berikut: a). etika, yaitu nilai-nilai yang dituntut dalam melaksanakan suatu pekerjaan meliputi hal-hal yang boleh dan tidak boleh serta hal yang dibenarkan atau tidak dibenarkan; b). kompetensi, yaitu kemampuan berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas; c). aset, yaitu aset, sumber daya, atau sub-sub kegiatan yang digunakan/dilibatkan dalam melaksanakan kegiatan; d). finansial, yaitu pengaruh kondisi finansial secara umum dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan; e). kompetisi, yaitu tingkat kompetisi dalam pelaksanaan tugas dikaitkan dengan perbandingannya dengan kegiatan sejenis yang dilakukan oleh unit lainnya; f). kerumitan, yaitu tingkat kompleksitas yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan; g). dampak, yaitu akibat yang ditimbulkan atas suatu kegiatan dikaitkan dengan kinerja instansi pemerintahan secara keseluruhan; h). komputerisasi, yaitu tingkat komputerisasi yang dituntut dalam melaksanakan kegiatan; i). penyebaran yaitu tingkat penyebaran secara geografis atas kegiatan yang dilaksanakan; j). organisasi, yaitu tingkat perubahan organisasi yang dialami dalam hubungannya dengan efektivitas pelaksanaan kegiatan ; k). manajemen, yaitu tingkat pertimbangan manajemen atau dukungan manajemen pelaksanaan kegiatan. Termasuk yang dapat menjadi pertimbangan manajemen adalah kegiatan yang bersifat quick win sehingga mendesak untuk ditingkatkan pengendaliannya;

l). audit yaitu tingkat kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam audit baik oleh auditor eksternal maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP); 3). menjumlahkan nilai masing-masing kriteria sehingga diperoleh nilai total atas risiko makro dari masing-masing kegiatan; 4). membuat peringkat nilai dengan urutan dari unit atau kegiatan dengan nilai terbesar sampai dengan nilai terkecil; 5). menentukan prioritas penyelenggaraan SPIP atas unit atau kegiatan berdasarkan peringkatnya dikaitkan dengan sumber daya yang ada, dan 6). menuangkan hasil penilaian dalam kertas kerja sesuai Format E dan menyimpulkan hasilnya dalam Desain Penyelenggaraan SPIP. E. Membangun Kepedulian Tentang Peran Organisasi Kesadaran setiap pimpinan dan seluruh pegawai tentang perannya dalam kehidupan organisasi adalah modal awal yang sangat diperlukan untuk dikembangkan dalam penyusunan strategi penerapan SPIP. Kepedulian tentang peran ini perlu dibangun agar arah pengembangan tujuan organisasi sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis organisasi. Peran masing-masing baik pimpinan maupun keseluruhan pegawai harus dinilai sesuai tugas dan fungsinya secara sadar yang dijalani oleh pimpinan dan seluruh pegawai, dan harus dipastikan arahnya dengan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis organisasi. Dalam menerapkan SPIP sangat diperlukan kepedulian pimpinan dan seluruh pegawai dalam melakukan evaluasi terhadap tugas dan fungsi yang dijalankan agar selalu berada dalam arah yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis SKPD maupun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerahnya. Oleh karena itu dalam mendesain SPIP diperlukan pemahaman terhadap ketatalaksanaan dan ketatausahaan atau proses bisnis unit atau kegiatan (Standar operasional prosedur/sop nya) serta struktur organisasinya. Dengan demikian pimpinan dan seluruh pegawai yang ada memahami tugas dan fungsi organisasi serta pengendaliannya dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masingmasing.

BAB III RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN A. Rencana Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian Untuk menilai efektivitas lingkungan pengendalian kita harus mengetahui kelemahan dari suatu penendalian sehingga dapat kita tentukan area perbaikan (Area of Improvement/AOI). Hal ini tidak hanya menunjuk ke arah infrastruktur atau unsur SPIP yang akan diperbaiki tetapi juga menunjuk ke unit organisasi mana yang akan diperbaiki termasuk mengidentifikasi didalamnya sub unsur Lingkungan Pengendalian. Unit kerja perlu menyusun suatu rencana kerja untuk menindaklanjuti adanya kelemahan dalam unsur lingkungan pengendalian. Rencana Kerja penguatan lingkungan pengendalian ditentukan sub-sub unsurnya sesuai dengan informasi kelemahan yang diperoleh dari hasil Diagnostic Assessment (DA) lingkungan pengendalian. 1. Rencana Kerja Penegakan Integritas dan Nilai Etika Rencana kerja ini disusun dalam rangka menindaklanjuti temuan adanya kelemahan atau kekurangan atas keberadaan dan keterpenuhan syarat minimal aturan perilaku, serta penerapannya dalam pelaksanaan kegiatan suatu unit kerja. a. Prinsip dan Tujuan Prinsip dari Rencana Kerja Penegakan Integritas dan Nilai Etika didasarkan pada aturan perilaku dan etika bagi pegawai yang diterapkan dan ditegakkan di unit kerja. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan integritas pimpinan dan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja penyusunan/ penyempurnaan aturan perilaku atau mekanisme penegakan aturan perilaku di unit kerja.

c. Kriteria 1). Adanya Aturan Perilaku berupa Peraturan Kepala BKD Kab Lamongan yang berlaku menyeluruh dan berlaku di lingkungannya dan sudah diterapkan. 2). Pegawai memperlihatkan bahwa ia mengetahui: a). perilaku dapat diterima; b). perilaku tidak dapat diterima; c). hukuman yang akan dikenakan terhadap perilaku yang tidak diterima; dan d) tindakan yang harus dilakukan jika tahu ada sikap perilaku yang tidak diterima. 3). Pegawai menandatangani pernyataaan untuk menerapkan aturan perilaku/pakta integritas secara berkala. 4). Pimpinan melakukan pembinaan dan mendorong terciptanya budaya yang menekankan pentingnya penegakan integritas dan nilai etika. 5). Pegawai melihat adanya dorongan sejawat untuk menerapkan sikap perilaku dan etika yang baik. 6). Pimpinan melakukan tindakan cepat dan tepat segera setelah timbulnya masalah (perilaku tidak etis). 7). Adanya petunjuk pelaksanaan/mekanisme yang mengatur diperkenankannya melakukan intervensi dan pengabaian atas pengendalian intern. 8). Intervensi atau pengabaian terhadap pengendalian intern didokumentasikan secara lengkap termasuk alasan dan tindakan khusus yang diambil. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1). menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur penegakan integritas dan nilai etika sesuai dengan kriteria di atas dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2). mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait;

3). menganalisis permasalahan etika yang ditemukan di unit kerja baik didapat dari hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), maupun penilaian efektivitas lingkungan pengendalian; 4). menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan penegakan integritas dan nilai etika; dan 5). membuat rencana aksi penyusunan/perbaikan aturan perilaku atau mekanisme penegakan aturan perilaku. 2. Rencana Kerja Peningkatan Komitmen pada Kompetensi Instansi pemerintah memerlukan suatu komitmen dari pimpinan untuk menempatkan atau menugaskan pegawainya sesuai dengan persyaratan kompetensi yang dimiliki masing-masing pegawai, yakni disesuaikan dengan pengetahuan dan keahliannya. a. Prinsip dan Tujuan Prinsip dari Rencana Kerja Peningkatan Komitmen pada Kompetensi didasarkan pada standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi masing-masing posisi di unit kerja. Sedangkan tujuannya adalah untuk menentukan dan menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat. Komitmen terhadap kompetensi ditunjukkan dengan kemauan pimpinan dan pegawai untuk bersamasama bertanggungjawab dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan instansinya dengan melakukan tugas/jabatan sesuai dengan peran dan fungsinya dengan pengetahuan dan keahliannya. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja penyusunan standar kompetensi pada masing-masing unit kerja. c. Kriteria

1). Pimpinan sudah menetapkan uraian jabatan, syarat jabatan, dan syarat kompetensi yang dibutuhkan untuk seluruh jabatan/fungsi di lingkungan Kementerian. 2). Adanya mekanisme/proses yang memastikan bahwa pegawai yang terpilih untuk menduduki suatu jabatan telah memiliki kompetensi yang diperlukan. 3). Kompensasi dan kenaikan jabatan/promosi didasarkan pada prestasi dan kinerja. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1). menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur komitmen pada kompetensi sesuai dengan kriteria di atas dan menentukan ruang lingkup yang sesuai; 2). mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3). menginventarisasi tugas dan fungsi pada unit kerja; 4). mengidentifikasi kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan fungsi yang telah diinventarisir; 5). analisis pendidikan, pelatihan, pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dibutuhkan dari seorang pegawai untuk melaksanakan kegiatan yang diembannya; 6). menetapkan kebijakan terkait standar kompetensi pada masing-masing tugas dan fungsi; 7). menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan peningkatan komitmen pada kompetensi; dan 8). membuat rencana aksi penguatan/perbaikan kompetensi pimpinan dan seluruh pegawai. 3. Rencana Kerja Peningkatan Pemahaman Kepemimpinan yang Kondusif Kepemimpinan yang kondusif adalah kepemimpinan yang efektif dalam mengarahkan seluruh sumber daya dan potensi organisasi, termasuk melakukan perubahan dalam rangka mencapai kinerja yang lebih baik.

a. Prinsip dan Tujuan Prinsip dari Rencana Kerja Peningkatan Pemahaman Kepemimpinan yang Kondusif didasarkan pada pertimbangan risiko dalam pengambilan keputusan, penerapan manajemen berbasis kinerja, dan pengendalian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Sedangkan tujuan dari rencana kerja ini adalah untuk menciptakan iklim yang positif dan manajemen yang sehat dalam pelaksanaan kegiatan. b. Output Output kegiatan ini adalah adanya Rencana Kerja pemahaman pimpinan atas pencapaian kinerja yang berbasis risiko. c. Kriteria 1) Pimpinan sudah melakukan penilaian risiko atas kebijakan yang dibuat untuk pelaksanaan tupoksinya. 2) Seluruh kebijakan yang diambil oleh pimpinan sudah didasarkan pada hasil penilaian risikonya. 3) Pimpinan mendorong Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan pengawasan intern secara intensif. 4) Pimpinan selalu memberikan respon cepat dan positif terhadap temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 5) Masih terdapat resiko yang belum teridentifikasi. d. Langkah Kerja Langkah kerja utama untuk menghasilkan output ini adalah: 1). menganalisis hasil Diagnostic Assessment (DA) atas sub unsur kepemimpinan yang kondusif; 2). mengidentifikasi hasil penilaian risiko yang terkait; 3). menginventarisasi tugas dan fungsi pada unit kerja; 4). mengidentifikasi target kinerja pada masing-masing unit organisasi; 5). menentukan kelemahan lingkungan pengendalian yang terkait dengan kepemimpinan yang kondusif; dan