BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sektor terkait. Diperkenalkannya PKMD pada tahun 1975 mendahului kesepakatan internasional tentang konsep yang sama, yang dikenal dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978. Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi dan Pos KB Desa. Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat yang seperti ini, disamping menguntungkan masyarakat, karena memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan
kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat kedalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2011). Adapun pengertian mengenai posyandu banyak para ahli mengemukakan sangat bervariasi tergantung dari sudut mana memandangnya. Secara sederhana yang di maksud dengan posyandu adalah: pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB-kesehatan. Aspek proses posyandu pengertiannya adalah sebagai berikut: merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian inu dan bayi (PERMEN DAGRI Nomor 54 Tahun 2007).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus pelayanan profesional oleh petugas sektor, serta non profesional ( oleh kader ) dan diselenggarakan atas usaha masyarakat sendiri (Khoiri 2008). Posyandu apabila dipandang dari hirarki sistem upaya pelayanan kesehatan, adalah: forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upayaupaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat. Kurang berfungsinya posyandu disebabkan karena rendahnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah desa dan dinas/instansi/lembaga terkait, yang kemudian mengakibatkan rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan posyandu. Akibat lebih lanjut adalah banyak hal yang sesungguhnya dapat bermanfaat bagi ibu-ibu untuk memahami cara memelihara anak secara baik sejak dalam kandungan, kemudian meningkatkan keselamatan ibu saat melahirkan secara mudah dan terjangkau, menjadi tidak dapat dilaksanakan. 2.1.1 Jenis Posyandu Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi sebagai berikut : 1. Posyandu pratama Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini
dinilai gawat sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi. 2. Posyandu madya Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya yaitu pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi. 3. Posyandu purnama Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah : a) Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat menetukan sendiri pengembangan program di posyandu b) Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih. 4. Posyandu mandiri (warna biru) Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat
telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM (dalam Festy, 2008). 2.1.2 Kader Posyandu Posyandu dikelola oleh kader posyandu yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas. Kader posyandu mempunyai peran yang penting karena merupakan pelayan kesehatan yang berada di dekat kegiatan sasaran posyandu (Wahyutomo,2010:16). Pada kegiatan Posyandu anggotanya berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerjasama secara sukarela. Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela ( dalam Zulkifli, 2003:3 ). Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang,
namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung. Adapun persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader: a) Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia. b) Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan. c) Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya. d) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa. e) Sanggup membina paling sedik 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan termasuk dalam peningkatan kegiatan PHBS. Kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya, dan perilakunya menjadi panutan masyarakat dalam peningkatan kegiatan PHBS. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat dengan mengajak masyarakat dan mengaplikasikannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu. Seorang kader dapat mengajak masyarakat dalam pemenuhan gizi seimbang. Makanan sehari-hari yang
dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial. Status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin ( Sunita, 2001: 4 ) 2.1.3 Tugas Kader Kesehatan Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain: 1) Kegiatan yang dapat dilakukan kader didalam Posyandu adalah: a) Melaksanan pendaftaran. b) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita. c) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan. d) Memberikan penyuluhan tentang prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). e) Memberi dan membantu pelayanan. f) Merujuk
2) Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah: a) Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja. b) Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu. c) Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi lawan muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan. d) Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong, dan bersama-sama melaksanakan peningkatan kegiatan PHBS. e) Memberikan pelayanan yaitu, : 1) Membagi obat 2) Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan 3) Mengawasi pendatang didesanya dan melapor 4) Memberikan pertolongan pemantauan penyakit 5) Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya 6) Melakukan pencatatan. 7) Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KB-kesehatan dan upaya kesehatan lainnya. 8) Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaaan dalam peningkatan kegiatan PHBS.
3) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya dalam peningkatan PHBS: a) Pemberantasan penyakit menular. b) Penyehatan diri. c) Pembersihan sarang nyamuk. d) Pembuangan sampah. e) Penyediaan sarana air bersih. f) Menyediakan sarana jamban keluarga. g) Pembuatan sarana pembuangan air limbah (Zulkifli, 2003). 2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2008). PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatka n pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara -cara hidup sehat da lam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (dalam Wahyuni, 2007)
Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas (DIKES SULSEL, 2006). Setiap manusia pasti mendambakan tubuh yang bersih dan sehat. Karena, apabila setiap manusia mempunyai tubuh yang bersih dan sehat, setiap kegiatan dan aktivitas yang dilakukan akan berjalan dengan optimal. Namun, terkadang hal itu sulit terlaksana karena berbagai situasi yang kurang memungkinkan. Penerapan pola hidup bersih dan sehat adalah kuncinya. Pola hidup bersih dan sehat perlu diterapkan. Banyak faktor penunjang agar hidup kita dapat sehat. Salah satunya ditopang dengan lingkungan yang bersih. Dapat dikatakan keduanya bagaikan dua sisi mata uang logam yang berbeda, analoginya mau sehat harus bersih dan mau bersih maka akan sehat. Pola hidup bersih dan sehat harus mulai diterapkan dari ruang lingkup yang kecil seperti keluarga. Mulai dari membersihkan badan secara teratur dan penerapan cuci tangan yang bersih, dll. Ditanamkannya perilaku hidup yang bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat menciptakan keluarga yang sehat. Apabila pola hidup bersih dan sehat mulai diterapkan di dalam keluarga, maka hal itu dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam penerapan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keluarga merupakan unsur terkecil namun mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan mutu bangsa tersebut. Termasuk mutu dalam
kesehatan. Bangsa yang sehat adalah bangsa yang memiliki derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Derajat kesehatan masyarakat yang tinggi akan meningkatkan produktivitas bangsa tersebut. Contoh pola hidup bersih antara lain menjaga kebersihan diri sendiri, membersihkan lingkungan dengan baik, dan buang air kecil dan besar pada tempatnya. Menurut Depkes RI ( 2008 ) cara menerapkan pola hidup bersih dan sehat di dalam keluarga di antaranya adalah: 1. Selalu membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum tidur, sebelum dan sesudah melakukan aktivitas 2. Menggosok gigi secara teratur 3. Berolahraga dengan rutin dan teratur 4. Biasakan membuang sampah pada tempatnya 5. Mandi minimal 2 kali dalam sehari 6. Menjaga kebersihan saat buang air kecil dan buang air besar 7. Istirahat yang cukup 8. Makan makanan yang bergizi dan teratur 9. Meminum air yang bersih dan telah dimasak 10. Hindari merokok, minum minuman beralkohol, memakai narkoba. Penerapan tersebut hendaknya dilakukan mengingat semua itu adalah kegiatan sehari-hari yang biasa kita jalani. Banyak hal positif yang dapat kita rasakan setelah kita menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Seperti, dapat terhindar dari bahaya penyakit. Sebab, hal itu adalah salah satu dampak terpenting
apabila pola hidup bersih dan sehat tidak dijalankan. Contohnya, apabila kurang istirahat, tubuh akan kelelahan, anti body akan menurun dan menyebabkan mudahnya penyakit untuk menyerang tubuh kita.
2.3 Kerangka Berfikir Kerangka berpikir pada penelitian ini terdiri dari : 2.3.1 Kerangka Teori POSYANDU KADER KESEHATAN KIA/KB GIZI IMUNISASI PHBS MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH BERAKTIFITAS MENGGOSOK GIGI SECARA TERATUR OLAHRAGA DENGAN TERATUR MANDI MINIMAL 2X SEHARI MENJAGA KEBERSIHAN SAAT BUANG AIR ISTIRAHAT YANG CUKUP MAKAN MAKANAN YG BERGIZI DAN TERATUR MINUM AIR YG BERSIH DAN DIMASAK BIASAKAN MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA HINDARI MEROKOK, MINUMAN BERALKOHOL, DAN NARKOBA Gambar 2.1 Kerangka Teori
2.3.2 Kerangka Konsep Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kader posyandu, keluarga, dan tenaga kesehatan, namun aspek yang diteliti hanya kader posyandu sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu PHBS. KADER POSYANDU KELUARGA PHBS TENAGA KESEHATAN MENCUCI TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH BERAKTIFITAS OLAHRAGA DENGAN TERATUR Gambar 2.2 Kerangka Konsep BIASAKAN MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA MINUM AIR YG BERSIH DAN DIMASAK HINDARI MEROKOK, MINUMAN BERALKOHOL, DAN NARKOBA Keterangan : = Varibel bebas = Varibel terikat = Aspek yang diteliti = Aspek yang tidak diteliti