BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1

BAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sehingga perlu diberi pendidikan (Samino, 2011:19). membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

PERANAN PAUD DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disajikan pada pelatihan Tutor PAUD di Bekasi Oleh Babang Robandi PLS-FIP UPI

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djahiri (1999), nilai adalah harga, makna, isi pesan dan semangat, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME IBU PENDIDIK BANGSA Magelang, 29 Desember A. Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN GURU DALAM MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SMP NEGERI 1 BUA PONRANG KABUPATEN LUWU

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. dari ruang lingkup yagn kecil yaitu keluarga, sampai yang terluas yaitu dunia. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Bahkan pakar atau orang-oang bijak yang berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI. Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood education (ECD). Menu generik menjabarkan pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap selanjutnya (2007 : 3). PAUD merupakan lembaga terdekat dengan kehidupan anak yang sangat mempengaruhi kehidupan dan tingkah laku anak hingga dewasa. PAUD juga dapat dikatakan sebagai proses pembinaan tumbuh kembang anak usia 0 8 tahun secara menyeluruh, mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi Perkembangan mental, intelektual, emosional, moral, dan sosial (NEST, 2007). Seluruh aspek perkembangan anak dikembangkan melalui program PAUD ini dalam aktivitas belajar yang menyenangkan karena dilaksanakan dalam kegiatan bermain. Aspek perkembangan sebagai potensi bawaan anak tidak akan berkembang tanpa stimulasi dari orang tua di rumah dan pendidik anak di sekolah. PAUD merupakan peletak dasar berbagai perkembangan anak yang akan sangat berpengaruh pada proses kehidupan anak di masa mendatang. Usia dini merupakan usia dimana yang tepat untuk diberikan berbagai konsep kehidupan sebagai bekal di kehidupan selanjutnya. Semenjak seorang 14

manusia lahir dari rahim ibu sampai ia dapat hidup mandiri memerlukan waktu yang sangat panjang dibanding dengan makhluk hidup lainnya. Anak mempunyai lebih kurang 100 milyar sel otak sejak lahir. Sel-sel otak tersebut membutuhkan stimulasi yang tepat agar dapat saling terhubung menjadi jalinan yang padat sebagai tanda seorang anak cerdas. Stimulasi pendidikan yang diberikan dan pola asuh orang tua serta pendidik merupakan salah satu penentu bagi pengoptimalan penggunaan otak ini. Berdasarkan hasil penelitian Osbon, White, dan Bloom (2004), di bidang Neurologi, ditemukan fakta bahwa perkembangan kecerdasan anak mencapai 50% pada usia 0-4 tahun, 80% pada usia 4-8 tahun, dan 100% pada usia 8-18 tahun. Sedangkan pertumbuhan fisik anak usia 0 tahun mencapai 25%, 6 tahun mencapai 90%, dan 12 tahun mencapai 100%. Oleh karena itu, usia dini bagi seorang anak merupakan masa yang strategis bagi perkembangan hidup selanjutnya. Mengacu pada hasil penelitian di atas, maka pemberian stimulasi pendidikan yang tepat perlu diperhatikan. Pendidikan anak usia dini memberikan stimulasi bagi pengembangan enam aspek perkembangan yang ada pada anak yang terangkum dalam menu generik pembelajaran PAUD. Salah satu aspek yang menjadi perhatian pengembangan adalah aspek moral dan nilai-nilai agama. Aspek moral mencakup pada aspek kehidupan keagamaan, nilai, dan karakter anak. Karakter yang akan dibahas lebih jauh dihubungkan dengan karakter bangsa yang dikembangkan pada anak sejak dini agar menjadi budaya yang mengakar pada jiwa anak. Pemberian stimulasi aspek yang akan dikembangkan, terutama karakter yang bisa menjadi sangat abstrak bagi anak, harus mengguna metode yang tepat. 15

Penyampaian cara yang benar akan memungkinkan terwujudnya pembiasaan sebagai perilaku terhadap karakter yang akan ditanamkan. Karakter akan menjadi jiwa anak, jika dalam penyampaiannya menyenangkandan menantang untuk dipelajari bagi anak, baik pemberian pengetahuan maupun pada penanaman tingkah laku. Masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter anak sehingga menjadi tidak kreatif. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi yang lebih baik. Selain itu keberhasilan pendidikan karakter Ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak. Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosialemosi, kreativitas, dan spiritual). Sekolah dengan model pendidikan seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Menurut Piaget (dalam Hidayat, 2004:33), masa anak berusia 3 6 tahun termasuk dalam tahapan hateronomous. Pada tahapan tersebut penalaran anak 16

terhadap moral masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, guru sangat berperan dalam memberikan pendidikan moral baik dengan contoh prilaku maupun dengan pemberian wawasan melalui kegiatan yang dapat diterima oleh anak. Salah satu kegiatan yang disenangi anak adalah kegiatan bercerita. Rata-rata semua anak di dunia ini senang mendengarkan cerita karena sifat dasar anak adalah selalu ingin tahu hal-hal baru. Melalui kegiatan bercerita, guru dapat memberikan pendidikan karakter melalui cerita-cerita keteladanan dan membandingkan sifat yang baik dengan yang buruk atau yang benar dan salah menurut norma-norma moral. Depdikbud (dalam Hidayat 2004:44) menyatakan untuk pengembangan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai agama, dan moralitas agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Periode yang paling efektif untuk membentuk karakter anak adalah 12 bulan hingga usia 10 tahun. Diharapkan pembentukan karakter pada periode ini akan memiliki dampak yang akan bertahan lama terhadap pembentukan moral anak. Suasana kasih sayang dan mau menerima anak apa adanya, serta menghargai potensi anak, memberi rangsangan yang kaya untuk segenap aspek perkembagan anak merupakan jawaban bagi tumbuhnya generasi yang berkarakter di masa yang akan datang. Megawangi (2003:10) mengemukakan karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma), pendidikan (apa yang diketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan perjalanan (apa yang telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan). Fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh karenanya ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga, sekolah, 17

dan komunitas. Oleh sebab itu, diharapkan pendidik dan orangtua bekerja sama dalam mengembangkan karakter anak. Dengan begitu, anak-anak bangsa akan tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan berkarakter. Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan. Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Dimulai dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan. Salah satu bentuk karakter adalah jujur. Kejujuran saat ini merupakan hal yang langka. Para guru harus mampu memberikan contoh kepada para peserta didiknya untuk mampu berlaku jujur. Ketika jujur diajarkan di sekolah-sekolah kita, maka para peserta didik tak akan berani berbohong karena telah terbiasa jujur. Kebiasaan jujur ini jelas harus menjadi fokus utama dalam pendidikan di sekolah. Sebab kejujuran telah menjadi barang langka di negeri ini. Timbulnya korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah akibat dari karakter jujur yang kurang terpelihara dengan baik. 18

Menurut Najib Sulhan (2011:31) kejujuran memiliki indikator berupa tampak membiasakan mengucapkan kata-kata yang jujur (tidak bohong), berani mengakui kesalahan yang diperbuat, menjaga milik orang lain (tidak mau mengambil milik orang, berani mengatakan yang benar dan yang salah, melaksanakan yang menjadi kewajiban, tidak menyontek, menyampaikan sesuatu hal secara objektif. Dr Lee seorang direktur Institute of Child Study di Toronto University yang meneliti 1.200 anak usia 2-16 tahun mengatakan mayoritas anak-anak tersebut berbohong. Persentase berbohong pada anak adalah : 1. Pada usia 2 tahun, 20 persen anak-anak akan berbohong, 2. Presentase akan meningkat sampai 50 persen pada anak usia 3 tahun, 3. Hampir 90 persen pada usia 4 tahun, 4. Usia yang paling cerdik adalah 12 tahun, yang mana hampir setiap anak berbohong, 5. Kecenderungan berbohong akan menurun menjadi 70 persen pada saat anak berusia 16 tahun. Sesuai dengan penelitian tersebut realitanya pada saat peneliti melakukan pengamatan lapangan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Nuansa Persada Medan, ternyata sebagian besar anak-anak yang belum menanamkan kejujuran dalam dirinya. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan terhadap anak yang suka berbohong, tidak mau mengakui kesalahannya, mau mengambil milik teman, dan sebagainya. Jika masalah ini tidak diselesaikan, apa yang akan terjadi pada bangsa kita di kemudian hari? Fenomena tersebut jelas menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi banyak kalangan. Pengembangan karakter pada anak usia dini yang didasari dengan pengembangan nilai dan sikap anak dapat menggunakan kegiatan bercerita yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang didasari oleh nilai-nilai 19

agama, dan moralitas agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Salah satu upaya dalam mengembangkan karakter anak terutama kejujurannya ialah dengan kegiatan bercerita. Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang banyak digunakan oleh guru anak usia dini, yang disampaikan dapat berupa pesan, informasi atau sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan cara yang menyenangkan. Anak-anak akan merekam semua doktrin, imajinasi, dan peristiwa yang ada di dalam alur cerita. Kualitas penalaran anak terhadap pendidikan karakter yang disampaikan oleh gurunya melalui cerita, tergantung dari bagaimana guru menggunakan cerita agar penalaran dan pemahaman anak tentang kejujuran dapat berkembang, yang merupakan bagian dari pengembangan karakter. Apa yang akan terjadi jika negeri ini memiliki banyak orang cerdas, namun ternyata mental dan perilaku mereka sama sekali tidak cerdas? Mungkin akan muncul sosok-sosok orang pandai yang memperalat orang bodoh atau orang pandai yang menindas orang lemah. Oleh sebab itulah, maka peneliti merasa penting melakukan suatu penelitian yang berjudul Upaya Mengembangkan Karakter Jujur Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Bercerita 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah : a. Terdapat anak yang belum memiliki nilai kejujuran dalam dirinya. b. Terdapat anak suka mengalihkan pembicaraan. c. Terdapat anak yang bicara tidak sinkron antara orang yang satu dengan yang lain. d. Terdapat anak yang menutupi bohong dia dengan cara berbohong lagi. 20

e. Terdapat anak yang menghindari bertemu kita f. Kurangnya perhatian pendidik dalam mengembangkan karakter jujur anak usia 5-6 tahun di PAUD Nuansa Persada Medan. g. Kurangnya penerapan kegiatan bercerita dalam mengembangkan karakter jujur anak usia 5-6 tahun di PAUD Nuansa Persada Medan. 1.3. Pembatasan Masalah Adapun penelitian ini dibatasi menjadi mengembangkan karakter jujur anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan bercerita di PAUD Nuansa Persada Medan. 1.4. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan supaya masalahmasalah yang akan diteliti dapat diklasifikasi secara rinci. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan kegiatan bercerita dapat mengembangkan karakter jujur anak usia 5-6 tahun di PAUD Nuansa Persada Medan? 1.5. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan karakter jujur anak usia 5-6 tahun di PAUD Nuansa Persada Medan melalui kegiatan bercerita. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengembangan karakter jujur pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Nuansa Persada Medan. 21

1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran di PAUD, terutama pada pengembangan karakter anak melalui kegiatan bercerita. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut : a. Bagi guru Sebagai masukan dalam mengembangkan karakter anak melalui kegiatan bercerita. b. Bagi penulis Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman langsung melakukan kegiatan bercerita dalam mengembangkan karakter anak. c. Bagi Orang Tua Memberi motivasi untuk mengembangkan karakter anak. 22