BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan prinsip bunga melainkan berdasarkan prinsip syariah. 7

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semenjak kemunculnya pada tahun Walaupun perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

ditetapkan dalam jumlah yang pasti. 2

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha antar bank syariah yang semakin tajam dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

Pengaruh Jumlah Deposito Mudhorobah Terhadap Penerimaan Jumlah Bagi Hasil Mudhorobah Pada PT.Bank Mega Syariah

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), 32

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ahmad Supriyadi, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Kudus, STAIN KUDUS, 2008,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia perbankan hendaknya memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB II PRODUK PENGHIMPUNAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri diikuti oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa yang lain di

Eny Srihastuti Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB I PENDAHULUAN. umat agama lain. Islam adalah rahmatan lil alamin rahmat bagi alam semesta.

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. Buku Pintar, 2012, h Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 60.

BAB I PENDAHULUAN. perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. 1 Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nizar Sapta Nuary, Strategi Pemasaran Dengan Pendekatan Analisis SWOT Pada PT.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan perbankan yang bebas bunga dan beroperasi

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB V PEMBAHASAN. Perbandingan Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah dan Pendapatan Bagi. A. Perbedaan Pendapatan Bagi Hasil Musyarakah PT Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang didasarkan pada prinsip syariah yang

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank syariah atau dapat juga disebut sebagai bank islam adalah lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa berdasarkan prinsip bunga melainkan berdasarkan prinsip syariah. 7 Transaksi yang berdasarkan syariah tidak menerapkan bunga yang bersifat memastikan keuntungan. Transaksi kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh bank syariah adalah sesuai dengan teori keuangan, return goes a long with risk (keuntungan selalu beriringan dengan risiko). Jadi, kegiatan operasional dalam perbankan syariah berdasarkan prinsip bagi hasil yang selalu memperhatikan aspek keadilan dan perlindungan yang seimbang terhadap kepentingan berbagai pihak yang bersangkutan dengan bersama-sama membeagi keuntungan dan kerugian ( profit and lost sharing). 2007, Hlm. 1 7 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, cet ke-3, 10

11 2.1.2 Pengertian Bagi Hasil Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing pihak, misalnya 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul mal) dan 80% bagi pengelola dana (mudharib). Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. 8 Nisbah bagi hasil merupakan nisbah di mana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan kepada tabungan mereka karena tabungan masing-masing dipergunakan oleh bank dengan menguntungkan. Jadi pengertian bagi hasil adalah suatu sistem yang digunakan dalam perbankan syariah dalam menentukan porsi yang didapat masing-masing pihak. Mekanisme pada lembaga keuangan syariah atau bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian, atau bentuk bisnis korporosi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis tersebut harus melakukan transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang 8 Adiwarman A. Karim, op.cit., hlm. 191.

12 berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan kepentingan pribadi yang menjalankan proyek. Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shohibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shohibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan di muka. Kerjasama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan tranparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan yang terpercanya. Pada tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling mengingatkan.

13 2.1.3 Pengertian Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh dana (100%), sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola usaha(mudharib). Keuntungan usaha yang didapatkan dari akad mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk nisbah (persentase). Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib. Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal ini bank menggunaknnya untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi. 9 2.1.4 Pengertian Tabungan Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam al-qur an terdapat ayat yang secara tidak langsung telah memerintahkan kaum muslimin 9 Adiwarman A. Karim, op.cit., hlm. 97.

14 untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik. 10 Dalam Al-qur an surat al-hasyr ayat 18 diterangkan sebagia berikut: ا " ا! ا اا االله و و ا االله ا ن الله + * ( ) & ' & % ن Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnyaallah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-hasyr: 18). 11 Dalam alokasi anggaran konsumsi seseorang akan mempengaruhi keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang akan menabung sebagian dari pendapatannya dengan beragam motif, diantaranya: untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian yang akan datang, untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di masa akan datang, untuk mengakumulasikan kekayaanya. Demikian pula, seseoarang akan mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkannya pada sektor produktif. Dengan investasi, seseorang mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapatkan hasil yang akan datang. 12 10 Muhammad Syafi I Antonio, Bank syariah dari tori ke praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 61. 11 Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah, 1971

15 2.1.5 Pengertian Loyalitas Dalam Dekade 2000-an, orientasi perusahaan tingkat dunia telah mengalami perubahan atau pergeseran dalam pola piker di dunia pemasaran dari pendekatan konvensional kearah pendekatan kontemporer Bhote (dikutip oleh Tjiptono 2006). Pendekatan konvensional lebih menekankan pada kepuasan pelanggan, reduksi biaya, pangsa pasar, dan riset pasar, sedangkan untuk pendekatan kontemporer lebih berfokus pada loyalitas pelanggan, retensi pelanggan, zero defection dan lifelong consumer.(tjiptono,2006) Pembelian berulang sering kali dihubungkan dengan loyalitas merek (brand loyalty). Akan tetapi ada perbedaan di antara keduanya. 13 Menurut Kapferer&Laurent (dikutip oleh Kusmayadi 2007), perilaku pembelian berulang (repeat purchasing behavior) bias dijabarkan menjadi dua kemungkinan yakni loyalitas dan inersia. Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek yang didefinisikan sebagai sejauh mana nama merek memainkan peran kunci dalam proses pemilihan alternatif dalam kategori produk tertentu. Menurut Kotler, Bowen dan Makens (dikutip oleh Wijaya dan Thio 2007), loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai besarnya kemungkinan pelanggan membeli kembali dan kesediaan mereka untuk menjadi partner bagi perusahaan. Menjadi partner berarti 13 Astri Dhiah Maharani, op.cit.

16 bersedia membeli produk atau jasa dalam jumlah yang lebih banyak, memberikan rekomendasi positif serta bersedia menginformasikan kepada pihak perusahaan apabila terjadi kesalahan dalam operasional pelayanan. Zeithaml et al (dikutip oleh Kusmayadi 2007) mengemukakan bahwa, terdapat empat indikator untuk variabel loyalitas pelanggan, yaitu: Transaksi berulang, Merekomendasikan kepada orang lain, Menggunakan jasa lain yang ditawarkan, dan Tidak terpengaruh tawaran dari pesaing. 2.2 Penelitian Terdahulu Eliza Fitriah dan Nur S. Buchori dengan judul Pengaruh Nisbah bagi hasil terhadap penghimpunan dana bank syariah (studi kasus pada produk tabungan di BPR Syariah Kota Bekasi). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa nisbah bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana bank syariah di BPR Syariah Kota Bekasi. 14 Penelitian lain dilakukan oleh Lili Liliana dan Munrhokim Misanam mengenai nisbah bagi hasil yang berjudul Bagi Hasil, Bunga Bank dan Relijiusitas: Suatu Investigasi Loyalitas Nasabah Terhadap Perbankan Syariah Dalam penelitian ini membahas pengaruh tingkat kereligiusan masyarakat, presepsi terhadap bunga bank, presepsi terhadap tingkat bagi hasil, dan presepsi terhadap atribut-atribut bank syariah terhadap loyalitas 14 Jurnal Ekonomi Syariah Muamalah, Vol. 1, No. 1. 7 23

17 nasabah terhadap bank syariah. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat relijiusitas masyarakat tidak signifikan mempengaruhi keputusan nasabah untuk bergabung dengan bank syariah. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang ambigu dalam artian bahwa pengaruh yang ditimbulkannya bisa bersifat positif ataupun negatif terhadap perkembangan bank syariah itu sendiri. Dikatakan berpengaruh positif karena tingkat kereligiusan masyarakat yang tidak signifikan berarti nasabah yang melakukan transaksi di bank syariah tidak selalu nasabah yang memiliki tingkat relijiusitas yang tinggi, sehingga masyarakat awam, bahkan yang non muslim sekalipun dapat menjadi nasabah bank syariah. Sehingga pangsa pasar bank syariah dapat lebih meluas lagi. Adapun penafsiran yang negatif, yaitu dengan tidak signifikannya variabel tingkat relijiusitas masyarakat maka dapat dijelaskan bahwa dalam konteks penelitian ini, faktor penentu yang muncul dalam keputusan untuk bergabung dengan bank syari ah atau tidak adalah faktor bunga bank konvensional. Selain itu, penentu yang lain adalah tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syari ah. Semakin tinggi tingkat bagi hasil yang ditawarkan maka semakin besar kecenderungan masyarakat dalam memutuskan bergabung dengan bank syari ah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan transaksi di bank syariah, nasabah hanya mempertimbangkan faktor bagi hasil. Ketika tingkat bagi hasil bank syari ah lebih tinggi dari tingkat bunga bank konvensional, maka nasabah akan

18 bergabung dengan bank syari ah. Selebihnya, jika situasinya terbalik maka dikhawatirkan nasabah akan memilih untuk bergabung dengan bank konvensional. 15 Beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas berfungsi sebagai literatur atau referensi terhadap penelitian penulis. Sedangkan penelitian yang akan diteliti di sisni adalah mengkombinasikan dan mengembangkan penelitian yang sudah ada dengan merujuk kepada penelitian Lili Liliana et. al. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat pada variabel yang diteliti. Jika penelitian sebelumnya menggunakan variabel Y perbankan syariah sedangkan dalam penelitiian ini menggunakan variabel Y loyalitas nasabah. 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, metode penelitain, maka dirumuskan kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Sistem Nisbah Bagi Hasil Akad Mudharabah dalam Tabungan ib Hasanah Terhadap Loyalitas Nasabah Sistem Nisbah Bagi Hasil Variabel (X) Konsistensi Proporsional Transparansi 15 Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011 Transaksi berulang Merekomendasikan kepada orang lain Menggunakan fasilitas jasa lain yang ditawarkan Loyalitas Nasabah Variabel (Y)

19 Dari gambar kerangka pemikiran teoritis di atas dapat dijelaskan bahwa sistem nisbah bagi hasil (variabel X) dengan indikator konsistensi, proporsional, dan transparansi. Dalam pemberian bagi hasil harus ada ketetapan sehingga nasabah dapat memantaunya jika suatu saat ada perubahan nisbah bagi hasil yang akan didapatkan setiap akhir bulan. Proporsional adalah di mana bank dalam memberikan nisbah bagi hasil harus sesuai dengan porsinya antara nasabah dan bank syariah. Transparansi merupakan salah satu cara agar nasabah mendapat kejelasan atas bagi hasil yang akan diperoleh diakhir bulan. Apabila bank mampu memberikan bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan yang ada di atas, maka akan banyak menarik minat nasabah untuk loyal terhadap suatu produk bank tersebut. Namun sebaliknya, bank ternyata tidak mampu memberikan nisbah bagi hasil yang tidak kompetitif, maka dapat dipastikan bank tersebut akan memperoleh kegagalan sehingga mengakibatkan nasabah dapat berpindah ke bank lain. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi mengapa bank syariah perlu memberikan nisbah bagi hasil yang kompetitif dalam produk tabungan yang menggunakan akad mudharabah guna memberikan kepuasan semaksimal mungkin kepada nasabah serta mempertahankan loyalitas para nasabah. 2.4 Hipotesis Penelitian Dengan demikian hipotesis merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui analisis data.

20 Hipotesis menjadikan penelitian menjadi jelas sehingga membimbing peneliti dalam melakukan penelitian dengan baik sebagai objek pengumpulan data maupun pengujian data. 16 Hipotesis nol (Ho) disebut juga hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y yang akan diteliti. 17 Pada penjelasan di atas, apabila hipotesis nol ditolak maka secara otomatis hipotesis alternatif (Ha) diterima begi pula sebaliknya. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho = tidak ada pengaruh yang signifikan antara nisbah bagi hasil tabungan ib Hasanah dengan loyalitas nasabah tabungan ib Hasanah BNI Syariah Cabang Semarang. Ha = ada pengaruh yang signifikan antara nisbah bagi hasil tabungan ib Hasanah dengan loyalitas nasabah tabungan ib Hasanah BNI Syariah Cabang Semarang. 16 Prof. Dr. H. M. Burhan Bugin, S.Sos., M.Si, Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta : Kencana, 2006, h. 75 17 Ibid., hal. 79