BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Negara Indonesia sedang dalam masa pemulihan ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa seluruh pembiayaan negara harus dibiayai dari pendapatan negeri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum Negara adalah untuk kegiatan pembangunan. dan makmur. Di Indonesia sendiri pembangunan masih tergolong rendah atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum yang berpedoman pada Pancasila dan juga berpegang teguh pada aturan yang ada di negaranya yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Dengan tujuan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera, aman, tentram, merata secara material dan spiritualnya serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga negaranya, yang dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional secara bertahap, merata, terencana, dan berkelanjutan di seluruh tanah air. Dari berbagai sumber, pajak mempunyai kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan Negara non-migas. Terbukti dari tahun ke tahun penerimaan dari sektor pajak semakin meningkat dan terus mendominasi. Sebagai sumber penerimaan yang berasal dari dalam negeri, pajak memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan, melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, seiring dengan mengingatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Menurut teori yang dijelaskan Siahaan, M.P (2010:21) bahwa: Pajak bukan hanya berfungsi untuk memasukan uang ke kas negara tetapi juga merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan memenuhi kewajiban kenegaraan dalam upaya peningkatan kemandirian bangsa dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Sumber penerimaan pajak itu adalah semua penerimaan negara yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional yang sangat negara butuhkan sebagai sumber utama bagi pengeluaran negara. Oleh karena itu, sesuai dengan pendapat Siahaan, M.P (2010:109) bahwa: Salah satu kunci keberhasilan penerimaan pajak adalah kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hanya saja apabila Wajib Pajak ternyata tidak membayar pajak maka terhadapnya tentu perlu diberikan tindakan tegas untuk dapat memaksa Wajib Pajak tersebut untuk melunasi utang pajaknya.

2 Hal tersebut, akan terwujud dalam bentuk penagihaan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penagihan pajak merupakan salah satu fokus utama para pihak di pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai Perundang-Undangan dan produk hukum telah ditetapkan dan mengalami perbaikan atau penyempurnaan untuk menciptakan sistem penagihan pajak yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat ataupun kesadaran diri dari masyarakat luas dalam pembayaran pajak sehingga dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dapat berjalan lancar. Penerbitan Surat Teguran merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan Surat Paksa. Karena pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang sangat vital, peran serta masyarakat dalam memenuhi perpajakan sangat diharapkan. Namun, dalam kenyataannya masih banyaknya tunggakan pajak dari waktu ke waktu akibat keengganan masyarakat di dalam membayar pajak. Harus diakui bahwa kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak masih sangat kurang sehingga diperlukan adanya sistem penagihan pajak yang baik dan mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Sistem penagihan pajak harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan untuk meningkatkan kepatuhan. Karena dengan adanya kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kewajiban pajaknya merupakan posisi strategis di dalam peningkatan penerimaan pajak. Penagihan pajak tersebut dilakukan dengan tindakan penagihan pajak pasif dan penagihan pajak aktif. Penagihan pajak pasif merupakan penagihan pajak yang dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). Sedangkan penagihan pajak aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP), tetapi akan dikeluarkannya Surat Teguran, Surat Paksa bahkan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang. Yang paling penting agar penagihan pajak itu dapat berjalan dengan baik adalah adanya respon positif dan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat. Dengan begitu jalannya

3 penagihan pajak di suatu wilayah akan dapat terlaksana dengan baik. Dan semua proses penyelenggaraan negara akan berjalan dengan lancar tanpa terkendala sedikit pun. Partisipasi aktif tersebut baik dari pihak-pihak yang dikenai pajak maupun aparat penegak hukum yang bertindak sebagai Penagih Pajak. Namun, terkadang penagihan pajak tidak selalu berjalan dengan baik. Hal tersebut, mengakibatkan dampak terhadap penerimaan pajak yaitu ke dalam penerimaan kas ke negara, dengan penerimaan pajak yang tinggi maka akan berimplikasi besar atau kecil ke program-program strategis seperti jaminan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Tetapi, jika penerimaan pajak rendah maka program tersebut tidak akan berjalan. Akan tetapi, dalam kenyataannya optimalisasi penerimaan pajak masih terbentur dengan kendala, misalnya saja tingginya angka tunggakan pajak. Dengan kata lain, jika ditemukannya tunggakan pajak menandakan bahwa kondisi penerimaan pajak rendah. Hal tersebut terjadi karena realisasi penerimaan pajak yang diharapkan tidak sesuai dengan penerimaan pajak yang seharusnya. Oleh karena itu, peran masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakan perlu ditingkatkan dengan cara mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pajak adalah sumber utama pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Apabila masyarakat mengerti tentang manfaat dan fungsi dari pajak maka tentu masyarakat sadar akan pajak (tax counciouness) dan tidak akan lagi dijumpai Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Akan tetapi, dalam kenyataannya terdapat cukup banyak masyarakat yang dengan sengaja melakukan kecurangan-kecurangan, melalaikan pajak, ketidakmampuan membayar pajak, menghindarkan diri dari pajak, menggelakkan pajak (tax evasion), melakukan perlawanan pajak dalam melaksanakan pembayaran pajak yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan penerimaan pajak yang terealisasi hanya sedikit dan bahkan dikategorikan sangat rendah. Dan juga berdasarkan pendapat Nindar (2014:2) mengatakan bahwa: Masih banyaknya tunggakan pajak sebagai akibat dari keengganan masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan merupakan salah satu penyebab. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus dilaksanakan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Tindakan

4 penagihan tersebut meliputi pemberitahuan Surat Teguran, penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, serta menjual aset barang yang telah disita. Sehubungan dengan fenomena di atas, penerimaan pajak rendah ketika timbulnya tunggakan pajak, hal tersebut bisa di lihat tunggakan pajak yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees tahun 2009-2014 sebagai berikut: Tabel 1.1 Jumlah Tunggakan Pajak dan Pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009 2014 Tahun Tunggakan Pajak Pencairan Tunggakan Pajak % Pencairan Tunggakan Pajak 2009 Rp.14.192.216.816 Rp. 13.967.067.706 98,41% 2010 Rp. 9.644.052.395 Rp. 8.988.105.640 93,19% 2011 Rp. 7.656.448.880 Rp. 6.500.889.400 84,90% 2012 Rp. 8.957.224.145 Rp. 7.420.140.645 82,83% 2013 Rp. 3.380.654.888 Rp. 2.019.795.244 59,74% 2014 Rp. 1.822.265.108 Rp. 1.260.961.587 69,19% Sumber: Data Primer yang diolah dari Seksi Penagihan Dilihat dari tabel 1.1 di atas tunggakan pajak sangat tinggi tetapi hal tersebut selalu diikuti dengan pencairan tunggakan pajak yang sudah di atas 50%. Jika dilihat dari segi nominal dari tahun 2009-2014 tunggakan pajak relatif menurun. Sedangkan jika dilihat dari segi persentase pencairan tunggakan pajak tahun 2013 yang paling rendah yaitu sebesar 59,74% dan persentase pencairan pajak yang paling tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 98,41%. Persentase pencairan tunggakan pajak yang ada masih fluktuatif setiap tahunnya. Penurunan persentase pencairan tunggakan pajak yang tidak sesuai dengan target tersebut

5 diakibatkan oleh beberapa faktor terutama kurangnya kesadaran Wajib Pajak yang tidak membayar pajak sehingga timbul utang pajak yang harus dilakukan tindakan penagihan aktif. Karena apabila hal tersebut dibiarkan dan masih banyaknya tunggakan pajak yang terjadi, maka akan berdampak kepada penerimaan pajak itu sendiri yang akan mengakibatkan kepada tingkat perekonomian seperti terhambatnya pembiayaan untuk penyediaan barang dan jasa publik, biaya untuk penyelenggaraan pemerintah dan fasilitas umum, seperti sarana irigasi, jembatan, pembuatan jalan, dan sebagainya yang tanpa kita sadari dengan tidak ada pengorbanan yang harus dikeluarkan kita bisa merasakan manfaatnya secara gratis, distribusi pendapatan yaitu ketika pajak yang masuk ke kas negara sedikit untuk pembiayaan pengeluaran negara sehingga mengakibatkan kebutuhan dan belanja negara terganggu. Penerimaan pajak juga bisa membantu membayar utang negara, tetapi apabila penerimaan dari sektor pajak yang didapatkan rendah tidak akan membantu di dalam hal tersebut. Kontribusi penerimaan pajak yang masuk ke kas negara memberikan penyaluran uang negara untuk program-program pemerintah seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Namun, ketika penyaluran ke program-program pemerintah tersebut tidak berjalan dampaknya kepada kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat itu sendiri terutama masyarakat dari kalangan tidak mampu akan mengalami gejolak batin karena tidak mendapatkan hak dan kewajibannya mendapatkan fasilitas pemerintah dan fasilitas umum, seperti sarana irigasi, jalan, jembatan, dan sebagainya yang ada di negaranya. Sehingga ketika pajak yang diterima oleh negara rendah upaya untuk pembangunan negara tidak akan berjalan dengan lancar dan bahkan tidak akan terealisasi dan keinginan bagi pemerintah untuk menjadikan negaranya maju tidak akan berhasil. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, antara lain dengan melakukan reformasi pajak (tax reform). Dalam reformasi perpajakan, sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu official assesment system menjadi self assesment system, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya.

6 Upaya tersebut dilakukan karena pajak merupakan sektor penting dan sumber utama di dalam penerimaan negara, dengan penerimaan pajak yang tinggi maka akan berimplikasi besar atau kecil ke program-program strategis seperti jaminan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Tetapi, jika penerimaan pajak rendah maka program tersebut tidak akan berjalan. Hanya saja apabila Wajib Pajak ternyata tidak membayar pajak maka terhadapnya tentu perlu diberikan tindakan tegas untuk dapat memaksa Wajib Pajak tersebut untuk melunasi pajaknya. Hal tersebut akan terwujud dalam bentuk penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan penagihan pajak yaitu upaya memaksa Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya. Pemerintah melakukan penagihan pajak pasif melalui himbauan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan media lainnya yang dilakukan sebelum masa jatuh tempo dengan harapan masyarakat bisa membayar pajak guna mendukung keberhasilan dari penerimaan pajak. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 bahwa: Untuk mengatasi berbagai kendala yang ada yang menghambat penerimaan pajak yang masuk ke kas negara perlu dilaksanakannya penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam hukum pajak. Tindakan penagihan meliputi pemberitahuan Surat Teguran, penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, serta menjual barang yang telah di sita. Tindakan penagihan pajak tersebut adalah salah satu upaya untuk pencairan tunggakan pajak guna meningkatkan realisasi penerimaan pajak. Namun, dalam pelaksanaan penagihan haruslah sesuai dengan ketentuan Undang- Undang dan memperhatikan prinsip keseimbangan antara biaya penagihan dengan penerimaan yang didapatkan karena pelaksanaan penagihan pajak mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

7 Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian tentang fenomena tersebut. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Penagihan Pajak dan Kontribusinya terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Menurut Resmi, S (2011:17) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak adalah sebagai berikut: 1. Keadilan, kepastian, dan penegakan hukum 2. Mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi. 3. Ketentuan material di bidang perpajakan 4. Peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak. 5. Kepatuhan sukarela Wajib Pajak 6. Profesionalitas Aparatur Pajak 7. Efisiensi pemungutan pajak 8. Penyederhanaan prosedur administrasi pajak 9. Penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten Permasalahan yang menjadi faktor utama dalam penelitian ini adalah mengenai penerimaan pajak. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak, penagihan pajak mempunyai peranan penting. Hal tersebut jelas akan terjadi jika adanya profesionalitas Aparatur Pajak dalam melalakukan tindakan penagihan pajak. Menurut Suandy, E (2009:13) mengatakan bahwa penerimaan pajak dipengaruhi oleh: 1. Amandemen Undang-undang Perpajakan 2. Modernisasi Kantor Pajak 3. Ekstensifikasi dan Intensifikasi 4. Extra effort dalam pemeriksaan dan penagihan pajak 5. Pembangunan data basis terintegrasi 6. Penyediaan layanan melalui pemanfaatan teknologi informasi, dan 7. Penegakan kode etik Pegawai untuk meningkatkan kedisiplinan dan good governance Aparatur Pajak.

8 Sedangkan menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 (dalam Resmi, 2011:74) menjelaskan bahwa: Keadilan pengenaan pajak, memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak, kesederhanaan admninistrasi perpajakan, dan adanya kepastian hukum, konsistensi, serta transparansi adalah prinsip-prinsip yang dianut perpajakan bisa mempengaruhi penerimaan pajak. Dari berbagai indikator penerimaan pajak di atas, penagihan pajak adalah salah satu upaya yang cukup mempunyai andil untuk memperbaiki penerimaan pajak. Dan juga berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya bahwa dengan adanya penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa ternyata salah satu upaya untuk bisa meningkatan penerimaan pajak. Karena Wajib Pajak yang sebelumnya menghindari dari pungutan pajak dan menunggak pajak dengan dikeluarkannya Surat Teguran dan Surat Paksa bisa mencairkan tunggakan pajak tersebut. Sehingga penerimaan pajak ke kas negara pun mengalami peningkatan. Agar penerimaan pajak terus mengalami peningkatan dan tidak terjadi penurunan harus di wujudkannya kepatuhan pajak bagi Wajib Pajak untuk membayar pajak. Hal tersebut, timbul dari diri seorang Wajib Pajak tentang pentingnya membayar pajak dan juga dari pihak pemungut pajak harus lebih menegaskan peraturan dalam proses penagihan pajaknya sehingga Wajib Pajak patuh dan taat. Pajak merupakan sektor penting dan sumber utama di dalam penerimaan kas ke negara, dengan penerimaan pajak yang tinggi maka akan berimplikasi besar atau kecil ke program-program strategis seperti jaminan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Tetapi, jika penerimaan pajak rendah maka program tersebut tidak akan berjalan. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Salah satu kunci keberhasilan penerimaan pajak adalah kepatuhan Wajib Pajak. Hanya saja apabila Wajib Pajak ternyata tidak membayar pajak maka terhadapnya tentu perlu diberikan tindakan tegas yang memaksa agar Wajib Pajak melunasi utang pajaknya. Hal tersebut, akan terwujud dalam bentuk penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, tindakan penagihan

9 pajak merupakan hal yang sangat penting dalam hukum pajak guna menunjang keberhasilan pemungutan pajak. Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang disita atau lelang. Tujuan pelaksanaan penagihan pajak oleh Fiskus harus di arahkan guna terpenuhinya tujuan tersebut. Hal ini merupakan perwujudan dari alat paksa yang dimiliki oleh Negara yang diatur dalam Hukum Pajak. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. 2. Bagaimana prosedur Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. 3. Bagaimana efektivitas Penagihan Pajak terhadap pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. 4. Bagaimana kontribusi pencairan Tunggakan Pajak terhadap peningkatan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. D. Maksud dan Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah di rumuskan, maka maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penagihan pajak dan kontribusinya terhadap penerimaan pajak. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan penelitian ini diantaranya:

10 1. Untuk mengetahui gambaran Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. 2. Untuk mengetahui prosedur Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. 3. Untuk mengetahui efektivitas Penagihan Pajak dalam pencairan Tunggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. 4. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pencairan Tunggakan Pajak terhadap upaya peningkatan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Tahun 2009-2014. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini memiliki kegunaan baik berupa kegunaan teoritis maupun praktis. Berikut ini kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kantor Pelayanan Pajak atas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa, dalam hal ini efektivitas dari penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan kontribusinya terhadap penerimaan pajak. b. Sebagai bahan informasi tentang penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. c. Dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi penulis itu sendiri dan juga sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitian lebih lanjut. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia. di Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, b. Sebagai salah satu referensi dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees untuk lebih meningkatkan kinerjanya, terutama di dalam melaksanakan penagihan pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak itu sendiri.

11