[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN JENIS KALIMAT ANAK USIA 3-4 TAHUN DI PAUD NURUL HUDA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. Steiberg dan Sciarini (2013:3) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM:

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

Oktorita Kissanti Rahayu

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

HIPOTESIS PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMEROLEHAN SINTAKSIS. Oleh: Hayatun Nufus (Dosen Universitas PGRI Palembang)

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR

HAKIKAT PERKEMBANGAN BAHASA. Errifa Susilo, S.Pd,M.Pd

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

RAGAM BAHASA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PURABAYA SURABAYA: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. Ratna Dewi Kartikasari Universitas Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. pendiri bangsa Indonesia menyadari betul akan ancaman perpecahan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa adalah pemerolehan bahasa, seperti fonologi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Kemampuan Berbicara Siswa Sekolah Dasar (Usia 7 9) Berbasiskan pada Teori tentang Theme dan Rheme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

Tahap Pemrolehan Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. haruslah digunakan ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. atau simbol sebagai media ( Uchjana Effendy, 2001 :11). Lambang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGGUNAAN FUNCTORS PADA TUTURAN ANAK (STUDI KASUS VARIASI PENGGUNAAN FUNCTORS PADA TUTURAN SISWA KELAS I DAN V SD PASIR TANJUNG CIKARANG PUSAT) FERINA MELIASANTI ferinams@gmail.com PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNSIKA ABSTRAK Pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh lingkungannya, termasuk lingkungan sekolah. Penelitian ini tentang penggunaan functors pada tuturan anak dapat dijadikan dasar pembelajaran bahasa anak sesuai dengan pemerolehan bahasanya dan meningkatkan kualitas kemampuan berbicara pada anak di lingkungan sekolah dan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis functors yang digunakan anak saat melakukan tuturan, mengetahui bagaimana penggunaan functors pada tuturan anak, dan mengetahui jumlah functors yang digunakan berdasarkan klasifikasi jenis functors yang digunakan pada tuturan anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif lapangan dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil analisis data penelitian diketahui penggunaan functors pada tuturan anak adalah sebagai berikut: 1) kata ganti orang (pronoun) sebesar 18,3%; 2) kata sambung (conjunction) sebesar 5,4%; 3) kata depan (preposition) sebesar 2,3%, 4) kata kerja bantu (auxiliary) sebesar 1,5%; 5) kata bantu (kopula) sebesar 1,2%; dan 6) kata sandang (articles) sebesar 0,1%. Kata kunci: psikolinguistik perkembangan, functors, tuturan anak, pemerolehan bahasa. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi dengan baik antar sesama manusia dalam lingkungan sosial kemasyarakatannya. Kegiatan berkomunikasi tersebut merupakan aktivitas yang sangat krusial dalam menunjang berbagai aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, bahasa adalah tingkah laku manusia melalui ucapan dan telah lama menjadi objek studi dan penyelidikan para ahli psikologi. Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa oleh manusia (Levelt dalam Mar at, 2011: 1). Langacker (1973) menjelaskan bahwa Psikolinguistik adalah telaah pemerolehan bahasa dan perilaku linguistik, terutama mekanisme psikologis yang bertanggung jawab atas kedua aspek itu. Dari dua pengertian di atas terdapat dua hal yang patut dicermati, yaitu pertama perolehan yang menyangkut bagaimana seseorang, terutama anakanak belajar bahasa, dan kedua penggunaan yang artinya penggunaan bahasa oleh orang dewasa normal (Mar at, 2011). Perkembangan bahasa seseorang dipengaruhi oleh lingkungannya. Pada dasarnya, berbahasa merupakan hasil belajar dari lingkungan, seperti halnya yang Volume 3 Nomor 2, November 2015 237

terjadi pada anak-anak. Anak belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lainnya. Cara belajar bahasa awal didapatkan dengan hasil meniru dan mengulang. Belajar bahasa yang sebenarnya dilakukan oleh anak ketika usia 6-7 tahun saat anak mulai bersekolah. Melalui pengaruh lingkungan sekolah itu, anak mengalami perkembangan dalam berbahasa. Anak mengalami peningkatan kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda atau isyarat. Anak mampu menguasai alat komunikasi sebagai salah satu upaya untuk memahami orang lain dan dipahami orang lain. Proses pemerolehan bahasa pada anak akan memengaruhi tuturannya dalam berbahasa, yang termasuk dalam klasifikasi tuturan anak (child speech) pada tahap psikolinguistik perkembangan. Salah satu yang menjadi ruang lingkup tuturan anak (child speech) yang melibatkan tahap penggunaan dan penguasan bahasa oleh anak adalah penggunaan functors. Penelitian tentang penggunaan functors pada anak dapat dijadikan dasar pembelajaran bahasa anak sesuai dengan perkembangannya, mengetahui khazanah kosakata yang dimiliki oleh anak dalam perkembangan berbahasanya karena pengaruh lingkungan sekitar, serta meningkatkan kualitas kemampuan berbicara pada anak di lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, terdapat tiga rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu 1) apa sajakah functors yang digunakan anak saat melakukan tuturan? 2) bagaimanakah penggunaan functors pada tuturan anak? dan 3) berapakah jumlah functors yang digunakan anak saat melakukan tuturan?. Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui jenis-jenis functors yang digunakan anak saat melakukan tuturan. Kedua, untuk mengetahui bagaimana penggunaan functors pada tuturan anak, dan ketiga untuk mengetahui jumlah functors yang digunakan berdasarkan pengklasifikasian jenis functors. Anak mulai berbicara pada usia kurang lebih 18 bulan dan usia tiga setengah tahun. Saat itu anak boleh dikatakan telah menguasai tata bahasa bahasa ibu, sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan orang dewasa secara sempurna (Sumarsono, 2002: 136). Pada masa awal perkembangan, bahasa anakanak itu mempunyai ciri antara lain adanya penyusutan makna (redukasi). Dalam penelitian Roger Brown dan Ursula Bellugi (Sumarsono, 2002: 136) menyebutkan, bahwa kata-kata yang disusutkan atau dihilangkan adalah kata-kata yang termasuk golongan fungtor atau kata tugas, seperti kata depan, kata sambung, partikel, dan sebagainya. Fungtor adalah kata-kata (atau butir gramatikal seperti penanda jamak es dan s dalam bahasa Inggris) yang tidak mempunyai fungsi gramatikal dalam sintaksis. Kata-kata yang tetap bertahan dalam tuturan anak adalah kata-kata yang tergolong kontetif atau kata penuh, yaitu kata yang mempunyai makna sendiri jika berdiri sendiri. Jadi, hilangnya kata yang termasuk fungtor sama sekali tidak akan mengurangi isi makna kalimat. Kalimat anak-anak pun masih bisa dimengerti oleh orang dewasa. Penghilangan fungtor dan dipertahankannya kontetif membuktikan, bahwa tuturan anak-anak itu teratur dan sistematis. Hal tersebut bukan merupakan ketidakmampuan atau kebingungan anak, melainkan harus dianggap sebagai strategi untuk berkomunikasi dan menguasai kaidah tata bahasa berikutnya (Sumarsono, 2002: 137). Volume 3 Nomor 2, November 2015 238

Mar at (2011: 68-71) mengemukakan tuturan anak dibagi menjadi dua stage. Stage I terdiri dari kalimat telegram dan pivot open grammar dan stage II meliputi penguasaan penggunaan morfem imbuhan. Brown dan Faser (1963) dalam Mar at (2011: 69) mengungkapkan, bahwa tuturan anak pada stage I, awalnya mirip dengan kalimat telegram. Artinya, anak memformulasikan pesan (message) dengan cara yang sependek mungkin seperti halnya orang dewasa mengirim telegram. Contohnya: Beregistrasi, batas waktu, kirim segera uang, ke Bandung. Kalimat telegram tersebut merupakan kependekan dari kalimat lengkap: Saya belum beregristrasi dan batas waktu sudah dekat, karena itu mohon segera kirim uang ke Bandung. Mar at (2011: 69) mengemukakan kata-kata yang dihilangkan pada bahasa telegram adalah kata ganti orang (pronoun), kata kerja bantu (auxiliary), kata sambung (conjunction), kata depan (preposition), kata sandang (articles), kata bantu (kopula), dan morfem sintaksis (syntactic morphemes). Semua kata-kata yang ditinggalkan tersebut disebut functors (kata fungsi-function words) karena mempunyai fungsi sintatik dalam satu kalimat tetapi tidak mengubah arti kalimat. Dalam perbendaharaan kata, kita mengenal apa yang disebut function words (=functors) dan content word (=contentives). Functors dapat dikombinasikan dengan contentives (kata kerja, kata benda atau kata sifat) tetapi dalam penelitian Brown yang baru (1973) dalam Mar at (2011: 69) dikatakan bahwa ada beberapa functors yang tidak selalu atau hanya kadang-kadang dihilangkan, misalnya: l, me, this, that, more dan mother. Pada umumnya, functors yang tidak ditinggalkan mengekspresikan makna dasar (basic meaning). Pivot Open Grammar dijelaskan oleh Mar at (2011: 34-35) sebagai proses berbahasa. Proses mental yang terjadi pada waktu kita berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar pada waktu kita mendengar, mengerti dan mengingat dapat diterangkan dengan suatu sistem kognitif yang ada pada manusia. Manusia mempunyai suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi bahasa mempelajari cara kerja dari sistem ini. Sistem ini dapat menerangkan misalnya bagaimana manusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata-kata (produksi bahasa) dan bagaimana manusia dapat mengerti isi pikiran atau makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi bahasa). Kempen (Mar at, 2011: 35) telah mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan perihal persepsi dan produksi bahasa tersebut. Melalui model itu, Kempen menjelaskan, bahwa sistem penggunaan bahasa terdiri dari sistem bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain secara erat dan masing-masing bagian memiliki tugas yang berbeda. Model yang dikembangkan oleh Kempen itu memperlihatkan bagaimana kedudukan dari pemakaian bahasa (language user) dengan sistem penggunaan bahasanya dalam kognitif manusia, yang digambarkan sebagai berikut. Volume 3 Nomor 2, November 2015 239

Gambar 1 Sistem Penggunaan Bahasa dalam Kognitif Manusia Gambar 1 di atas menjelaskan kedudukan pemakai bahasa dalam system kognitif manusia yang memungkinkan manusia dapat mempergunakan bahasa. Fungsi tiap-tiap sistem dalam sistem pemakaian bahasa tersebut adalah untuk mengenal bunyi-bunyi, analisis kalimat, sistem konseptual, artikulator, dan leksikol (Mar at, 2011: 35-36). Stage II Mar at (2011: 70) menjelaskan tuturan anak pada stage II meliputi penguasaan penggunaan morfem imbuhan. Ia mengemukakan bahwa pernah ada studi yang insentif terhadap tiga orang anak di Amerika, yaitu Adam, Eve dan Sarah telah memberikan beberapa gambaran bagaimana seorang anak mempelajari segala modulasi seperti yang dinyatakan anak dalam morfem. Pertanyaan yang timbul adalah sebagai berikut. a. Morfem-morfem mana yang ditinggalkan? b. Morfem-morfem mana yang sukar dan mana yang mudah? c. Morfem-morfem mana yang muncul lebih dulu dan mana yang kemudian? Dari studi ini ditemukan urutan penggunaan morfem-morfem sebagaimana dikutip dari Laporan Penataran Psikologi, jilid 2: Psycholinguistics, Panitia Penetaran Psikologi 75, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1980, hlm. 97) sebagai berikut. a. Present progressive (verb + ing) b. in, on c. Plural (-s, -es) d. Past tense, reguler (-ed) Volume 3 Nomor 2, November 2015 240

e. The possessive (-s) f. The copula, uncontractible (l am, He is) g. Articels h. Past tense, irregular i. 3-rd person, regular (-s) j. 3-rd person, irregular k. Auxiliary, uncontractible l. Copula, contractible (it s, l m) m. Auxiliary, contractible. Urutan demikian terjadi diduga disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya hal-hal yang menyolok atau menonjol pada morfem yang diucapkan orang dewasa sehingga semakin cepat dipelajari oleh anak dibandingkan dengan morfem yang diucapkan. Selain itu, kata-kata yang labih kompleks secara konseptual akan lebih sukar dipelajari oleh anak. Contoh: auxiliary lebih sukar daripada past tense karena penggunaan auxiliary menyangkut konsep aksi, konsep waktu, dan konsep jumlah (numbers). Jadi, untuk dapat menggunakan auxiliary anak harus mengerti lebih dulu konsep-konsep tersebut. Faktor lainnya yaitu semakin kompleksnya struktur sintaksis suatu kalimat sehingga semakin lama semakin dikuasi daripada yang strukturnya lebih mudah (Mar at, 2011: 70-71). Berdasarkan uraian di atas, kemampuan alamiah seorang anak dalam bertutur (kemampuan berbicara) saat menginjak umur dua tahun ke atas yang telah mampu menguasai bahasa, maka anak itu akan mampu menguasai hubungan abstrak dalam kalimat. Walaupun terkadang banyak kata yang hilang atau ditambahkan, semuanya sama sekali tidak mengubah maksud yang ingin disampaikan. Selain ciri di atas, ciri tuturan anak ditinjau dari segi fonologi. Bunyi-bunyi yang dihasilkan pada awal perkembangan kemampuan bahasa anak adalah bunyi bilabial (Sumarsono, 2002: 137). Hal ini terjadi karena bunyi bilabial adalah bunyi yang dihasilkan oleh gerakan dua bibir yaitu bibir atas dan bibir bawah. Gerakan inilah yang paling mudah dihasilkan oleh anak-anak. Selain itu, tuturan anak memiliki kekhasan pada apa saja yang diucapkannya. Biasanya yang dituturkan oleh anak-anak akan berkisar pada yang ada di sekitarnya dan yang ada sekarang. Hal ini alamiah terjadi karena perkembangan bahasa anak akan didukung oleh kegiatan dalam kesehariannya. Ketika anak berusia 3-5 tahun mereka akan berkutat dengan kegiatan bermain, makan, minum, tidur, dan kegiatan lainnya. Oleh karena itu, perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak berkisar pada kegiatan anak setiap harinya. Berbeda dengan anak usia prasekolah dasar atau bahkan yang sudah bersekolah, kosakata yang dimiliki pun akan jauh lebih beragam. Dalam penyusunan kemampuan berbahasanya, seorang anak memiliki informasi terbatas pada apa yang disajikan kehadapannya. Artinya, peranan orang tua atau pun pengasuhnya sangat penting. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode deskriptif lapangan dengan pendekatan kualitatif. Prosuder penelitian diawali dengan kegiatan penyusunan dan pengembangan desain penelitian melalui studi pendahuluan. Berdasarkan Volume 3 Nomor 2, November 2015 241

Borg dan Gall (1979: 626) dalam bukunya Applying Educational Research: A Practical Guide for Teachers menjelaskan, bahwa studi pendahuluan dilakukan melalui studi pustaka dan pengamatan lapangan. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan secara terencana. Artinya, sebagian persepsi, ide, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyusunan dan pengembangan desain penelitian tergambarkan dalam pikiran peneliti. Hal tersebut diawali dengan mempelajari pustaka atau bacaan yang mendukung topik permasalahan yang telah ditentukan. Kemudian menetapkan ide yang dapat mendukung pengembangan topik. Sambil melengkapi bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pengembangan. Tujuan diadakannnya studi pendahuluan adalah untuk mendapatkan deskripsi konkret tentang aktivitas berbicara di lapangan. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jenis functors, penggunaan functors, dan presentase jumlah functors pada tuturan anak. Hasil tahap tersebut kemudian akan digunakan sebagai dasar penyusunan instrumen penelitian. Sumber data dalam penelitian ini mengambil objek penelitian, yaitu siswa Sekolah Dasar kelas I dan kelas V di SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan hasil penelitian ini diuraikan tentang functors apa saja yang digunakan pada saat anak melakukan tuturan, penggunaan functors pada tuturan anak, dan jumlah functors berdasarkan pengklasifikasian jenis functorsnya. Namun, analisis functors tidak secara menyeluruh, hanya diwakili beberapa percakapan yang dipilih berdasarkan jumlahnya dan keberagaman functors yang digunakan. Jumlah dan keberagaman functors telah mewakili functors yang sejenis dan memiliki fungsi yang sama. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dibuat pengkodean berdasarkan kebutuhannya. Dari hasil penelitian, didapatkan enam jenis functors yang banyak digunakan oleh anak dalam bertutur, antara lain: 1) kata ganti orang (pronoun), 2) kata kerja bantu (auxiliary), 3) kata sambung (conjunction), 4) kata depan (preposition), 5) kata Sandang (articles), dan 6) kata bantu (kopula). Keenam jenis functors dan pengkodeannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Format Daftar Kode Functors pada Tuturan Anak Kelas I dan V SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat No Singkatan/ Kode Keterangan 1. Kt. O Kata ganti orang (pronoun) 2. Kt. Kbnt Kata kerja bantu (auxiliary) 3. Kt. Sam Kata sambung (conjunction) 4. Kt. Dpn Kata depan (preposition) 5. Kt. San Kata Sandang (articles) 6. Kt bnt Kata bantu (kopula) Keenam jenis functors itu memiliki fungsinya masing-masing berdasarkan pada tuturan anak SD kelas I dan V, yaitu 1) kata ganti orang (pronoun) memiliki Volume 3 Nomor 2, November 2015 242

fungsi menunjukan, menyatakan, atau menanyakan sebuah subtansi dan mengganti, serta namanya, 2) kata kerja bantu (auxiliary) memiliki fungsi sebagai kata kerja yang digunakan bersama-sama dengan kata kerja lain untuk menyatakan tindakan atau keadaan, atau berfungsi untuk melengkapi fungsi gramatikal, 3) kata sambung (conjunction) memiliki fungsi menghubungkan katakata, bagian-bagian kalimat, dan kalimat-kalimat, 4) kata depan (preposition) memiliki fungsi menjelaskan hubungan (pertalian) kata, 5) kata Sandang (articles) memiliki fungsi menentukan kata benda dan menstubstansikan suatu kata: yang besar, yang jangkung, dan sebagainya. Kata bantu (kopula) memiliki fungsi menerangkan masa sesuatu perbuatan atau ragam yang berkaitan dengan perbuatan. Keenam fungsi functors berdasarkan klasifikasi jenis functors dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Format Jenis dan Fungsi functors pada Tuturan Anak Kelas I dan V SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat No Jenis Fungsi 1. Kata ganti orang (pronoun) Menunjukan, menyatakan, atau menanyakan sebuah subtansi dan mengganti, namanya. 2. Kata kerja bantu (auxiliary) kata kerja yang digunakan bersama-sama dengan kata kerja lain untuk menyatakan tindakan atau keadaan, atau berfungsi untuk melengkapi fungsi gramatikal. 3. Kata sambung Menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, (conjunction) dan kalimat-kalimat. 4. Kata depan Menjelaskan hubungan (pertalian) kata. (preposition) 5. Kata Sandang (articles) 6. Kata bantu (kopula) 1. Menentukan kata benda. 2. Menstubstansikan suatu kata: yang besar, yang jangkung, dan sebagainya. Kata bantu ialah kata yang digunakan untuk menerangkan masa sesuatu perbuatan atau ragam yang berkaitan dengan perbuatan. Penggunaan functors pada tuturan anak pada siswa SD kelas I dapat dijelaskan melalui tabel 3 dan penggunaan functors pada tuturan anak pada siswa SD kelas V dapat dijelaskan pada tabel 4 berikut ini. Tabel 3 Format Penggunaan functors pada Tuturan Anak Kelas I SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat No Functors Fungsi Jumlah Contoh Kalimat 1. Kata ganti Menunjukan, 101 1. Perkenalkan nama orang menyatakan, atau Aminah. Saya mau Volume 3 Nomor 2, November 2015 243

(pronoun) 2. Kata kerja bantu (auxiliary) 3. Kata sambung (conjunction) 4. Kata depan (preposition) 5. Kata Sandang (articles) 6. Kata bantu (kopula) menanyakan sebuah subtansi dan mengganti, namanya. kata kerja yang digunakan bersama-sama dengan kata kerja lain untuk menyatakan tindakan atau keadaan, atau berfungsi untuk melengkapi fungsi gramatikal. Menghubungkan kata-kata, bagianbagian kalimat, dan kalimatkalimat. Menjelaskan hubungan (pertalian) kata. 1. Menentukan kata benda. 2. Menstubstansik an suatu kata: yang besar, yang jangkung, dan sebagainya. Kata bantu ialah kata yang digunakan untuk menerangkan masa sesuatu perbuatan atau ragam yang cerita tentang sekolah saya di sini. 2. Terus aku mencarinya. 3. Nanti sudah nangis dia akan membeli permen. 12 1. Terus adik saya mau beli ikan. 2. Aku pingin beli sepatu lagi. 25 Minggu hari saya berjalan-jalan dengan mama dan ayah. 12 1. Saya habis itu ke depan, ke depan duduk lagi. 2. Terus saya masuk ke lapang bermain bola bersama teman. 3. Di sana aku main bebek-bebekan. - - 7 1. Nanti terus beli lagi ikannya. 2. Saya sudah masuk ke stadion. Volume 3 Nomor 2, November 2015 244

berkaitan dengan perbuatan. Tabel 4 Format Penggunaan functors pada Tuturan Anak Kelas V SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat No Functors Fungsi Jumlah Contoh Kalimat 1. Kata ganti orang (pronoun) 2. Kata kerja bantu (auxiliary) 3. Kata sambung (conjunction) 4. Kata depan (preposition) Menunjukkan, menyatakan, atau menanyakan sebuah subtansi dan mengganti, namanya. kata kerja yang digunakan bersamasama dengan kata kerja lain untuk menyatakan tindakan atau keadaan, atau berfungsi untuk melengkapi fungsi gramatikal. Menghubungkan kata-kata, bagianbagian kalimat, dan kalimat-kalimat. Menjelaskan hubungan (pertalian) kata. 82 1. Saya habis main langsung mandi. 2. Suka dia kuat dan berani. 3. Udah tua bu masak ganteng. Gantengan aku. 4. Pemerannya adalah Blink. 3 Saya menjadi sayap kanan dan Farid pun bersama untuk menjaga bola agar tidak melewatinya. 29 1. Saya menjadi sayap kanan dan Farid pun bersama untuk menjaga bola agar tidak melewatinya. 2. Pernah main bola dengan pak Odim. 3. Dan waktu itu saya dan Fauzi tergeletak, tertendang oleh tim Tamara dan saya pun di tarik keluar digantikan oleh farid. 11 1. Setiap hari mengejek orangorang yang ada di sekolah. 2. Hobi saya main Volume 3 Nomor 2, November 2015 245

5. Kata Sandang (articles) 6. Kata bantu (kopula) 1. Menentukan kata benda. 2. Menstubstansikan suatu kata: yang besar, yang jangkung, dan sebagainya. Kata bantu ialah kata yang digunakan untuk menerangkan masa sesuatu perbuatan atau ragam yang berkaitan dengan perbuatan. bola. Saya ke lapangan bawa sepeda. 3. Saya dari SSB Putra Bambu. 1 Saya kalau main bola sama Si Indra, Nendy, Aziz, Riki, sama ini. 5 1. Kalau di lapangan suka malem suka sore. 2. Lalu timun mas sudah besar, lalu bertemu dengan raksasa. Dari hasil analisis data penelitian di atas maka diketahui penggunaan functors pada tuturan anak, yaitu pada siswa kelas I dan V Sekolah Dasar Pasir Tanjung Cikarang Pusat adalah sebagai berikut: a) kata ganti orang (pronoun) sebesar 18,3%, b) kata sambung (conjunction) sebesar 5,4%, c) kata depan (preposition) sebesar 2,3%, d) kata kerja bantu (auxiliary) sebesar 1,5%, e) kata bantu (kopula) sebesar 1,2%, dan f) kata sandang (articles) sebesar 0,1%. Tabel 5 Format Perolehan Penggunaan functors pada Tuturan Anak Kelas I dan V SD Pasir Tanjung Pasir Cikarang Pusat No Jenis Functors Jumlah Functors Persentase 1. Kata ganti orang 183 18,3% (pronoun) 2. Kata kerja bantu (auxiliary) 15 1,5 % 3. m. Kata sambung (conjunction) 54 5,4% 4. Kata depan 23 2,3% (preposition) 5. Kata Sandang 1 0,1% (articles) 6. Kata bantu (kopula) 12 1,2 Presentase di atas menunjukkan, bahwa penggunaan functors pada tuturan anak, yaitu pada siswa kelas I dan V Sekolah Dasar Pasir Tanjung Cikarang Pusat Volume 3 Nomor 2, November 2015 246

dalam berbicara (bercerita, berdialog) muncul sesuai dengan perkembangan bicara anak. Pada siswa kelas I, kata ganti orang (pronoun) lebih dominan dibandingkan kata tugas (functors) lainnya. Hal tersebut disebabkan perbendaharaan kosakata anak masih mengalami perkembangan, sedangkan pada siswa kelas V penggunaan functors berupa kata ganti orang (pronoun), kata sambung (conjunction), kata depan (preposition), kata kerja bantu (auxiliary), dan kata bantu (kopula) telah digunakan dengan baik, meskipun masih terdapat susunan dan penempatan yang kurang sesuai. SIMPULAN Penelitian tentang penggunaan functors pada anak dapat dijadikan dasar pembelajaran bahasa anak sesuai dengan perkembangannya dan meningkatkan kualitas kemampuan berbicara pada anak di lingkungan sekolah dan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat disimpulkan penggunaan functors pada tuturan anak adalah sebagai berikut: a) kata ganti orang (pronoun) sebesar 18,3%, b) kata sambung (conjunction) sebesar 5,4%, c) kata depan (preposition) sebesar 2,3%, d) kata kerja bantu (auxiliary) sebesar 1,5%, e) kata bantu (kopula) sebesar 1,2%, dan f) kata sandang (articles) sebesar 0,1%. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi penggunaan functors pada tuturan anak, yaitu adanya hal-hal yang menonjol pada morfem yang diucapkan oleh orang dewasa sehingga anak semakin cepat mempelajarinya dibandingkan dengan morfem yang diucapkan oleh anak tersebut. Kata-kata yang lebih kompleks secara konseptual lebih sukar dipelajari oleh anak. Hal tersebut tidak terlepas dengan latar belakang perkembangan bahasa anak pada usia sebelumnya. Selain itu, lingkungan dan cara bergaul anak akan memengaruhi perkembangan bahasa anak. Variasi penggunaan functors pada tuturan anak telah mampu dikuasai oleh siswa kelas I dan V SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat. Bahkan, siswa kelas I dan V SD Pasir Tanjung Cikarang Pusat telah mampu menguasai hubungan abstrak dalam kalimat. Meskipun sesekali banyak kata yang hilang atau ditambahkan, namun semua kata tersebut sama sekali tidak mengubah maksud yang ingin disampaikan. Dengan demikian, dalam penyusunan kemampuan berbahasanya, seorang anak memiliki informasi terbatas pada apa yang disajikan ke hadapannya. Dalam hal ini, peranan orang tua atau pun pengasuhnya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan tuturan anak. DAFTAR RUJUKAN A. R., Syamsudin. (2007). Modul Struktur Bahasa Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI. Borg, WR., and Gall, M. D. (1979). Education Research and Introduction. New York: Longman Inc. Chaer, A. (2003). Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. Mar at, S. (2011). Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama. Muslich, M. (2008). Tata Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: PT Bumi Aksara. Volume 3 Nomor 2, November 2015 247

Putrayasa, I. B. (2008). Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: PT Refika Aditama. Sumarsono. (2002). Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA. Tarigan, H. G. (1984). Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.. (2009). Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.. (2011a). Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.. (2011b). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa. Volume 3 Nomor 2, November 2015 248