Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

IDENTIFIKASI AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN)

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

PERBANDINGAN MODEL IDENTIFIKASI DAERAH BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KALIMANTAN BARAT RIA RACHMAWATI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

ix

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMAN PEMANFAATAN DATA LANDSAT-8 UNTUK DETEKSI DAERAH TERBAKAR (BURNED AREA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

RIZKY ANDIANTO NRP

STUDI TINGKAT KERAPATAN MANGROVE MENGGUNAKAN INDEKS VEGETASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA NDVI CITRA SATELIT LANDSAT MULTI TEMPORAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORESTASI HUTAN KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISIS INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS AVNIR-2 (Studi Kasus: Estuari Perancak, Bali)

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A JW Hatulesila. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Penanganan Perubahan Iklim di Kota Ambon. Abstrak

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

ESTIMASI EVAPOTRANSPIRASI SPASIAL MENGGUNAKAN SUHU PERMUKAAN DARAT (LST) DARI DATA MODIS TERRA/AQUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERINGAN WAHYU ARIYADI

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ untuk Menganalisa Kelembaban Hutan Berdasarkan Nilai Indeks Kekeringan (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

Endang Prinina 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Salam Tarigan 2 1

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

ABSTRAK. Kata Kunci: kebakaran hutan, penginderaan jauh, satelit Landsat, brightness temperature

Sistem Informasi Geografis Potensi Produktivitas Pertambakan Di Kota Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Perbandingan Pengaruh Koreksi Radiometrik Citra Landsat 8 Terhadap Indeks Vegetasi Pada Tanaman Padi

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

STUDI KONSENTRASI KLOROFIL-A BERDASARKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN:

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Transkripsi:

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo) Nurul Aini Dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: bangunms@gmail.com, 20.nurulaini@gmail.com A830 Abstrak Kebakaran hutan dan lahan merupakan masalah serius yang kerap terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Kebakaran terjadi akibat faktor alam atau bahkan karena unsur kesengajaan manusia. Salah satu contoh kasus kebakaran adalah kebakaran hutan savana di kawasan Gunung Bromo pada tanggal 20 sampai 23 Oktober 2014. Kebakaran yang berlangsung selama empat hari tersebut telah menghanguskan kurang lebih 1.487 Ha. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebakaran merupakan ancaman serius karena kerugian yang ditimbulkannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya penanganan pasca kebakaran. Salah satu caranya adalah penyediaan informasi spasial daerah bekas terbakar dalam bentuk peta. Peta dibuat dengan memanfaatkan data penginderaan jauh yaitu citra Landsat-8 dan citra MODIS sebelum dan sesudah kebakaran. Daerah bekas terbakar diidentifkasi dengan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). NDVI memanfaatkan kanal inframerah dekat dan kanal merah untuk menganalisa kerapatan vegetasi. Suatu piksel diklasifikasi sebagai daerah bekas terbakar jika nilainya melebihi nilai threshold. Model threshold yang digunakan dalam penelitian ini adalah µ - 1σ, µ, dan µ + 1σ. Berdasarkan hasil identifikasi daerah bekas terbakar pada kedua citra, didapat nilai akurasi terbesar citra Landsat-8 adalah 48,394% dari model µ - 1σ sedangkan citra MODIS adalah 57,089% dari model µ. Luas daerah bekas terbakar untuk citra Landsat-8 sebesar 1.354,5 Ha sedangkan untuk citra MODIS sebesar 1.005,209 Ha. Kata Kunci Landsat-8, MODIS, NDVI, Threshold, Uji akurasi M I. PENDAHULUAN ENURUT Badan Nasional Penanggulangan Bencana, kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Pada musim kemarau, kebakaran sering terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Kebakaran terjadi akibat faktor alam atau bahkan karena unsur kesengajaan manusia. Salah satu contoh kebakaran adalah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di kawasan Gunung Bromo pada tanggal 20 sampai 23 Oktober 2014. Kebakaran tersebut menghanguskan kurang lebih 1.487 Ha hektar hutan savana. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kebakaran merupakan ancaman serius karena kerugian besar yang diakibatkannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya penanganan pasca kebakaran seperti penyediaan informasi spasial daerah bekas terbakar. Perolehan informasi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk identifikasi daerah bekas terbakar adalah citra Landsat-8 dan citra MODIS. Landsat 8 merupakan satelit yang dilengkapi oleh dua sensor, yakni OLI yang terdiri dari 9 kanal dan TIRS yang terdiri dari 2 kanal. Citra Landsat 8 memiliki resolusi temporal 16 hari dan resolusi spasial 15 m pankromatik, 30 m multispektral, 60 m termal. Citra MODIS adalah hasil perekaman sensor MODIS dari Satelit Terra/Aqua. Sensor MODIS memiliki 36 kanal, dimana kanal 1 dan 2 memiliki resolusi spasial 250 m, kanal 3 sampai 7 memiliki resolusi spasial 500 m dan kanal 8 sampai 36 memiliki resolusi spasial 1000 m [1]. Daerah bekas terbakar diidentifikasi dengan menggunakan metode NDVI. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) memanfaatkan kanal inframerah dekat dan kanal merah untuk menganalisa kerapatan vegetasi. Metode NDVI dipilih karena resolusi spasial kanal yang digunakan dirasa sesuai dengan daerah penelitian yang kecil, yakni 30 m untuk citra Landsat 8 dan 250 m untuk citra MODIS. Perbedaan resolusi spasial tersebut akan mengakibatkan perbedaaan hasil identifikasi daerah bekas terbakar. Selain itu perbedaan hasil juga diakibatkan oleh threshold yang digunakan. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tiga model threshold sehingga setiap citra menghasilkan tiga peta daerah bekas terbakar yang berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji akurasi setiap model threshold dari citra Landsat-8 dan citra MODIS untuk mendapatkan hasil identifikasi daerah bekas terbakar dengan nilai akurasi paling tinggi. A. Lokasi Penelitian II. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di kawasan Gunung Bromo yang berada dalam empat kabupaten yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Kawasan Gunung Bromo dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS). Secara geografis terletak pada 7 56 30 LU 112 57 00 BT.

A831 Gambar 1. Lokasi penelitian (Sumber: Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) B. Data yang Digunakan Penelitian menggunakan data citra Landsat-8 L1T, citra MODIS Level 1B, laporan kejadian kebakaran BB TNBTS bulan Oktober 2014, peta wilayah kerja BB TNBTS, peta batas administrasi jawa timur, dan data groundtruth. C. Tahap Pengolahan Berikut penjelasan diagram alir pengolahan: 1. Data Citra Citra yang digunakan adalah citra Landsat-8 L1T dan citra MODIS Level 1B sebelum dan sesudah terjadinya kebakaran. Tanggal terjadinya kebakaran didapat dari laporan kejadian kebakaran BB TNBTS bulan Oktober 2014. Citra Landsat-8 yang digunakan adalah citra pada tanggal 3 Oktober 2014 dan 4 November 2014. Sedangkan citra MODIS yang digunakan adalah citra pada tanggal 27 Agustus 2014 dan 3 November 2014. 2. Georeferencing Georeferencing merupakan proses pemberian sistem koordinat dari citra yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Georeferencing hanya dilakukan untuk citra MODIS. 3. Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik meliputi kalibrasi radiometric yang bertujuan untuk mengubah nilai Digital Number menjadi reflektan dan koreksi atmosferik yang bertujuan untuk menghilangkan efek atmosfer pada nilai reflektan citra. 4. Pemotongan Citra Pemotongan citra dilakukan untuk mendapatkan daerah penelitian dan memfokuskan pengolahan data pada daerah tersebut. Citra dipotong berdasarkan area Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 Resort Tengger Laut Pasir pada peta wilayah kerja BB TNBTS. 5. Perhitungan Nilai NDVI NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan indeks vegetasi yang menghasilkan citra representatif untuk analisa kerapatan vegetasi. NDVI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah bekas terbakar. Persamaan NDVI berdasarkan metode Huete et al. [2] adalah: NDVI = NIR Red (1) NIR + Red Perhitungan NDVI akan menghasilkan nilai NDVI 1, NDVI 2, dan ΔNDVI. NDVI 1 dihitung dari citra sebelum kebakaran sedangkan NDVI 2 dihitung dari citra sesudah kebakaran. ΔNDVI dihitung dari persamaan berikut: ΔNDVI = NDVI 1 NDVI 2 (2) 6. Penentuan Threshold Threshold (nilai ambang batas) akan menentukan tingkat akurasi hasil daerah bekas terbakar. Penentuan threshold dilakukan dengan menghitung rata-rata (μ) dan standar deviasi (σ) nilai reflektan citra sebelum dan sesudah kebakaran. Mengacu pada Fraser et al. (2000), model threshold yang akan digunakan adalah μ - 1σ, μ, μ + 1σ. 7. Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Identifikasi daerah bekas terbakar dilakukan dengan menggunakan nilai ΔNDVI dan threshold. Persamaan untuk mendapatkan daerah bekas terbakar adalah: BA = ΔNDVI > Threshold (3) dimana BA adalah Burned Area (daerah bekas terbakar). 8. Uji Akurasi Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil identifikasi daerah bekas terbakar (estimated burned area) dengan data daerah bekas terbakar referensi (referenced burned area). Berdasarkan data estimated burned area dan referenced burned area, dapat dihitung data valid, omisi, dan komisi. Data valid adalah data estimated burned area yang sesuai dengan referenced burned area. Omisi adalah burned area (pada estimasi) yang dinyatakan sebagai non-burned area (pada referensi). Komisi adalah non-burned area (pada estimasi) yang dinyatakan sebagai burned area (pada referensi). Uji akurasi dihitung dengan persamaan berikut Akurasi keseluruhan(%) = V 100% V+O+K Dimana V adalah data valid, O adalah data kesalahan omisi, dan K adalah data kesalahan komisi. 9. Peta Informasi daerah bekas terbakar disajikan dalam bentuk peta yang sesuai dengan kaidah kartografi. Peta dibuat dari model threshold yang memiliki nilai akurasi paling besar. (4)

A832 Laporan kejadian Kebakaran BB TNBTS Citra Landsat-8 Sebelum dan Sesudah Kebakaran Citra MODIS Sebelum dan Sesudah Kebakaran Georeferencing Koreksi Radiometrik Pemotongan Citra Peta Wilayah Kerja BB TNBTS Perhitungan Nilai NDVI Penentuan Threshold Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Tidak Uji Akurasi = 100 % Daerah Bekas Terbakar Referensi Ya Peta Daerah Bekas Terbakar Gambar 2. Diagram alir pengolahan III. HASIL DAN ANALISA A. Prakiraan Daerah Bekas Terbakar 1. Kombinasi Kanal Daerah bekas terbakar diprakirakan dengan melakukan interpretasi visual, yaitu kombinasi kanal citra Landsat-8. Adapun kombinasi yang digunakan antara lain color infrared (vegetation), healthy vegetation dan vegetation analysis. Kombinasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui vegetasi yang sehat dan vegetasi yang tidak sehat (bekas terbakar). a b Gambar 3. Kombinasi vegetation analysis citra sebelum (a) dan sesudah kebakaran (b) 2. Laporan Kejadian Kebakaran BB TNBTS Laporan kejadian menyatakan telah terjadi kebakaran pada tanggal 20 s/d 23 Oktober 2014. Luas daerah yang terbakar ±

A833 1.487 Ha pada Blok Teletubbies, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Adasan, dan Keciri yang berada di Wilayah Kerja Resort Tengger Laut Pasir. Jenis vegetasi yang terbakar antara lain adas, akasia, edelweis, kemlandingan gunung, ladingan, mentigi gunung, cemara gunung, rumput alang-alang, rumput merak, rumput empritan, paku ekor kuda, dan pakis hutan. Tabel 1. Koordinat lokasi daerah bekas terbakar wilayah kerja resort tengger laut pasir Lokasi Koordinat Blok Watu Gedhe 07⁰ 58 42.3 S 112⁰ 56 33.4 E Blok Jemplang 07⁰ 58 27.4 S 112⁰ 55 35.4 E Blok Teletubbies 07⁰ 58 38.9 S 112⁰ 56 50.0 E 07⁰ 58 30.4 S 112⁰ 56 51.7 E Blok Adasan 07⁰ 58 30.4 S 112⁰ 57 17.2 E Blok Pengol 07⁰ 58 14.5 S 112⁰ 57 48.6 E 07⁰ 57 50.7 S 112⁰ 58 01.7 E Blok Gunung Kursi 07⁰ 57 14.2 S 112⁰ 57 58.9 E 3. Groundtruth Pada penelitian ini, groundtruth dilakukan dengan mengambil koordinat beberapa titik yang dinyatakan sebagai daerah bekas terbakar di wilayah kerja Resort Tengger Laut Pasir. Berikut koordinat lokasi daerah bekas terbakar: Gambar 4. Koordinat Lokasi Daerah Bekas Terbakar Pengaruh kebakaran terhadap sifat kimia tanah adalah peningkatan bahan organik, nitrogen, dan mineral-mineral tanah segera setelah terjadi kebakaran. Namun demikian satu tahun setelah terbakar, unsur-unsur tersebut mengalami penurunan yang dapat disebabkan oleh pencucian, dimanfaatkan oleh tanaman, aktivitas jasad renik tanah dan tererosi. Bahan organik tanah biasanya diukur dari kandungan C-organic (Carbon Organik). Berdasarkan sampel tanah yang diambil pada saat groundtruth, didapat kandungan C-organic sebesar 19,501%. Sedikitnya kandungan bahan organik pada tanah bekas terbakar disebabkan kebakaran terjadi hampir 2 tahun yang lalu. B. Perhitungan Nilai NDVI Perhitungan NDVI akan menghasilkan nilai NDVI 1, NDVI 2, dan ΔNDVI. NDVI 1 dan NDVI 2 dihitung dengan (1) sedangkan ΔNDVI dihitung dengan (2). Nilai NDVI berada dalam kisaran -1 hingga +1. NDVI Tabel 2. Nilai NDVI Citra Landsat-8 MODIS NDVI 1 0.023638 s/d 1-0.223911 s/d 0.482769 NDVI 2-0.029147 s/d 0.977035-0.278992 s/d 0.382526 ΔNDVI -0.839660 s/d 0.921252-0.397769 s/d 0.587487 Peristiwa kebakaran akan mengubah tutupan lahan dari vegetasi menjadi lahan terbuka dan menyisakan bekas kebakaran. Perubahan tersebut mempengaruhi hasil perhitungan NDVI. Lahan bervegetasi memiliki nilai NDVI lebih besar dibandingkan lahan terbuka bekas kebakaran. Sehingga terjadi penurunan nilai NDVI pada daerah tertentu sesaat setelah kebakaran. Tabel 3. Rata-rata nilai NDVI sebelum dan sesudah kebakaran NDVI Citra Landsat-8 MODIS µndvi 1 0.438901 0.143328 µndvi 2 0.339704-0.038138 C. Penentuan Threshold Penentuan threshold dilakukan dengan menghitung rata-rata (μ) dan standar deviasi (σ) nilai reflektan dari 50 titik sampel citra Landsat-8 yang dianggap terbakar. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang dihasilkan adalah 0.32002748 dan 0.116521449. Nilai threshold yang dihasilkan adalah: μ - 1σ = 0.203506031 μ = 0.320027480 μ + 1σ = 0.436548929 Setiap titik sampel memiliki nilai reflektan yang berbeda. Nilai tersebut menunjukkan tingkat keparahan daerah bekas terbakar. Semakin besar nilainya semakin parah. Oleh sebab itu, pemilihan titik sampel sebaiknya dilakukan di daerah bekas terbakar yang parah dan tidak. Jumlah titik sampel juga mempengaruhi nilai threshold. Semakin banyak titik sampel semakin baik nilainya. D. Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Suatu piksel dinyatakan sebagai daerah bekas terbakar jika nilainya melebihi nilai threshold. Identifikasi daerah bekas terbakar referensi (estimated burned area) dilakukan dengan menggunakan (3). Berikut hasil klasifikasi daerah bekas terbakar dari model threshold yang digunakan: Gambar 5. Model μ - 1σ = 0.203501 dari citra Landsat-8

A834 Gambar 6. Model μ = 0.32003 dari citra Landsat-8 Gambar 7. Model μ + 1σ = 0.43655 dari citra Landsat-8 Gambar 8. Model μ - 1σ = 0.203501 dari citra MODIS Gambar 10. Model μ + 1σ = 0.43655 dari citra MODIS Hasil klasifikasi daerah bekas terbakar dipengaruhi oleh nilai threshold. Semakin kecil nilanya, semakin banyak piksel yang dinyatakan sebagai daerah bekas terbakar. Begitupun sebaliknya. Meskipun nilai threshold yang digunakan pada citra Landsat-8 dan citra MODIS sama, luas daerah bekas terbakar yang dihasilkan berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan resolusi spasial keduanya. Citra Landsat-8 memiliki resolusi spasial 30 m sedangkan citra MODIS memiliki resolusi spasial 250 m. Berdasarkan resolusi spasialnya, luas terkecil daerah bekas terbakar yang masih dapat terdeteksi (satu piksel) adalah 900 m² dan 62500 m². Namun, tidak berarti seluruh daerah dalam satu piksel tersebut merupakan daerah bekas terbakar. Bisa jadi daerah bekas terbakar kecil (kurang dari satu piksel) yang terdeteksi sebagai daerah bekas terbakar satu piksel penuh. Tabel 4. Luas daerah bekas terbakar Threshold Luas Daerah Bekas Terbakar Landsat-8 MODIS µ - 1σ 1.354,5 Ha 1.751,432 Ha µ 794,79 Ha 1.005,209 Ha µ + 1σ 357,12 Ha 437,848 Ha E. Uji Akurasi Uji akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil identifikasi daerah bekas terbakar (estimated burned area) dengan data daerah bekas terbakar referensi (referenced burned area). Daerah bekas terbakar diprakirakan dengan melakukan kombinasi kanal citra Landsat-8 dan pengecekan koordinat lokasi daerah bekas terbakar dari laporan kejadian kebakaran BB TNBTS. Berdasarkan prakiraan tersebut, dapat dibuat daerah bekas terbakar referensi (referenced burned area) dengan melakukan delineasi. Gambar 9. Model μ = 0.32003 dari citra MODIS

A835 µ 34,935 % 57,089 % µ + 1σ 15,122 % 34,127 % Nilai akurasi paling besar untuk citra Landsat-8 adalah 48% dari model µ - 1σ dan untuk citra MODIS adalah 57% dari model µ. F. Peta Daerah Bekas Terbakar Gambar 11. Peta daerah bekas terbakar referensi Berdasarkan data estimated burned area dan referenced burned area, dapat dihitung data valid, omisi, dan komisi. Citra Landsat 8 MODIS Tabel 5. Data valid, omisi, dan komisi Threshol d Data Valid Omisi Komisi µ - 1σ 837,997 Ha 516,503 Ha 377,094 Ha µ 520,364 Ha 274,426 Ha 694,728 Ha µ + 1σ 206,519 Ha 150,601 Ha 1.008,572 Ha µ - 1σ 969,504 Ha 781,928 Ha 245,587 Ha µ 806,896 Ha 198,314 Ha 408,196 Ha µ + 1σ 420,574 Ha 17,274 Ha 794,518 Ha Gambar 12. Peta daerah bekas terbakar berdasarkan citra Landsat-8 Besar nilai akurasi dipengaruhi oleh nilai omisi dan komisi. Pada tabel di atas, nilai omisi dan komisi citra Landsat-8 dan citra MODIS terbilang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya tutupan awan dan bayangannya sehingga mempengaruhi nilai perekaman citra yang dihasilkan. Tutupan awan mengakibatkan suatu daerah tidak terdeteksi sebagai daerah bekas terbakar, sedangkan bayangannya mengakibatkan sutau daerah terdeteksi sebagai daerah bekas terbakar. Nilai akurasi dihitung dengan (4). Tabel 6. Nilai akurasi Nilai Akurasi Threshold Landsat-8 MODIS µ - 1σ 48,394 % 48,548 %

A836 [2] Huete, A., Justice, C., & Leeuwen, V.W.,1999. Modis Vegetation Index (MOD 13) Algorithm TheoreticalBasis Document, University ofvirginia,department of Environmental Sciences, Charlottesville, Virginia. Gambar 13. Peta daerah bekas terbakar berdasarkan citra MODIS IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini antara model threshold paling baik yang digunakan untuk mengidentifikasi daerah bekas terbakar dari citra Landsat-8 adalah µ - 1σ sedangkan citra MODIS adalah µ. Nilai akurasi hasil identifikasi daerah bekas terbakar dari citra Landsat-8 adalah 48,394% sedangkan citra MODIS adalah 57,089%. Luas daerah bekas terbakar dari citra Landsat-8 adalah 1.354,5 Ha sedangkan citra MODIS adalah 1.005,209 Ha. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya antara lain identifikasi daerah bekas terbakar menggunakan citra MODIS sebaiknya dilakukan di daerah yang luas. Hal ini dimaksudkan agar daerah bekas terbakar pada peta terlihat lebih smooth. Data citra yang digunakan sebaiknya data citra yang bersih dari awan karena tutupan awan dan bayangannya akan mempengaruhi nilai perekaman citra. Data daerah bekas terbakar referensi yang dijadikan acuan sebaiknya di delineasi dari citra satelit resolusi tinggi. Daerah bekas terbakar dari citra satelit resolusi tinggi akan terlihat jelas secara visual sehingga memudahkan proses delineasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Artha, F. 2011. Studi Perbandingan Sebaran Hotspot dengan Menggunakan Citra Satelit NOAA/AVHRR dan AQUA MODIS. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.