RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENILAIAN POSTUR KERJA DAN RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA PEMANENAN GETAH PINUS DI KPH SUKABUMI HOTMAIDA

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PENILAIAN POSTUR KERJA DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA INDUSTRI KAYU KUSEN DAN PINTU SKALA MIKRO ARUM SETYANINGSIH

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Metode dan Pengukuran Kerja

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 1:

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB V ANALISA DAN HASIL. semua proses kerja yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

Transkripsi:

RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH REZA AHDA SABIILA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Efi Yuliati Yovi SHut, M Life Env Sc dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Reza Ahda Sabiila NIM E14080117

ABSTRAK REZA AHDA SABIILA. Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI. Kegiatan pemanenan kayu di Perum Perhutani mempunyai risiko ergonomi yang tinggi dan masih dilakukan menggunakan tenaga manusia. Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah penyakit atau gangguan pada jaringan lunak berupa otot, sendi, ligamen, tendon dan tulang rawan serta pada sistem saraf. Adanya paparan yang berkepanjangan dari faktor risiko ergonomi dapat menimbulkan MSDs pada pekerja. Tujuan penelitian ini adalah mengukur besarnya keluhan MSDs pekerja pada setiap unsur kerja dikegiatan pemanenan hutan dan menguraikan hubungan antara faktor-faktor risiko (postur tubuh, usia, indeks massa tubuh) terhadap keluhan MSDs. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Data dianalisis menggunakan metode rapid entire body assessment. Hasil analisis pada kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan menunjukkan risiko MSDs tingkat sedang sampai tinggi. Faktor alat mekanis dan faktor beban yang diterima pekerja menjadi faktor utama penyebab MSDs. Faktor-faktor risiko lainnya seperti temperatur, usia pekerja dan indeks massa tubuh pekerja mempunyai peran dalam keluhan yang dirasakan oleh pekerja. Kata kunci: postur kerja, musculosketal disorders, pemanenan kayu, rapid entire body assessment, risiko ABSTRACT REZA AHDA SABIILA. Ergonomic risk and Musculoskeletal Disorders Complaints in Forestry Workers Timber Harvesting in KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Central Java. Supervised by EFI YULIATI YOVI. Timber harvesting activities in Perum Perhutani has a high risk of ergonomics and are still using human power. Musculoskeletal disorders (MSDs), is illness or disorders of the soft tissues of the muscles, joints, ligaments, tendons and cartilage as well as on the nervous system. The existence of prolonged exposure from ergonomics risk factors can lead to MSDs on workers. The purpose of this study was to measure the magnitude of workers on the MSDs complaints for every elements of the work in forest harvesting activities and to define the relationship between the risk factors (body posture, age, body mass index) of MSDs complaints. The method of this research was using observation and interview data then were analyzed by REBA method. The analysis results on the logging, bucking and skidding activities showed the various risk from medium to high levels of MSDs. Mechanical tools factors and load factor of workers was a major factor that cause MSDs risk factors. The other risk factors, such as temperature, workers age and body mass index of the workers also has a role on worker s complaint. Keyword: musculosketal disorders, risk, rapid entire body assessment, timber harvesting, work postures

RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA KEHUTANAN BIDANG PEMANENAN KAYU DI KPH KENDAL PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH REZA AHDA SABIILA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Nama NIM : Reza Ahda Sabiila : E14080117 Disetujui oleh Dr Efi Yuliati Yovi, SHut MLife Env Sc Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc F Trop Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta ala atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini sebagai syarat untuk melakukan penelitian berjudul Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Kehutanan Bidang Pemanenan Kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dengan sebaik-baiknya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Efi Yuliati Yovi SHut, M Life Env Sc selaku dosen pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas doa dan dukungan yang diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman RIMPALA, MNH 45 dan FAHUTAN 45 yang telah memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2013 Reza Ahda Sabiila

PRAKATA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 Metodologi 2 Pengumpulan Data 2 Bahan 3 Alat 3 Prosedur Analisis Data 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Proses Penebangan 6 Proses Penyaradan 11 Penilaian Postur Tubuh pada Setiap Unsur Kerja terhadap Risiko MSDs 17 Perbandingan Hasil Keluhan MSDs dengan Hasil REBA 18 SIMPULAN DAN SARAN 24 Simpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP 30 V vi vii viii

DAFTAR TABEL 1 Karakteristik responden 5 2 Temperatur udara di KPH kendal 6 3 Skor grup a dan beban pada kegiatan penebangan 7 4 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penebangan 8 5 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan penebangan 8 6 Skor grup a dan beban pada kegiatan pembagian batang 9 7 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pembagian batang 10 8 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan pembagian batang 11 9 Berat rata-rata log Tectona grandis berdasarkan diameter 11 10 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan dengan bahu 12 11 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan dengan bahu 13 12 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan dengan bahu 13 13 Skor grup a dan beban pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi 14 14 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penyaradan dengan sapisapi 15 15 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan penyaradan dengan sapisapi 15 16 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan 16 17 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan 16 18 Skor grup c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan 17 19 Skor REBA unsur kerja pada kegiatan penebangan, pembagian batang dan penyaradan 17 20 Skor REBA unsur kerja pada kegiatan penebangan, penyaradan dan penggergajian kayu 18 21Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs penebang 21 22 Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs pekerja kegiatan penyaradan 21 23Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs penebang 22 24 Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs pekerja kegiatan penyaradan 22

DAFTAR GAMBAR 1 Nordic body map 4 2 Postur penebang dalam pembuatan takik balas dan rebah 7 3 Postur penebang dalam pembagian batang 9 4 Postur blandong saat menyarad log 11 5 Postur mengangkut kayu dengan bahu blandong 12 6 Postur mengangkut kayu menggunakan sapi-sapi 14 7 Postur mendorong kayu ke atas kendaraan angkutan 16 8 Keluhan yang dirasakan operator chainsaw 19 9 Keluhan yang dirasakan pekerja kegiatan penyaradan 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner yang diisi pekerja kehutanan bidang pemanenan kayu di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. 26 2 Sudut postur tubuh yang dibentuk oleh pekerja pemanenan kayu melalui penilaian REBA 29

PENDAHULUAN Latar Belakang Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah penyakit atau gangguan pada jaringan lunak berupa otot, sendi, ligamen, tendon dan tulang rawan serta pada sistem saraf. MSDs terjadi ketika kemampuan fisik dari pekerja tidak sesuai tuntutan fisik dari pekerjaannya. Adanya paparan yang berkepanjangan dari faktor risiko ergonomi dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh (OSHA 2000). Kegiatan pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan mengeluarkan kayu atau log dari hutan yang kemudian diangkut ke tempat penggunaan atau pengolahan. Operasi pemanenan merupakan kegiatan yang sangat berisiko terhadap keselamatan pekerja. Yovi (2007) menyebutkan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan berbahaya yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja sulit, beban kerja yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas kerja pekerja hutan), dan risiko kecelakaan yang tinggi. Kegiatan penebangan di Perum Perhutani mempunyai risiko ergonomi yang tinggi dan kegiatan penyaradan masih dilakukan menggunakan tenaga manusia. Nurmianto (1996) menyebutkan bahwa pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri yang disebut sebagai over exertion lifting and carriying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebih. Perlindungan pada keselamatan dan kesehatan pekerja kehutanan melalui ergonomi dinilai penting. Adanya aturan untuk menyediakan keamanan dan perlindungan kesehatan, serta evaluasi fisik beban kerja merupakan hak mendasar bagi pekerja. Evaluasi dapat digunakan untuk menyelaraskan tugas pekerja dengan kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang sudah terukur tersebut kemudian bisa digunakan untuk mengoptimalkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan (Yovi 2007). Atas dasar pemahaman pentingnya keselamatan kerja dan fakta inilah dirasa perlu adanya suatu penelitian pada berapa besar tingkat risiko yang ditimbulkan dari postur tubuh pekerja pada kegiatan penebangan dan penyaradan serta faktorfaktor risiko yang terdapat pada kegiatan pemanenan di KPH Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Perumusan Masalah Proses kegiatan pemanenan kayu mempunyai risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja dan penyakit karena kerja. Kondisi tersebut dikarenakan banyaknya gerakan pada posisi tidak nyaman tubuh, beban kerja yang tinggi serta minimnya peralatan manual untuk memperingan pekerjaan. Proses pekerjaan yang dipengaruhi oleh target produksi dan kondisi temperatur tempat kerja yang cenderung panas juga menjadi faktor yang menambah risiko pekerjaan dibidang pemanenan kayu. Kondisi ini menambah tinggi kemungkinan tubuh pekerja terkena risiko musculoskeletal disorders yang berdampak pada terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit karena kerja. Tingkat kecelakaan kerja yang tinggi akan menyebabkan kerugian serta penanganan yang tidak mudah.

2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengukur besarnya keluhan MSDs pekerja pada setiap unsur kerja pada kegiatan pemanenan hutan 2. Menguraikan hubungan antara faktor-faktor risiko (postur tubuh, usia, indeks massa tubuh) terhadap keluhan MSDs. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan informasi. Bagi perusahaan (Perum Perhutani), hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan sistem dan metode kerja. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pekerja yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah pekerja kegiatan produksi di Perhutani. 2. Kegiatan pemanenan hutan meliputi kegiatan penebangan, pembagian batang, penyaradan, dan pemuatan. METODE Pengumpulan Data Lokasi pengambilan data primer ada pada 4 lokasi areal tebangan di wilayah 4 bagian kesatuan pemangkuan hutan (BKPH) yang tersebar di wilayah kesatuan pemangkuan hutan (KPH) Kendal. Pada setiap areal tebangan ada 3 kegiatan yang menjadi bahan penelitian. Objek kegiatan yang diteliti adalah pekerja pada proses penebangan, proses pembagian batang, dan proses penyaradan di KPH Kendal. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Observasi dan wawancara Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran postur kerja pada setiap aktivitas. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden. 2. Rapid Entire Body Assesment (REBA) REBA merupakan metode penilaian untuk menilai resiko pekerjaan yang berkaitan dengan cidera tulang belakang (musculoskeletal disorders)..

3 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data yang diperoleh langsung dengan observasi postur janggal pada pekerja di Perhutani dengan metode penilaian rapid entire body assessment (REBA) menggunakan kamera digital dan busur derajat. 2. Hasil durasi setiap proses kerja dilakukan dengan analisis waktu melalui video yang telah diambil. 3. Hasil kuisioner tentang gambaran keluhan subjektif MSDs yang dirasakan pekerja. 4. Hasil pengukuran beban yang diterima pekerja. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kamera, alat tulis, busur derajat, meteran, termometer dry and wet, Microsoft Office, SPSS 16.0 dan timbangan berat badan. Postur tubuh Prosedur Analisis Data Analisis dilakukan pada data foto untuk memperoleh penilaian postur janggal pada pekerja dengan metode penilaian rapid entire body assessment (REBA). REBA adalah metode untuk menilai resiko pekerjaan yang berkaitan dengan cidera tulang belakang (musculoskeletal disorders). REBA dikembangkan oleh Dr. Lynn McAtamnney dan Sue Hignett pada tahun 2000. REBA digunakan sebagai metode penilaian kuantitatif pada postur tubuh yang berkaitan dengan beban dan aktifitas. REBA juga dapat digunakan baik pada postur pergerakan dinamis, statis, tidak stabil, pergerakan yang melibatkan seluruh badan. REBA diterapkan pada kegiatan pengangkatan beban dengan intensitas yang sering maupun jarang atau telah terjadi modifikasi tempat kerja atau peralatan yang digunakan. Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses penilaian risiko dengan REBA antara lain dengan observasi pekerjaan, menentukan postur kerja yang berisiko, menilai postur kerja tersebut, mengkaji penilaian tersebut melalui tabel REBA, menentukan action level berdasarkan REBA yang terbentuk dari penilaian postur tersebut.

4 Variabel keluhan MSDs Data keluhan MSDs pada pekerja diperoleh dengan wawancara langsung melalui kuisioner dan menggunakan nordic body map untuk mengetahui dimana letak keluhan yang dirasakan ketika ataupun setelah bekerja. Indeks massa tubuh Gambar 1 Nordic body map Sumber: Ketut Tirtayasa et al. (2003) Departemen Kesehatan (2003) menyebutkan bahwa indeks massa tubuh diperoleh dari berat badan dikali berat badan kemudian dibagi dengan tinggi badan. Data berat badan diperoleh dengan mengukur berat badan menggunakan timbangan berat badan. Data tinggi diperoleh dengan pengukuran menggunakan meteran. Pengelompokkan data dilakukan sebagai berikut: a. Obesitas, jika IMT >30 b. Overweight, jika IMT 25 30 c. Normal, jika IMT 18,25 25 d. Underweight, jika IMT <18,25

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Unsur kegiatan pemanenan yang menjadi objek penelitian ini adalah pada kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan. Total jumlah responden yang diteliti adalah 30 orang. Keseluruhan responden berjenis kelamin laki-laki dengan umur minimal 25 tahun dan maksimal berumur 49 tahun. Presentase pendidikan responden yang paling dominan adalah SD SMP sebesar 70%. Indeks massa tubuh sebagian besar pekerja masuk ke dalam kategori overweight. Pekerja didominasi oleh pekerja dengan tubuh besar dan otot sebagai konstruksi badan pekerja tersebut. Responden bekerja selama 8 10 jam/hari dengan hari efektif kerja sebanyak 26 hari pada bulan produksi maksimum dengan satu hari libur per minggu. Karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik dan jumlah responden Variabel Jumlah (orang) Persentase (%) Penebangan 5 16,67 Jenis pekerjaan Pembagian batang 4 13,33 Penyaradan 21 70,00 Umur < 40 tahun 28 93,33 > 41 tahun 2 6,67 Tidak tamat SD 7 23,33 Pendidikan SD SMP 22 70.00 SMK 1 3,33 < 1 tahun 0 0,00 Lama bekerja < 20 tahun 28 93,33 20 tahun 2 6,67 Underweight 0 0,00 Index Massa Normal 9 26,67 Tubuh Overweight 17 53,33 Obesitas 4 16,67 Grzywinski et al. (2010) menyebutkan perkembangan gangguan MSDs adalah proses relatif jangka panjang. Jumlah keluhan yang terjadi pada pekerja dapat bertambah secara signifikan pada pekerja yang lebih tua dan telah bekerja selama beberapa tahun. Jumlah keluhan MSDs sebelum dan setelah bekerja berhubungan secara tidak langsung dengan jumlah tahun bekerja.

6 Tabel 2 Temperatur udara di KPH Kendal Waktu BKPH Kalibodri (ᵒC) Mangkang(ᵒC) Subah(ᵒC) Plelen(ᵒC) 09.00 28,0 28,0 27,0 27,2 09.30 28,0 28,0 27,0 27,3 10.00 28,5 28,5 27,5 27,7 10.30 28,8 28,8 28,0 28,2 11.00 29,0 29,0 28,2 28,7 11.30 29,6 29,6 28,7 29,0 12.00 30,2 30,2 29.0 29,4 12.30 31,0 31,0 29,3 29,8 13.00 31,4 31,6 29,4 30,1 13.30 31,7 32,2 29,5 30,4 14.00 31,7 31,2 29,5 30,5 14.30 31,5 31,0 29,4 30,2 15.00 31,0 31,0 29,2 30,0 15.30 31,0 30,4 28,8 29,5 16.00 30,5 30,0 28,5 29,2 Temperatur, kelembaban udara dan beban kerja merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam suatu lingkungan kerja. Kegiatan pemanenan kayu jati dimulai dari briefing pada pukul 07.00 WIB sampai clearing area pada pukul 17.00 WIB. Kisaran temperatur di areal kerja mencapai 27 32ᵒC dengan kelembaban 80 94%. Temperatur tertinggi rata-rata terjadi pada pukul 14.00 WIB. Temperatur dan kelembaban lingkungan ruang kerja sangat berpengaruh pada efektivitas pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan pada lingkungan yang terlalu panas dan lembab dapat menurunkan kemampuan fisik tubuh dan dapat menyebabkan keletihan yang datang terlalu dini. Kondisi ini dapat mengurangi produktivitas kerja bahkan potensial menyebabkan kecelakaan kerja (Purnomo 2000). Proses Penebangan Operator chainsaw menebang pohon sebanyak 10 20 pohon/hari dengan ukuran diameter antara 33 67 cm. Operator chainsaw melakukan pekerjaan yang berulang menggunakan chainsaw yang memiliki beban 5 10 kg dengan menerima getaran dan kebisingan dari alat tersebut. Operator chainsaw dalam melakukan pekerjaannya harusnya menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa helm, sepatu, celana lapang, dan sarung tangan. APD yang digunakan pada proses penebangan terbatas sehingga fungsi APD sebagai pengurang potensi risiko kecelakaan kerja belum tercapai secara optimal.

Penilaian postur tubuh pada unsur kerja penebangan dengan menggunakan metode REBA Kegiatan penebangan dilakukan oleh operator chainsaw selama ±4 menit. Lama proses penebangan ini tergantung pada diameter pohon yang akan ditebang. Proses takik rebah dan takik balas ini merupakan proses pemotongan pangkal pohon. Proses pengerjaannya dilakukan oleh satu orang berperan sebagai operator chainsaw dan satu sebagai helper. 7 Gambar 2 Postur penebang dalam pembuatan takik balas dan rebah Tabel 3 Skor grup a dan beban pada kegiatan penebangan Grup Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total A Punggung Flexion 30º 3 1 4 Leher Flexion 10ᵒ 1-1 Kaki Flexion 165º dan 2 2 4 posisi tidak stabil Penambahan Beban 5 10 kg 1-1 Skor A (Skor grup a + beban) 7 Keterangan: tanda (-) menunjukkan tidak adanya penambahan Posisi tulang punggung mendapatkan 3 karena membentuk sudut sebesar 30º. Hal ini terjadi karena pada saat melakukan pekerjaan menebang pekerja harus agak membungkuk agar dapat melihat pangkal pohon yang telah ditentukan batas ukuran penebangannya dari atas tanah. Postur mendapat nilai tambahan 1 karena postur yang digunakan oleh pekerja kadang memutar punggung untuk melihat potongan pangkal pohon. Total untuk punggung sebanyak 4 poin sedangkan posisi leher membentuk sudut 10º sehingga mendapatkan 1. Posisi kaki mendapatkan 2 karena pekerja berada dalam posisi tidak stabil dan mendapat tambahan 2 poin lagi karena lutut pekerja membentuk sudut sebesar 165º. Pada kegiatan penebangan ini pekerja menggunakan alat chainsaw dengan berat alat antara 5 10 kg sehingga terdapat penambahan sebanyak 1 pada hasil akhir perhitungan grup a. Skor akhir yang diperoleh adalah sebesar 7.

8 Tabel 4 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penebangan Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total Kanan Lengan atas Flexion 20ᵒ 1-1 Lengan bawah Flexion 20ᵒ 2-2 Pergelangan Flexion 20ᵒ 2-2 tangan Penambahan Coupling Good 0-0 Skor B (Skor grup b + coupling) 3 Kiri Lengan atas Flexion 18ᵒ 1-1 Lengan bawah Flexion 12ᵒ 2-2 Pergelangan Flexion 5ᵒ 1-1 tangan Penambahan Coupling Good 0-0 Skor B (Skor grup b + coupling) 2 Hasil perhitungan grup b terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian tubuh kanan dan bagian tubuh kiri. Postur lengan atas bagian kanan dan kiri sama-sama memperoleh 1. Lengan bawah kanan memperoleh 2 karena membentuk sudut 20ᵒ sedangkan lengan bawah kiri memperoleh 2 karena membentuk sudut 12ᵒ. Pergelangan tangan kanan mendapatkan 2 karena membentuk sudut sebesar 20ᵒ sedangkan pergelangan tangan kiri mendapatkan 1 karena membentuk sudut sebesar 5ᵒ. Lengan bawah kanan dan lengan bawah kiri memperoleh yang berbeda karena ketika melakukan penebangan pekerja menggunakan chainsaw posisi lengan bawah kanan berada lebih rendah daripada lengan bawah bagian kiri sehingga sudut yang terbentuk lebih besar pada lengan bawah bagian kanan. Daya genggaman pekerja untuk kedua bagian dinilai bagus karena kedua bagian tangan genggamannya kuat sehingga diberi 0. Hasil akhir dari perhitungan grup b untuk sebelah kanan adalah 3 dan sebelah kiri adalah 2. Tabel 5 Skor tabel c dan aktivitas pada kegiatan penebangan Skor A Skor B bagian tubuh Skor Tabel C Penambahan Skor REBA Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 7 3 2 7 7 2 9 9 Hasil perhitungan pada Tabel 9, Tabel c bagian kanan dan bagian kiri adalah 7. Skor tabel c diperoleh dari penjumlahan antara pada Tabel grup a dan Tabel grup b. Pada unsur kerja penebangan terdapat penambahan untuk Tabel c, penambahan yang diperoleh sebanyak 2 pada aktivitas. Hal ini karena pada saat melakukan penebangan batang, lulut diam lebih dari 1 menit dan saat berdiri postur berubah cepat dari posisi awal. Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja penebangan adalah sebesar 9 untuk bagian tubuh kanan dan bagian tubuh kiri.

Penilaian postur tubuh pada unsur kerja pembagian batang dengan menggunakan metode REBA Kegiatan pembagian batang dilakukan selama ±3 menit per satu sortimen. Waktu total yang dibutuhkan operator chainsaw dalam melakukan kegiatan ini ditentukan oleh diameter pohon serta banyaknya cabang dan ranting yang terdapat pada pohon tersebut. Satu pohon yang dibagi dengan ukuran panjang 2 2.5 meter/log. Produktivitas pekerja dalam sehari pekerja bisa mencapai 40 50 batang sortimen. Postur kerja pada kegiatan pembagian batang ini bermacam-macam berdasarkan karakteristik batang dan kemampuan dari operator chainsaw. 9 Gambar 3 Postur penebang dalam pembagian batang Tabel 6 Skor grup a dan beban pada kegiatan pembagian batang Grup Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total A Punggung Flexion 25ᵒ 2-2 Leher Flexion 7ᵒ 1-1 Kaki Flexion 10ᵒ 1-1 Penambahan Beban 5 10 kg 1-1 Skor a (Skor grup a + beban) 3 Posisi tulang punggung pada unsur kerja pembersihan ranting dan pembagian batang mendapatkan 1 karena tulang punggung operator chainsaw membentuk sudut sebesar 25ᵒ. Posisi leher membentuk sudut sebesar 7ᵒ sehingga mendapatkan 1. Posisi kaki pada unsur kerja ini mendapatkan 1 karena kaki tertopang dengan baik. Pada kegiatan ini pekerja masih menggunakan chainsaw dengan berat alat antara 5 10 kg sehingga mendapat 1 pada hasil akhir perhitungan grup A. Hasil akhir dari grup A adalah 3.

10 Tabel 7 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pembagian batang Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total Kanan Lengan atas Flexion 5ᵒ 1 1 2 Lengan bawah Flexion 42ᵒ 2-2 Pergelangan Flexion 5ᵒ 1-1 tangan Penambahan Coupling Good (genggaman kuat) 0-0 Skor b (Skor grup b+ coupling) 2 Kiri Lengan atas Flexion 45ᵒ 3 1 4 Lengan bawah Flexion 14ᵒ 2-2 Pergelangan Flexion 10ᵒ 1-1 tangan Penambahan Coupling Good 0-0 Skor b (Skor grup b + coupling) 5 Postur lengan atas bagian kanan memperoleh 2 dan lengan atas bagian kiri memperoleh 4. Skor pada kedua lengan atas ini memperoleh penambahan sebesar 1 karena kedua lengan atas diangkat pada saat melakukan pembagian cabang dan pemotongan ranting. Lengan atas membentuk sudut sebesar 5ᵒ untuk lengan atas bagian kanan dan lengan atas bagian kiri membentuk sudut 45ᵒ. Lengan bawah kanan memperoleh 2 karena membentuk sudut 42ᵒ dan lengan bawah kiri membentuk sudut 14ᵒ. Pergelangan tangan kanan serta pergelangan tangan kiri mendapatkan 1 karena pada pergelangan tangan kanan membentuk sudut sebesar 5ᵒ. Pergelangan tangan kiri juga membentuk sudut sebesar 10ᵒ. Daya genggaman pekerja untuk kedua bagian dinilai kuat sehingga diberi 0. Perhitungan akhir dari grup B sebelah kanan adalah sebesar 2 dan sebelah kiri mendapatkan 5. Tabel 8 Skor Tabel C dan aktivitas pada kegiatan pembagian batang Skor A Skor B bagiantubuh Skor Tabel C Penambahan Skor REBA Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 3 3 5 3 4 2 5 6

Hasil perhitungan REBA pada tabel c bagian kanan adalah 3 sedangkan tabel c pada bagian kiri adalah 4. Pada unsur kerja pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang terdapat penambahan untuk tabel c. Penambahan yang diperoleh sebanyak 2 pada aktivitas. Pada saat melakukan pembersihan cabang dan ranting, serta pembagian batang terdapat satu bagian tubuh yang statis lebih dari 3 menit dan terdapat gerakan yang menyebabkan bagian tubuh melakukan perubahan postur yang cepat dari posisi awal. Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja pembersihan cabang, ranting, dan pembagian batang sebesar 5 untuk bagian tubuh kanan dan 6 untuk bagian tubuh kiri. 11 Gambar 4 Postur blandong saat menyarad log Proses Penyaradan Proses penyaradan yang dilakukan di lokasi penelitian memakai beberapa teknik kerja yang berbeda yaitu mengangkat kayu dari areal tebangan menggunakan bahu, mengangkat kayu dengan sapi-sapi dan mendorong log sampai ke atas truk pengangkut. Hal ini karena penyesuaian teknik kerja dengan truk pengangkut yang mempunyai bentuk bagian belakang yang berbeda. Pekerja mengangkat kayu sebanyak 40 50 batang per hari. Jarak sarad terdekat adalah berkisar 5 meter dari truk sedangkan jarak sarad terjauh adalah bekisar 20 meter dari truk. Berat kayu yang diangkut blandong berbeda-beda karena diameter batang yang diangkut berbeda ukuran. Berat kayu yang diangkut oleh blandong dapat diperoleh dengan mengalikan antara volume kayu angkut dengan berat jenis Tectona grandis yaitu sebesar 0,67. Tabel 9 menunjukkan berat log yang diangkat oleh pekerja. Tabel 9 Berat rata-rata log Tectona grandis berdasarkan diameter Diameter (cm) Berat rata-rata (kg) 33 40 78,93 41 45 109,23 46 50 118,69 51 55 131,96 56 60 158,02 61 65 186,42 66 70 217,17 71 76 253,75

12 Dalam melakukan pekerjaannya, APD yang digunakan hanya helm. Hal ini karena desain dari APD yang tidak nyaman bagi pekerja dan cenderung mengganggu saat bekerja. Pada saat melakukan pekerjaannya beberapa pekerja menggunakan kain untuk menutupi kepala karena panas sinar matahari yang sangat menyengat pada siang hari. Penilaian Postur Tubuh Unsur Kerja Memuat Kayu dengan Bahu Blandong Salah satu teknik yang dilakukan pekerja dalam unsur kerja penyaradan adalah menggunakan bahu untuk mengangkut kayu ke kendaraan angkutan. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±3 menit. Jarak sarad yang ditempuh oleh pekerja pada kegiatan ini 5 15 meter. Namun teknik ini hanya digunakan pada areal blok tebang dengan tanah yang relatif datar. Gambar 5 Postur memuat kayu dengan bahu pekerja Tabel 10 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan dengan bahu Grup Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total A Punggung Flexion 43ᵒ 3-3 Leher Flexion 15ᵒ 1-1 Kaki Tidak stabil dan 1 1 2 flexion 25ᵒ Penambahan Beban >10 kg 2-2 Skor a (Skor grup a + beban) 6 Skor paling tinggi pada grup a terdapat pada bagian tubuh tulang punggung yaitu 3. Hal ini disebabkan oleh posisi tulang punggung yang membungkuk hingga 43ᵒ. Posisi leher lurus dengan batang tubuh sehingga mendapatkan 1 dan kaki mendapatkan 2 karena kaki pekerja tertopang dengan baik tetapi mendapat tambahan 2 karena postur kaki mengalami pembentukan sudut 25ᵒ. Hasil pengukuran dengan metode REBA pada kegiatan ini mendapatkan total 6. Penambahan sebanyak 2 karena beban kayu yang diangkat >10 kg.

Tabel 11 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan dengan bahu Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total Kanan Lengan atas Flexion 19ᵒ 1-1 Lengan bawah Flexion 120ᵒ 2-2 Pergelangan Flexion 10ᵒ 1-1 tangan Penambahan Coupling Poor 2-2 Skor b (Skor grup b + coupling) 4 Kiri Lengan atas Flexion 80ᵒ 3 1 4 Lengan bawah Flexion 58ᵒ 2-2 Pergelangan Flexion 15ᵒ 1-1 tangan Penambahan Coupling Poor 2-2 Skor b (Skor grup b + coupling) 6 Posisi tangan sebelah kanan dan sebelah kiri memiliki postur yang hampir sama. Lengan atas sebelah kanan membentuk sudut sebesar 19ᵒ sehingga memperoleh 1. Lengan atas kiri membentuk sudut sebesar 80ᵒ sehingga yang diperoleh adalah 3. Lengan bawah sebelah kanan membentuk sudut sebesar 120ᵒ dan kiri membentuk sudut sebesar 58ᵒ sehingga mendapatkan 2 untuk masing-masing bagian. Leher pekerja tegak lurus dengan badan sehingga yang diperoleh adalah 1. Hasil pengukuran postur kerja pada kegiatan pemuatan kayu ke bahu pada grup b untuk bagian tubuh sebelah kanan sebesar 4 dan kiri sebesar 6. Penambahan sebanyak 2 karena daya genggaman pekerja pada saat memegang kayu lemah. Tabel 12 Skor c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan dengan bahu Skor A Skor B bagian tubuh Skor Tabel C Penambahan Skor REBA Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 6 4 6 7 8-7 8 REBA pada Tabel a adalah 6. Skor pada Tabel b bagian kanan dan kiri adalah 6. Pada unsur kerja penyaradan dengan bahu terdapat penambahan untuk Tabel c. Skor REBA yang diperoleh pada saat melakukan unsur kerja pemuatan dengan bahu adalah sebesar 7 untuk bagian kanan dan sebesar 8 untuk bagian tubuh kiri. 13

14 Penilaian Postur Tubuh Unsur Kerja Penyaradan Kayu Menggunakan Sapi- Sapi dengan Menggunakan Metode REBA Teknik lainnya yang dilakukan pekerja dalam unsur kerja penyaradan adalah menggunakan sapi-sapi untuk mengangkat kayu. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±3 menit. Keseimbangan tubuh pekerja dalam menyarad kayu ditentukan dari kerja sama pekerja. Jarak sarad yang ditempuh pada kegiatan ini 5 15 meter. Gambar 6 Postur mengangkut kayu dengan sapi-sapi Tabel 13 Skor grup a dan beban pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi Grup Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total A Punggung Flexion 28ᵒ 3-3 Leher Flexion 4ᵒ 1-1 Kaki Tidak stabil dan 1 2 3 flexion 70ᵒ Penambahan Beban > 10 kg 2-2 Skor a (Skor grup a + beban) 7 Pada kegiatan pengangkutan kayu menggunakan sapi-sapi, postur tulang punggung mendapat 3 karena postur pada saat proses berdiri pekerja harus bungkuk terlebih dahulu dan membentuk sudut 28ᵒ. Bagian tubuh leher tidak membentuk sudut maka yang didapat adalah 1. Kaki mendapatkan 1 karena pembentukan sudut 70ᵒ dan mendapatkan penambahan 2. Total yang didapat pada penilaian postur kerja ini adalah 7, karena adanya penambahan sebanyak 2 akibat beban.

Tabel 14 Skor grup b dan coupling pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total Kanan Lengan atas Flexion 13ᵒ 1-1 Lengan Flexion 135ᵒ 2-2 bawah Pergelangan Flexion 38ᵒ 2-2 tangan Penambahan Coupling Fair 1-1 Skor b (Skor grup b + coupling) 3 Kiri Lengan atas Flexion 60ᵒ 3-3 Lengan Flexion 40ᵒ 2-2 bawah Pergelangan Flexion 10ᵒ 1-1 tangan Penambahan Coupling Fair 1-1 Skor b (Skor grup b + coupling) 5 Hasil pengukuran grup b dengan menggunakan metode REBA pada Tabel 13 mendapatkan 3 untuk bagian tubuh sebelah kanan dan bagian tubuh sebelah kiri mendapatkan 5. Skor 1 diperoleh bagian tubuh lengan atas kanan karena lengan atas kanan membentuk sudut sebesar 13ᵒ. Skor 1 juga didapat pada lengan atas kiri membentuk sudut sebesar 60ᵒ. Pada lengan bawah sebelah kanan membentuk sudut sebesar 135ᵒ dan kiri membentuk sudut sebesar 40ᵒ sehingga mendapatkan 2. Pada pergelangan tangan kanan dan kiri pekerja membentuk sudut sebesar 38ᵒ karena pada saat melakukan kegiatan ini tangan kanan berfungsi sebagai penopang kayu sehingga pergelangan tangan kanan kiri membentuk sudut sebesar 10ᵒ. Skor yang diperoleh pergelangan tangan adalah 1. Daya genggaman pekerja dinilai cukup sehingga memberikan penambahan sebanyak 1 pada hasil perhitungan grup b. Tabel 15 Skor tabel c dan aktivitas pada kegiatan penyaradan dengan sapi-sapi Skor A Skor B bagian tubuh Skor Tabel C Penambahan Skor REBA Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 7 3 5 7 9-7 9 Pada Tabel 15 terlihat bahwa akhir dari grup a adalah 7 dan akhir dari grup b adalah 3 untuk bagian kanan dan 5 untuk bagian kiri. Skor REBA untuk bagian tubuh kanan adalah sebesar 7 dan bagian kiri adalah 9. 15

16 Penilaian postur tubuh unsur kerja memuat kayu ke truk angkut dengan menggunakan metode REBA Teknik lainnya yang dilakukan pekerja dalam unsur kerja penyaradan adalah memuat kayu ke truk angkut. Kegiatan ini membutuhkan waktu ±2 menit untuk mendorong log dari bawah hingga ke atas truk. Untuk log yang besar, proses mendorong dibantu dengan tarikan tali dari atas truk oleh pekerja lain. Jarak sarad pada kegiatan ini rata-rata hanya 5 meter. Gambar 7 merupakan postur kerja pada kegiatan mendorong kayu ke truk angkut. Gambar 7 Postur memuat kayu ke atas kendaraan angkutan Tabel 16 Skor grup a dan beban pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan Grup Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total A Punggung Flexion 31ᵒ 3-3 Leher Flexion 7ᵒ 1-1 Kaki Flexion 57ᵒ 1 1 2 Penambahan Beban >10 kg 2-2 Skor a (Skor grup a + beban) 6 Pada kegiatan memuat kayu ke truk angkut, postur tulang punggung mendapat 4 karena postur pada saat proses berdiri pekerja membentuk sudut 31ᵒ. Leher membentuk sudut sebesar 7ᵒ dengan yang didapat adalah 1. Kaki mendapatkan 1 karena kaki pekerja stabil dan lutut membentuk sudut 57ᵒ. Dari semua bagian tubuh total yang didapat pada postur kerja ini adalah 6, karena adanya penambahan sebanyak 2 akibat beban. Tabel 17 Skor grup b dan coupling pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan Grup B Bagian tubuh Hasil ukur Skor Penambahan Total Kanan Lengan atas Flexion 110ᵒ 4-4 Lengan bawah Flexion 18ᵒ 2-2 Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1-1 Penambahan Coupling Fair 1-1 Skor b (Skor grup b + coupling) 6 Kiri Lengan atas Flexion 110ᵒ 4-4 Lengan bawah Flexion 18ᵒ 2-2 Pergelangan tangan Flexion 10ᵒ 1-1 Penambahan Coupling Fair 1-1 Skor b (Skor grup b + coupling) 6

Postur tubuh grup b pada kegiatan mendorong log mempunyai postur yang sama. Hasil pengukuran grup b dengan menggunakan metode REBA untuk bagian tubuh sebelah kanan dan bagian tubuh sebelah kiri mendapatkan 6. Skor tertinggi diperoleh bagian tubuh lengan atas yaitu 4 karena lengan atas membentuk sudut sebesar 110ᵒ. Pada lengan bawah sebelah kanan dan kiri membentuk sudut sebesar 18ᵒ sehingga mendapatkan 2. Pergelangan tangan kanan dan kiri pekerja membentuk sudut sebesar 10ᵒ karena pada saat melakukan kegiatan ini tangan kanan dan kiri berfungsi sebagai penopang kayu sehingga pergelangan tangan kanan dan kiri menekuk. Skor yang diperoleh pergelangan tangan adalah 1. Daya genggaman pekerja dinilai cukup sehingga memberikan penambahan sebanyak 1 pada hasil perhitungan grup B menjadi sebesar 6. Tabel 18 Skor tabel c dan aktivitas pada kegiatan pemuatan kayu ke atas angkutan Skor A Skor B Bagian Tubuh Skor Tabel C Penambahan Skor REBA Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 6 6 6 8 8-8 8 Pada Tabel 18 terlihat bahwa akhir dari grup A adalah 6. Sedangkan akhir dari grup B adalah 6 untuk kedua bagian. Dari hasil pengukuran diperoleh akhir REBA untuk bagian tubuh kanan adalah sebesar 8 dan bagian kiri adalah 8. Penilaian Postur Tubuh pada Setiap Unsur Kerja Terhadap Risiko MSDs Berdasarkan hasil perhitungan REBA pada setiap postur kerja pada kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan dengan berbagai teknik tersebut maka REBA tertinggi diperoleh pada postur kerja pemuatan kayu dari areal tebangan dengan menggunakan bahu. Tabel 19 Skor reba unsur kerja pada kegiatan penebangan, pembagian batang dan penyaradan Unsur kerja Skor REBA Action Level Tindakan Kanan Kiri level risiko perbaikan Pembuatan takik rebah 9 9 3 Tinggi Perlu segera dan takik balas Pembersihan cabang dan 5 6 2 Sedang Perlu ranting serta pembagian batang Pemuatan kayu dengan 7 8 3 Tinggi Perlu segera bahu Penyaradan kayu dengan 7 9 3 Tinggi Perlu segera sapi-sapi Pemuatan kayu ke atas truk angkut 8 8 3 Tinggi Perlu segera 17

18 Risiko yang signifikan dari gangguan MSDs mangancam pekerja yang pada pengoperasian mesin chainsaw dan pekerja yang melakukan material manual handling. Nyeri di bagian bawah tulang belakang terjadi pada orang yang melakukan pekerjaan ini. Kondisi tersebut bertambah parah terutama jika dilakukan dengan postur tidak nyaman pada tubuh (Grzywinski et al. 2010). Kegiatan pemanenan menggunakan chainsaw dan kegiatan penyaradan secara manual di Perhutani KPH Kendal menimbulkan dampak MSDs. Chainsawman mengeluhkan nyeri pada bagian punggung dan pinggang bawah dengan keluhan sedang. Keluhan pada bagian-bagian lain tubuh juga dikeluhkan oleh pekerja tetapi tingkat keluhan yang dirasakan hanya keluhan ringan. MSDs dengan keluhan ringan dapat reda setelah istirahat-istirahat pendek di sela-sela kegiatan. Pada MSDs keluhan sedang, keluhan yang dirasakan belum sepenuhnya reda apabila diistirahatkan disela-sela kegiatan pemanenan kayu. Pekerja kegiatan penyaradan merasakan keluhan hampir di seluruh tubuh. Keluhan yang dirasakan sebagian besar adalah keluhan ringan. Keluhan MSDs tingkat sedang dirasakan pada bagian tubuh seperti punggung dan pinggang bawah serta sendi-sendi yang digunakan sebagai penopang beban log yang diangkat. Skor action level pada Tabel 19 menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai level risiko dengan kategori sedang sampai tinggi. Skor tertinggi terdapat pada kegiatan pembuatan pembuatan takikm rebah dan takik balas. Level risiko tersebut menunjukkan bahwa postur jongkok merupakan postur yang sangat janggal pada saat melakukan pekerjaan. Sedangkan pada unsur kerja pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang mendapatkan action level terendah. MSDs memiliki hubungan erat dengan pekerjaan manual material handling (Santoso 2006). MSDs yang dirasakan oleh pekerja kegiatan penyaradan lebih banyak daripada operator chainsaw. Hal ini terjadi karena beban kerja pekerja pada unsur kerja pemuatann kayu diterima langsung oleh tubuh pekerja. Faktor alat mekanis yang minim dan pengulangan kegiatan berpengaruh besar pada banyaknya dan tingkat keluhan pekerja. Tabel 20 Skor reba unsur kerja pada kegiatan penebangan, penyaradan dan penggergajian kayu Unsur kerja SkorREBA Action Level Tindakan Kanan Kiri level risiko perbaikan Pembuatan takik rebah dan takik balas 6 5 2 Sedang Perlu Pembersihan cabang dan 4 5 2 Sedang Perlu ranting serta pembagian batang Persiapan mengangkat kayu ke bahu blandong 5 5 2 Sedang Perlu Peletakan kayu dibahu 6 7 2 Sedang Perlu blandong Pengangkutan kayu dari 8 10 3 Tinggi Perlu segera areal tebangan ke truk Penggergajian kayu 3 3 1 Rendah Mungkin perlu (Sumber: Prajawati 2012)

MSDs pada kegiatan pemanenan hutan Acacia mangium kayu mempunyai risiko yang beragam dengan relatif lebih rendah daripada pemanenan Tectona grandis. Tabel 20 merupakan hasil perhitungan untuk setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam proses pemanenan kayu Acacia mangium di KPH Bogor dan KPH Banten. Pengangkutan kayu hasil tebangan ke truk memiliki level risiko yang tinggi. Kegiatan penggergajian kayu memiliki level risiko yang rendah. Pekerja yang bekerja dengan alat mekanis mendapat dengan level risiko yang lebih rendah daripada pekerja dengan pekerjaan material manual handling. Kondisi tersebut disebabkan tuntutan produksi pemanenan Tectona grandis lebih tinggi. Chainsawman harus menekuk kaki saat membuat takik rebah untuk memaksimalkan potensi produksi kayu Tectona grandis. Pekerja penyarad juga harus menyarad kayu Tectona grandis yang lebih berat daripada kayu Acacia mangium. Perbandingan Hasil Keluhan MSDs dengan Hasil Penilaian REBA Perhitungan mengenai risiko postur tubuh terkait MSDs ini tidak hanya berupa penilaian dalam bentuk hasil dari metode REBA. Analisis dari faktor risiko juga dilakukan terhadap keluhan MSDs pada pekerja di masing-masing kegiatan yang dilakukan. Keluhan MSDs diperoleh berdasarkan kuisioner dan nordic body map. Dalam nordic body map, tubuh dibagi kedalam 28 bagian (0 27) dan tingkat keluhannya dibagi menjadi 3 tingkat yaitu ringan, sedang dan berat. Hasil analisis tingkat risiko yang didapat dengan metode REBA dibandingkan dengan keluhan MSDs yang dirasakan pekerja. Hasil analisis postur yang diperoleh adalah level risiko sedang sampai tinggi. Level risiko pada analisis REBA yang tertinggi ditemukan pada unsur kerja pemuatan kayu ke atas angkutan sehingga perlu adanya perbaikan terhadap postur kerja tersebut. jumlah keluhan 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 Leher atas 9 Leher bawah 8 Bahu kiri 9 Bahu kanan 4 Lengan kiri atas 2 Punggung atas 6 Lengan kanan atas 18 18 Punggung bawah Pinggang 0 0 0 Bokong Siku kiri Siku kanan 5 5 Lengan kiri bawah Gambar 8 Keluhan yang dirasakan operator chainsaw Lengan kanan bawah 4 Pergelangan tangan kiri 5 Pergelangan tangan kanan Bagian Tubuh 9 9 Tangan kiri Tangan kanan 0 0 Paha kiri Paha kanan 3 3 Lutut kiri Lutut kanan 19 0 0 0 0 0 0 Betis kiri Betis kanan Pergelangan kaki kiri Pergelangan kaki kanan Telapak kaki kiri Telapak kaki kanan

20 Keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja merupakan keluhan dengan jumlah keluhan yang bervariasi. Gambar 8 memperlihatkan penilaian yang diberikan operator chainsaw terhadap keluhan pegal dan sakit. Keluhan yang tertinggi adalah pada bagian punggung bawah dan pinggang dengan nilai 18. Keluhan yang dirasakan pada pekerja ada pada 17 bagian tubuh dari 28 bagian tubuh yang dinilai. Keluhan yang pekerja rasakan hanya terasa pada saat bekerja pada 17 bagian tubuh tersebut pada saat bekerja. Rasa pegal dan sakit akan berkurang jika pekerja beristirahat sejenak setelah mereka bekerja. jumlah keluhan 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 21 21 17 Leher atas Leher bawah Bahu kiri 30 Bahu kanan 21 Lengan kiri atas 9 Punggung atas 21 Lengan kanan atas 42 42 Punggung bawah Pinggang 0 Bokong 9 9 Siku kiri 21 21 21 21 Gambar 9 Keluhan yang dirasakan oleh pekerja kegiatan penyaradan Pekerja penyaradan memberikan penilaian keluhan MSDs terbesar pada bagian pinggang dan punggung bawah. Dari 28 bagian tubuh yang menjadi parameter penilaian, keluhan yang dirasakan pada pekerja ada pada 23 bagian tubuh dengan tingkat keluhan yang berbeda-beda. Pekerja melakukan aktifitas pekerjaannya sebagian besar dengan menggunakan bahu kanan untuk mengangkat kayu baik secara langsung atau menggunakan sapi-sapi. Pekerja memberikan penilaian yang cukup tinggi terhadap bahu kanan terkait keluhan pegal dan sakit dengan total tingkat keluhan sebesar 30. Skor tertinggi dibebankan pada punggung bawah dan pinggang yang mendapatkan total tingkat keluhan sebesar 42. MSDs yang timbul dikarenakan beban kayu berat yang dirasakan langsung oleh badan pekerja dan pengulangan kegiatan secara terus menerus selama satu hari kerja. Keluhan yang dirasakan oleh pekerja penyaradan relatif lebih tinggi daripada pekerja yang menggunakan chainsaw sebagai alat bantu pekerjaannya. Kondisi ini lebih dipengaruhi oleh beban kerja dan aktivitas kerja daripada oleh postur kerja. Berat log kayu Tectona grandis, jumlah ulangan kegiatan serta minimnya alat bantu pengangkutan menjadi risiko utama pada pekerja penyarad Siku kanan Lengan kiri bawah Lengan kanan bawah Pergelangan tangan kiri Pergelangan tangan kanan Bagian Tubuh 0 0 Tangan kiri Tangan kanan 21 21 21 21 21 21 Paha kiri Paha kanan Lutut kiri Lutut kanan Betis kiri Betis kanan 9 9 Pergelangan kaki kiri Pergelangan kaki kanan 0 0 Telapak kaki kiri Telapak kaki kanan

21 Perbandingan Hasil Keluhan MSDS dengan Faktor Risiko Lain Faktor risiko lain yang diteliti dan menjadi variabel yang menentukan besarnya MSDs adalah faktor usia dan indeks massa tubuh. Kedua faktor ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam analisis faktor risiko dan beban kerja. Usia Usia dikategorikan menjadi dua yaitu usia penebang dan blandong. Hal ini karena beban yang diterima oleh kedua pekerjaan tersebut berbeda. Berdasarkan produktifitasnya, usia pekerja juga dibagi menjadi usia produktif (20 40 tahun) dan usia tidak produktif (>40 tahun). Menurut Bridger (1995), peningkatan usia akan berpengaruh pada degenerasi tulang. Keadaan ini mulai terjadi degenerasi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas tulang dan otot menjadi berkurang sehingga semakin tua seseorang maka semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs. Tabel 20 Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs penebang Kategori Usia N Rata-Rata % Tubuh Sakit % Keluhan Non Produktif 2 50,00 20,83 Produktif 7 30,10 12,59 Jumlah 9 34,52 14,42 Dari 9 responden, usia produktif (7 orang) keluhan MSDs terjadi pada 30,10% dari seluruh bagian tubuhnya dan tingkat keluhan MSDs-nya mempengaruhi 12,59% dari bagian tubuh. Sedangkan pada usia tidak produktif (2 orang) diperoleh bahwa keluhan MSDs terjadi pada 50% bagian tubuhnya dan tingkat keluhan MSDs nya sebesar 20,83%. Pada pekerja usia tidak produktif, keluhan MSDs pada tubuh lebih banyak dan tingkat keluhannya pun lebih tinggi daripada pekerja usia produktif. Tabel 21 Pengaruh usia terhadap keluhan MSDs blandong Rata-Rata Kategori Usia N % Tubuh Sakit % Keluhan Non Produktif 0 0,00 0,00 Produktif 21 31,29 11,73 Jumlah 21 31,29 11,73 Dari 21 responden, semua responden mempunyai usia produktif, walaupun ada beberapa responden yang mempunyai usia pada batas produktif. Keluhan MSDs terjadi pada 31,29% dari seluruh bagian tubuhnya dan tingkat keluhan MSDs-nya mempengaruhi 11,73% dari bagian tubuh.

22 Perkembangan gangguan MSDs adalah proses yang relatif jangka panjang. Sebuah peningkatan keluhan MSDs akan dialami setelah bekerja beberapa tahun lebih lama (Grzywiṅski et al. 2010). Faktor usia tidak berpengaruh secara signifikan pada pekerjaan chainsawman. Hal tersebut karena operator chainsaw mendapat bantuan dari alat mekanis dan helper. Keluhan MSDs pada pekerja tidak produktif ditemukan kecenderungan keluhan yang lebih banyak dengan tingkat keluhan yang lebih tinggi daripada pekerja dengan usia produktif. Namun, hal ini dikarenakan pengalaman kerja pekerja yang lebih dari 20 tahun sehingga keluhan yang dirasakan lebih lama daripada pekerja dengan pengalaman kerja lebih sedikit. Menurut Santoso (2006), usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kapasitas angkut beban. Pengalaman kerja yang lebih banyak dengan bertambahnya usia merupakan kompensasi dari faktor usia itu sendiri. Indeks Masa Tubuh Hubungan faktor indeks massa tubuh dan keluhan MSDs dikategorikan menjadi dua tabel yaitu indeks massa tubuh penebang dan blandong. Hal ini karena beban yang diterima oleh kedua pekerjaan tersebut berbeda. Dari 30 responden, sebagian besar masuk kedalam kategori overweight dan sisanya masuk ke dalam kategori normal dan obesitas. Tabel 22 Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs penebang Kategori IMT N Rata-Rata % Tubuh Sakit % Keluhan Normal 0 0,00 0,00 Overweight 8 32,14 13,39 Obesitas 1 53,57 22,62 Jumlah 9 34,52 14,42 Dari 9 orang penebang, 1 orang mempunyai kategori IMT obesitas dan 8 orang lainnya mempunyai kategori overwight. Keluhan MSDs terbesar dialami oleh kategori IMT obesitas, sebesar rata-rata 53,57% bagian tubuhnya mengalami sakit dan tingkat keluhannya sebesar 22,62%. Tabel 23 Pengaruh IMT terhadap keluhan MSDs blandong Kategori IMT N Rata-Rata % Tubuh Sakit % Keluhan Normal 9 73,80 27,51 Overweight 9 69,05 25,79 Obesitas 3 73,81 27,78 Jumlah 21 31,29 11,73 Berdasarkan data pada Tabel 23, 3 orang mempunyai kategori IMT obesitas, 9 orang masuk ke kategori overweight, dan 9 orang lainnya masuk ke kategori normal. Keluhan MSDs pada kategori normal dan kategori obesitas hampir sama. Pada kategori normal, blandong merasakan 73,80% dari tubuhnya sakit dengan tingkat keluhan 27,51%. Pada kategori obesitas, blandong merasakan

73,81% dari tubuhnya sakit dengan tingkat keluhan 27,78%. Keluhan MSDs merata hampir di seluruh badan. Tingkat keluhan yang dirasakan blandong ratarata hanya keluhan ringan dan sedikit keluhan yang bersifat sedang di bagian punggung bawah dan pinggang. Berat badan dan tinggi badan mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap resiko cedera dalam material manual handling. Berat badan memiliki pengaruh langsung terhadap kebutuhan energi untuk metabolisme pada saat seseorang mengangkat beban.orang yang lebih berat cenderung lebih cepat lelah. Namun di lain pihak, orang yang lebih berat bisa lebih kuat kemampuan ototnya. Kegemukan dapat menurunkan stabilitas postural dan memberi potensi dampak negatif terhadap kontrol gerakan bagian atas tubuh namun efeknya pada kontrol keseimbangan dan pada arah gerakan. Penderita obesitas mungkin kurang efisien dan lebih berisiko cidera daripada individu normal disebagian besar tugas dan kegiatan sehari-hari terutama kegiatan yang membutuhkan gerakan tubuh bagian atas ekstrim yang dilakukan dari posisi tegak (Sethi et al. 2011). Pekerja di KPH Kendal mempunyai tubuh besar dengan otot sebagai konstruksi badan pekerja tersebut. Kontruksi badan pekerja terbentuk secara alami karena beban pekerjaan berat yang diterima oleh pekerja. Pekerjaan material manual handling menggunakan otot-otot tubuh sebagai alat penggerak utama sehingga otot-otot pekerja menjadi terlatih dan bertambah massanya. Dalam beberapa studi juga diketahui bahwa ada hubungan positif antara ukuran badan dengan kemampuan mengangkat beban. Usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kapasitas angkut beban. Pengalaman kerja yang lebih banyak dengan bertambahnya usia merupakan kompensasi dari faktor usia itu sendiri (Santoso 2006). 23