KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1981 TENTANG PEMBINAAN USAHA PETERNAKAN AYAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1981 TENTANG PEMBINAAN USAHA PETERNAKAN AYAM

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 4 TAHUN 1996 SERI D NO. 4

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1977 TENTANG USAHA PETERNAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1974 TENTANG PELAKSANAAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 1972 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAII TINGICAT H SURAKARTA NOMOR : 13 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 7

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN KEMITRAAN DAN PERLINDUNGAN USAHA PETERNAKAN DI PROVINSI BALI

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG JUMLAH TERNAK POTONG SAPI BALI ANTAR PULAU TAHUN 2017

Bahan Kuliah ke 6: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad. Usaha Peternakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA TINGKAT II TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 1999 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PERSUSUAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 of 5 21/12/ :18

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK TEKNIS PELAPORAN PEMBIBITAN AYAM RAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 109 TAHUN 2000 (109/2000) TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/PD.410/7/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR :

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 42 TAHUN 1992 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 112 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN INTENSIFIKASI TEMBAKAU RAKYAT TAHUN 1980

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 353/KMK.02/2004 TENTANG PENETAPAN HARGA PENYERAHAN BERAS PINJAMAN PL-480

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 413/KMK.03/2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEDUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL. NOMOR : 392.1/Kpts/SR.330/8/2003 NOMOR : KEP 29/PM/2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

GUBERNUR MALUKU UTARA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG KOORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor 31 Tahun 2007 Ditetapkan tanggal 1 Mei 2007

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tahun 1985 Seri B No. 2 Pada tanggal 21 Januari 1985 S A L I N A N

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Menimbang : Mengingat :

11/PMK.03/ PERUBAHAN KETIGA ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/KMK.03/2001

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 04/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG UNIT RESPON CEPAT PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG ORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH.

CAPAIAN KINERJA SKPD DALAM PENCAPAIAN 9 PRIORITAS PROGRAM PEMBANGUNAN RKPD 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 06 TAHUN 1995 TENTANG

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Repu

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENYEDIAAN DAN PELAYANAN PELUMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kewenangan. Izin Usaha. Pencabutan.

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1981 TENTANG PEMBINAAN USAHA PETERNAKAN AYAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa untuk meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan di bidang peternakan ayam, perlu diadakan pembinaan kepada usaha peternakan rakyat/peternak kecil ; b. bahwa usaha peternakan rakyat yang merupakan usaha keluarga perlu ditingkatkan ke arah kegiatan koperasi ; c. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut pada huruf b dan huruf c, perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan mengenai pembinaan peternakan ayam, baik bagi peternakan ayam skala besar dan peternakan ayam skala kecil ; Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 ; 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824) ; 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853) juncto Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944) ; 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3102) ; M E M U T U S K A N ; Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBINAAN USAHA PETERNAKAN AYAM.

Pasal 1 Untuk meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan, Pemerintah memberikan bimbingan dan pembinaan kepada peternakan rakyat/peternak kecil yang merupakan usaha keluarga ke arah kegiatan koperasi. Pasal 2 Untuk meningkatkan usahanya, kepada peternakan rakyat di bidang peternakan ayam petelur, peternakan ayam daging, peternakan ayam bibit, dan usaha produksi makanan ternak ayam diberikan fasilitas-fasilitas, sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 (1) Perorangan/Badan Hukum yang menjalankan usaha peternakan ayam petelur hanya diperkenankan mempunyai jumlah ayam petelur dewasa sebanyak-banyaknya 5,000 (lima ribu) ekor. (2) Perorangan/Badan Hukum yang menjalankan usaha peternakan ayam daging, hanya diperkenankan menghasilkan produksi ayam daging sebanyakbanyaknya 750 (tujuh ratus lima puluh) ekor setiap minggu, Pasal 4 Perorangan/Badan Hukum yang memiliki ternak ayam petelur atau produksi ayam daging melebihi jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus mengurangi jumlah atau produksi ayamnya secara bertahap. Pasal 5 Pengurangan jumlah ayam petelur dan produksi ayam daging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dilakukan sebagai berikut: a. Perorangan/Badan Hukum yang memiliki ayam petelur dewasa lebih dari 5,000 (lima ribu) ekor, pada saat mulai berlakunya Keputusan Presiden ini, harus secara berangsur-angsur mengurangi jumlah ternak ayam petelur, dengan cara setiap 6 (enam) bulan dilakukan pengurangan 1/5 (seperlima) dari jumlah ternak ayam petelur semula sehingga selambat- Iambatnya pada tanggal 1 Mei 1984 atau dalam waktu 2 1/2 (dua setengah) tahun jumlah ayam petelur dewasa yang dipelihara tidak melebihi jumlah 5.000 (lima ribu) ekor. b. Perorangan/Badan Hukum yang memiliki ayam daging dengan produksi lebih dari 750 (tujuh ratus lima puluh) ekor setiap minggu, pada saat mulai berlakunya Keputusan Presiden ini, harus secara berangsur-angsur

mengurangi jumlah ternak ayam daging, dengan cara setiap 2(dua) bulan dilakukan pengurangan 1/6 (seperenam) dari jumlah ternak ayam daging semula, sehingga selambat-lambatnya pada tanggal 1 Nopember 1982 atau dalam waktu 1(satu) tahun, jumlah produksi ayam daging tidak melebihi jumlah 750 (tujuh ratus lima puluh) ekor setiap minggu. Pasal 6 (1) Perorangan/Badan Hukum yang memiliki peternakan ayam petelur dan atau peternakan ayam daging melebihi jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, diberikan kesempatan untuk : a. melanjutkan usahanya di bidang peternakan ayam petelur dan atau peternakan ayam daging, dengan jumlah maksimal yang ditetapkan ; b. mengalihkan usahanya menjadi usaha peternakan ayam bibit ; c. menggantikan usahanya menjadi usaha produksi makanan ternak ayam. (2) Penerusan, pengalihan, atau penggantian usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan terlebih dahulu memperoleh izin usaha menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 Untuk menjamin tersedianya produksi telur dan daging ayam yang diperlukan masyarakat, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut: a. meningkatkan peternakan ayam ras yang sudah ada untuk mencapai skala usaha peternak kecil yang maksimal; b. mendorong terbentuknya peternak-peternak ayam ras baru dengan melalui Bimas dan non Bimas, Pasal 8 (1) Dalam mengadakan pembinaan dan pengendalian usaha peternakan ayam, BULOG lnelakukan tugas sebagai berikut: a. menjaga stabilisasi harga dan pemasaran hasil ternak unggas; b. mengadakan usaha-usaha peningkatan pemasaran, termasuk promosi konsumsi telur dan daging ayam, dengan mengkoordinasikan koperasi pemasaran/koperasi pedagang pasar (KOPPAS) dan menyediakan sarana yang diperlukan serta menetapkan cara pembiayaan; c. mengkoordinasikan asosiasi-asosiasi yang bergerak di bidang usaha peternakan ayam, agar dapat di ikut sertakan untuk membantu terciptanya suasana yang lebih baik dan serasi; d. memanfaatkan sarana penampungan (penyimpanan) dan pengolahan telur atau daging ayam dan pengadaan bahan baku dengan harga yang layak, (2) Peranan BULOG sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), apabila telah

memungkinkan secara bertahap dialihkan kepada koperasi. (3) Usaha stabilisasi harga dan pemasaran hasil ternak ayam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara koordinasi antara BULOG, Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, dan Instansi lain yang bersangkutan dengan pembinaan dan pengendalian usaha peternakan ayam. Pasal 9 (1) Untuk membantu peternakan kecil memperoleh bibit dan makanan ternak ayam dengan harga yang layak serta membantu memasarkan hasilnya, peternak-peternak ayam yang berada di daerah pedesaan bergabung ke dalam Koperasi Unit Desa (KUD), sedang peternak-peternak di daerah perkotaan membentuk Koperasi Peternakan yang berdiri sendiri. (2) Koperasi Peternakan (KUD) memperoleh rangsum makanan ternak ayam langsung dari pabrik makanan ternak tanpa melalui perantara. (3) Secara bertahap Koperasi Peternakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) secara sendiri-sendiri atau bersama-sama didorong untuk mendirikan/memiliki pabrik makanan ternak ayam dan atau perusahaan pembibitan ayaln. Pasal 10 Peternak kecil yang akan mengembangkan usahanya atau mendirikan usaha baru akan disediakan kredit dengan kredit Pola Bimbingan Massal. Pasal 11 Koperasi Unit Desa yang akan membantu menyalurkan bibit ayam, makanan ternak ayam, dan pemasaran hasil produksi peternakan ayam dari para anggotanya akan disediakan kredit sesuai dengan tatacara dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pasal 12 Untuk menjamin terlaksananya pembinaan dan pengendalian usaha peternakan ayam, khususnya yang menyangkut produksi telur dan daging ayam, dibentuk Team Pengendalian di. tingkat Pusat yang dibantu oleh satuan tugas Pelaksana di tingkat Pusat dan Daerah, yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil Departemen atau Instansi yang berhubungan dengan usaha pembinaan dan pengembangan peternakan ayam. Pasal 13 Dalam pelaksanaan Keputusan Presiden ini di Daerah, Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I melakukan pengawasan dan koordinasi sebaik-baiknya dengan memperhatikan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian, Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan Presiden ini, diatur lebih lanjut oleh Menteri Pertanian setelah berkonsultasi dengan Instansi lain yang berwenang, Pasal 15 Keputusan Presiden ini-mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2 Nopember 1981, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. S O E H A R T O