BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Majid, Srategi pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya,, Bandung 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan sarana terciptanya sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai tempat penelitin sehingga perlu utuk diadakannya penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah wahana pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin) baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar siswa memiliki kemudahan berfikir, merasa, berbicara dan bertindak serta percaya diri yang penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan prilaku sehari-hari. 1 Pendidikan agama Islam (Islamic studies) dapat diartikan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam dengan perkataan lain adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya. 2 Tujuan pendidikan akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan jika ada kerjasama antara guru dan siswa itu sendiri. Karena itu guru harus senantiasa mengembangkan keilmuanya dan menyesuaikan dengan zaman yang terjadi. Pengajaran tidak dimaksudkan hanya untuk memenuhi otak anak didik dengan berbagai ilmu, namun lebih pada penanaman nilai-nilai luhur kepada siswanya. Siswapun dituntut untuk belajar sungguh-sungguh agar apa yang diberikan guru ada hasil yang dapat dilihat dan dirasakan dengan baik. Pembelajaran sangat identik dengan pendidikan, bahkan merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan. 1 2 Tantang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012,hal.14 Muhaimiin dkk, Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Kencana, Jakarta, 2005, hal. 1 1

2 Menurut fungus dan tujuan pendidikan dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3, Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab. 3 Proses pendidikan dan pengajaran di sekolah dewasa ini masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sejumlah besar siswa (antara 30-40 orang ) dalam waktu yang sama menyampaikan bahan pelajaran yang sama pula. Dalam pengajaran seperti ini, guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan (ability), kesiapan, kematangan (maturity), dan kecepatan belajar yang sama.4hal itu dianggap mustahil, kendatipun guru mengajar suatu kelas namun yang melakukan belajar adalah individu-individu itu sendiri. Adalah suatu memperoleh hasil yang sama pula dalam suatu kelompok atau kelas.5antara individu yang satu dengan individu yang lain terdapat beberapa kesamaan, akan tetapi lebih banyak perbedaan. Karena itu perlu dipertimbangkan dan diperhatikan perbedaan individu dalam situasi pengajaran. Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas adalah masalah yang kompleks. 6 Jumlah siswa yang banyak dikelas, cenderung 3 Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidika, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hal. 49 4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Guru Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, PT. Rineka cipta, Jakarta, 2009, hal. 69 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hal. 179 6 Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi,PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2010,hal. 144

3 lebih sukar dikelola, karena lebih mudah terjadi konflik di antara mereka (siswa). Hal ini berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. 7 Mengelola kelas ideal (25-30 siswa) akan sangat memudahkan guru untuk mengelola kelas dengan baik. Akan tetapi beberapa sekolah di wilayah kota yang padat penduduk mau tidak mau guru akan dihadapkan pada kelas gemuk. Muncul permasalahan bagaimana dapat melayani total siswa yang karakteristinya beragam. Mengajar dalam suasana yang gaduh akan dirasakan sangat berat ketika suara guru lebih kecil dari pada suara kegaduhan kelas. Efektifitas dalam belajar selama di kelas juga akan menjadi pertanyaan yang harus dapat dicari solusinya. Namun tentu saja hal tersebut akan berantagonis dengan kebijakan yang telah dibuat pemerintah tentang komposisi kelas dan ketentuan lainnya. Permasalahan lain adalah bagaimana siswa dapat belajar secara nyaman ketika di kelas suasananya menjadi kurang kondusif yang diakibatkan banyaknya siswa dalam satu kelas. 8Kapasitas maksimum ruang kelas 32 siswa. 9Kebanyakkan ahli pendidikan berpendapat bahwa idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan adalah 24 orang.10 Dengan demikian dibutuhkan peran seorang guru yang profesioanal agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap oleh siswa. Untuk dapat menyajikan dan menyampaikan meteri pengetahuan atau bidang studi dengan tepat, guru juga dituntut menguasai strategi serta metode mengajar dengan baik.11ia diharapkan dapat mempersiapkan, melaksanakan dan memilih dan menggunakan model model interaksi belajar mengajar yang tepat, mengelola kelas dan membimbing perkembangan siswa dengan tepat pula. 12 7 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal. 114 http://dadanirsyada.wordpress.com/page/2/, Pada tanggal, 18 Desember 2015 9 Jamal Ma`mur Asmani, Tips Efektif menjadi Sekolah Besrtandar Nasional dan Internasioanal, Harmoni, Yogyakarta, 2011, hal. 142 10 Hamdani,Strategi Belajar Mengajar,Pustaka Setia, Bandung, 2011, hal. 156 11 Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hal.183 12 Ibid,.hal. 184 8

4 Metode adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.13 Setiap metode mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada suatu metode pun yang dianggap ampuh untuk segala situasi. Suatu metode dapat dipandang ampuh untuk suatu situasi, namun tidak ampuh untuk situasi lain. Oleh karena itu, sering terjadi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode secara bervariasi. Akan tetapi, dapat pula suatu metode dilaksanakan secara berdiri sendiri. Hal ini bergantung pada pertimbangan situasi belajar mengajar yang relevan dengan situasi tertentu, guru harus memahami keadaan metode tersebut, baik keampuhan maupun tata caranya.14 Ketetapan (efektifitas) penggunaan metode bergantung pada kesesuaian metode dengan beberapa faktor, yaitu tujuan, materi, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu. Ada banyak metode dalam yaitu : metode ceramah, tanya jawab, diskusi (diskusi kelompok), demonstrasi dan eksperimen, tugas belajar dan resitasi, kerja kelompok, sosiodrama (role playing), pemecahan masalah (problem solving), sistem regu, karya wisata (fieldtrip), manusia sumber (resource person), survey masyarakat, simulasi, studi kasus, tutorial, curah gagasan, studi bebas, kelompok tanpa pemimpin, latihan (drill), latihan kepekaan. 15 13 Hamdani,Op.,Cit, hal. 80 Ibid.,hal. 82-83 15 Ibid,.hal. 83 14

5 Dari macam - macam metode diatas, peneliti memilih metode tutorial. Metode tutorial adalah metode dengan mana guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa secara individual. Terlebih dahulu siswa diberi modul untuk dipelajari, kemudian siswa dapat mengkonsultasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam mempelajari modul tersebut kepada seorang tutor.16 Dalam hal ini yang dimaksudkan tutor adalah guru mata pelajaran yang bersangkutan. Teknik merupakan suatu alat yang mendukung keberhasilan dalam. Teknik adalah cara yang lebih khusus dan terarah untuk dapat melaksanakan metode tertentu dalam kondisi belajar tertentu pula. Pada asasnya, mengajar ialah proses atau ikhtiar membuat para pembelajar melakukan perbuatan belajar. Berdasarkan hasil survey awal diketahui bahwa problematika jumlah siswa itu berpengaruh dalam proses di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus. Jumlah disetiap rombongan belajar rata - rata berkisar antara 32 42 siswa. Hal ini tentu akan berdampak pada proses yang ada dikelas. Kegiatan menggunakan metode atau/ teknik tutorial yang diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa yang tercantum dalam judul Implementasi Teknik Pembelajaran Tutorial Dalam Menumbuhkan Kemandirian Belajar Siswa Di Kelas Dengan Jumlah Siswa Yang Melebihi Standart Dalam Pembelajaran Mata pelajaran PAI (Studi Kasus Di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus). B. Fokus Penelitian Menentukan fokus penelitian umumnya dilihat dari gejala yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga peneliti kualitatif 16 Abdurrakhman Ginting, Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran, Humaniora, Bandung, 2012, hal. 79

6 tidak akan mendapatkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitain, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. 17 Penelitian ini difokuskan pada implementasi teknik tutorial dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa di kelas dengan jumlah siswa yang melebihi standar dalam mata pelajaran PAI di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus. Karena tugas seorang guru adalah mengajar, membimbing, mengarahkan, dan mendidik, serta mentransfer ilmu kepada siswa, maka tidak salah kalau semua guru mata pelajaran PAI memberikan pelayanan yang seharusnya didapatkan oleh siswa. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi teknik tutorial dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa di kelas dengan jumlah siswa yang melebihi standart dalam mata pelajaran PAI di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus? 2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat teknik tutorial dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa di kelas dengan jumlah siswa yang melebihi standart dalam mata pelajaran PAI di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui implementasi teknik tutorial dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa di kelas dengan jumlah siswa yang melebihi standart dalam mata pelajaran PAI di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus. 17 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm., 285

7 2. Mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat teknik tutorial dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa di kelas dengan jumlah siswa yang melebihi standart dalam mata pelajaran PAI di MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat teoretis maupun praktis, yakni : 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan konsep dan teori. Disamping itu, penelitian ini juga dapat dijadikan kajian sebagai kajian kepustakaan atau bahan perbandinganbsgi peneliti yang berminat mengadakan penelitian lanjutan tentang pengembangan mata pelajaran PAI di tingkat Madrasah Tsanawiyah. 2. Manfaat Praktis a) Guru Penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru dalam memilih pendekatan, strategi, metode atau teknik mata pelajaran PAI serta memberikan informasi bahwa dalam meningkatkan kualitas maupun hasil belajar siswa diperlukan kreatifitas guru dalam poses. b) Siswa Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa khususnya dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa. c) Bagi MTs NU Hasyim Asy`ari 2 Kudus Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki proses mata pelajaran PAI.