BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. 1. Identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku regresi

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB II KAJIAN TEORI. masalah dunia yang mungkin dulu belum mereka hadapi sebelumnya di masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil

BAB V PENUTUP. Adalah kondisi dimana siswa X mengalami suatu mood atau perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB I PENDAHULUAN. langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. sering kali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal,

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan proses pendidikan. Bimbingan diartikan sebagai suatu proses. mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam menjalin hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena kesulitan belajar yang dialami peserta didik di sekolah akan

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki sekolah bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan bagi

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran. 1. merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu kehidupan di

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

\elompo. Berbasis Afektif

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Metode konseling karier Nur Cita Qomariyah Membina Skill. Mahasiswa di IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya.

I PENDAHULUAN. Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang dapat diajarkan pada anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Peranan layanan konseling di sekolah-sekolah sangatlah penting bahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting, apalagi dalam

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Supri Yanti 1), Erlamsyah 2), Zikra 3)

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAAN. keluargalah kepribadian anak terbentuk untuk pertama kalinya. Setiap anak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data mengenai Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan. di Desa Pangkahkulon Ujungpangkah Gresik

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISA DATA. Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. klien, ditemukan bahwa klien di usia yang ke- 60 sudah mengalami

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

JURNAL. Oleh: EFI IDA RIANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Atrup, M.Pd.,MM. 2. Risaniatin Ningsih, S.Pd.M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. artinya saling membutuhkan yang lain sebagai hal yang esensial dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sepanjang hayat, berlangsung di rumah, di sekolah, di unit-unit

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak sangat peka terhadap kasih sayang, mereka mengetahui dan bisa merasakan dicintai atau tidak oleh orang tuanya. Jika merasa tidak dicintai dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam sehingga anak akan menggunakan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri merupakan tingkah laku yang digunakan individu untuk mengungkapkan tindakan-tindakanya sebagai system interaksi dan komunikasi. 1 Tingkah laku mekanisme pertahanan diri akan muncul saat individu mengalami perasaan gelisah, stres, cemas dan frustasi sebagai cara untuk mempertahankan egonya. Bila individu menghadapi situasi yang mengancam, maka ia akan menggunakan cara-cara untuk melepaskan tekanan yang kemudian menjadi pola kebiasaan. 2 Kebiasaan pada anak ini merupakan suatu penyaluran dari suatu ketegangan emosional (tensional outlet) bagi seorang anak. Kebiasaan pada anak dapat kita lihat seperti : Menangis, menjerit-jerit, mengisap ibu jari, gagap, mengompol, merengek-rengek dan sebagainya. 1 Yustinus Semium, Kesehatan mental 1 ( Yogyakarta : Kanisisus ( Anggota IKAPI ), 2006) hlm. 426 2 Ibid. hlm. 427 1 1

2 Karena kebiasaan itu terlihat sering di ulang-ulang, mereka akan melawan perubahan. Sigmund Freud pernah mengamati, "banyak dari kita tidak sadar tentang kebiasaan-kebiasaan tersebut". Seringkali kita melakukan kebiasaan tanpa menyadari bahwa kita melakukannya. 3 Sehingga menjadi kebiasaan dalam banyak hal, pola ini justru memperburuk kondisi seseorang karena tidak menyelesaikan masalah, bahkan kadang menambah masalah baru. Kebiasaan tersebut sebagai perilaku mekanisme pertahanan diri dan salah satu bentuknya adalah Regresi. Menurut pendapat Ruth Berry (2001), perilaku Regresi adalah mekanisme pertahanan lain yaitu gejala pada orang yang kembali ke perilaku atau ke tahap perkembangan sebelumnya yang dirasakannya nyaman dan aman. 4 Dr.C.George Boeree (2006) mendefinisikan perilaku Regresi adalah kembali ke masa-masa dimana seseorang megalami tekanan psikologis. Ketika kita menghadapi kesulitan atau ketakutan, perilaku kita sering menjadi kekanakkanakan atau primitife. 5 Ada beberapa Faktor penyebab perilaku Regresi yaitu individu yang bersangkutan mengalami frustasi berat yang tidak tertanggungkan, rasa 3 Feist, J. & Feist, G. J. Theories of personality (Ed. Ke-6) ( New York : McGraw-Hill Inc, 2006) hlm. 145 4 Ruth Berry, Freud:Seri siapa dia? ( Jakarta : Eirlangga, 2001 ) hlm. 82 5 Dr.C.George Boeree, Personality Theories ( Jogjakarta : Prismasophie, 2006) hlm. 53

3 kebimbangan, rasa dongkol, rasa tidak mampu lalu ia ingin dihibur dan ditolong agar bisa keluar dari kesulitannya. 6 Gerald Corey (2003) mengemukakan, perilaku Regresi disebabkan karena kecemburuan terhadap orang lain karena seseorang merasa di nomor duakan. Misalnya ketika anak yang baru mempunya adik,maka dia merasa orang tuanya lebih sayang pada adiknya. 7 Dan ciri-ciri perilaku Regresi adalah berupa : Menjerit-jerit, bergulingguling ditanah, menangis, meraung-raung, membanting-bantingkan kaki, menghisap ibu jari, mengompol, berbicara gagap, merusak barang yang ada didekatnya karena maksudnya dihalangi atau menggunakan pola tingkah laku histeris lainnya. 8 Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku Regresi itu sendiri merupakan perilaku kekanak-kanakan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya. Dari perilaku yang kekanak-kanakan tersebut mengakibatkan diri seseorang tidak bisa mandiri bahkan tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan dan tidak bisa menentukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Contoh kasus tentang perilaku Regresi peneliti temukan di SMP Negeri 2 Taman Sidoarjo. Karena di SMP Negeri 2 Taman Sidoarjo terdapat informasi dari Guru Bimbingan Konseling bahwa ada salah satu siswa kelas VII A yang 6 Kartini Kartono, Hygine Mental ( Bandung : Mandar Maju, 2000 ) hlm. 58 7 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan psikoterapi ( Bandung : Refika Aditama, 1997 ) hlm. 19 8 Kartini Kartono, Hygine Mental ( Bandung : Mandar Maju, 2000 ) hlm. 58

4 memiliki tingkah laku berbeda dari kebanyakan siswa lainnya yang menunjukkan gejala Regresi. Namun untuk mengetahui siswa tersebut mengalami perilaku Regresi tidak cukup berdasarkan keterangan dari Guru Bimbingan Konseling saja masih ada beberapa aspek yang harus diperhatikan diantaranya melihat anecdotal record sekolah, melihat perilaku di kelas, perilaku dirumahnya, dan bagaimana cara siswa bersosial dengan teman maupun dengan orang lain. Berdasarkan uraian tersebut penulis memakai alat tes yaitu problem check list untuk mengetahui masalah perilaku Regresi yang dialami siswa. Dari pernyataan yang dipilih oleh siswa dalam problem check list, yaitu: saya mudah gugup, sehingga membuat saya mudah menangis. Maka disini terlihat beberapa kesamaaan dari pernyataan problem check list yang telah dipilih siswa dengan gejala-gejala yang ditunjukkan perilaku Regresi. Dari pernyataan yang ada dalam problem check list tersebut penulis menemukan 2 siswa dalam kelas VII yang mengalami perilaku Regresi. Namun karena keterbatasan peneliti maka peneliti hanya membantu 1 anak yang paling banyak menunjukan gejala-gejala bahwa ia mengalami perilaku Regresi. Berdasarkan observasi awal melalui wawancara terhadap Guru BK, Guru Mata Pelajaran, Orangtua siswa X, Teman siswa X di SMP Negeri 2 Taman untuk mengetahui perilaku yang terjadi pada siswa X menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut: Peneliti melaksanakan wawancara dengan siswa X untuk melakukan pendekatan, gejala yang ditunjukkan siswa X yaitu merasa gelisah dan cemas saat di ajak berbicara oleh peneliti dan Siswa X tiba-tiba matanya

5 berkaca-kaca seperti akan menangis saat peneliti menanyakan nama dan kabar konseli. Berdasarkan informasi dari Ibu NA selaku guru Bimbingan Konseling bahwa Siswa X kerap menangis saat ditegur alasan dia tidak pernah piket kelas dan Siswa X pernah diketahui beberapa kali mengompol disekolah. Kemudian peneliti mencoba menggali informasi lagi pada Guru Mata Pelajaran Olahraga Bapak DD beliau mengatakan bahwa siswa X mendapat dispensasi saat pelajaran olahraga dengan diperbolehkannya tidak mengikuti kegiatan olahraga dikarenakan siswa X sering pingsan bahkan mengompol saat mengikuti kegiatan olahraga. Selanjutnya, berdasarkan informasi dari teman dekat siswa X, saat di dalam kelas siswa X suka menggigit jempol, bulpoin, pensil dan sejenisnya. Di lain waktu peneliti menemui Ibu dari siswa X, menurut informasi dari Ibu siswa X bahwa siswa X sering membanting-bantingkan benda yang ada didekatnya dan merengek-rengek jika keinginannya tidak dipenuhi, dan menurut keterangan dari ibu dari siswa X seringkali dimanja oleh kedua orangtuanya sehingga ia sangat tergantung dengan orang lain saat melakukan tugas rumah. Disamping wawancara peneliti juga melakukan observasi data dari anecdotal record yang ada di SMP Negeri 2 Taman yaitu : Tanggal 28 November 2012, Guru BK melakukan home visit pada siswa X, dan mendapat laporan dari ibu siswa X bahwa X kerap ngompol dirumah jika mendapat teguran dari orangtua. Dari hasil data tersebut yang didapatkan peneliti melalui hasil observasi data dan wawancara dengan Siswa X, Guru BK, Guru Mata Pelajaran, Orangtua

6 siswa X, Teman siswa X di SMP Negeri 2 Taman dapat disimpulkan bahwa ciriciri yang tampak seperti yang telah disebutkan di atas pada siswa X adalah ciriciri perilaku siswa yang mengalami perilaku Regresi. Oleh karena itu, siswa X sangat membutuhkan layanan terapi dalam mengatasi perilaku Regresi tersebut. Karena menurut laporan dari Guru BK dan Orangtua siswa, siswa X belum mendapatkan bantuan terapi. Untuk membantu siswa X yang mengalami perilaku Regresi tersebut peneliti bekerjasama dengan konselor untuk memberikan terapi. Berdasarkan wawancara dan dengan melihat latar belakang masalah siswa maka terapi Analisis Transaksional adalah terapi yang dirasa tepat dalam memberikan bantuan kepada klien sesuai dengan keadaan klien, dikarenakan Analisis Transaksional mempunyai fungsi pencegahan, perbaikan, pengembangan dan lain-lain. Dengan begitu perilaku Regresi bisa diperbaiki supaya seseorang bisa mencapai tingkah laku sesuai dengan tingkat usianya. Menurut Glend A. Holland mendefinisikan Analisis transaksional adalah nama suatu pendekatan terhadap psikoterapi interaksional. Konsep-Konsep dan teknik-tekniknya di dasarkan kepada situasi langsung sebuah kelompok serta bertujuan meraih kesejahteraan sebesar-besarnya dari penyembuhan para anggota kelompok. 9 9 Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini; Dari Psikoanalisa Hingga Analisa Transaksional ( Surabaya : Ikon Teralita, 2003 ) hlm. 277

7 Tujuan Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Bahwa inti terapi adalah mengantikan gaya hidup yang ditandai dengan gaya permainan yang manipulative dan oleh skenario-skenario hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran, spontanitas, dan keakraban. 10 Fungsi Analisis Transaksional adalah menemukan klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan yang menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. 11 Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan terapi ada empat tahap yaitu Analisis Struktural, Analisis Transaksional, Analisis Naskah ( script analysis), Analisis game ( game analysis) 12 Menurut Gerald Corey Pendekatan Analisis Transaksional merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada setting individual atau kelompok. Pendekatan ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah proses terapi. Analisis Transaksional menekankan pada spek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian. Di 10 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan psikoterapi ( Bandung : Refika Aditama, 1997 ) hlm. 166 11 Ibid. hlm. 168 12 Dewa Ketut Sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan Konseling di sekolah ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000 ) hlm.134

8 samping itu konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya. 13 Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang siswa X, di SMPN 2 Taman Sidoarjo. Adapun pendekatan analisis transaksional bertujuan untuk mengubah perilaku yang tidak selaras dengan tuntunan masyarakat dan kebutuhan pribadi, membantu proses pengambilan keputusan yang lebih efisien, memecahkan masalah tingkah laku yang dimiliki klien, dan mengadakan perubahan tingkah laku untuk masa yang akan datang. Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM MENGATASI SISWA X YANG MENGALAMI PERILAKU REGRESI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 TAMAN SIDOARJO. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo? 2. Bagaimana diagnosis dan prognosis pada siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo? 13 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan psikoterapi ( Bandung : Refika Aditama, 1997 ) hlm. 157

9 3. Bagaimana Pelaksanaan Terapi Analisis Transaksional dalam Mengatasi Perilaku Siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo? 4. Bagaimana evaluasi dan follow up pada Siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui diagnosis dan prognosis pada siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui Pelaksanaan Terapi Analisis Transaksional dalam Mengatasi Perilaku Siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo. 4. Untuk mengetahui evaluasi dan follow up pada Siswa X yang mengalami perilaku Regresi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Taman Sidoarjo. D. Manfaat Penelitian Setiap hasil penelitian tentu mempunyai manfaat, baik kaitannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang dicermati, maupun manfaat secara sosial praktis sebagi berikut:

10 1. Akademik Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya dibidang bimbingan konseling. Serta dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangkan bimbingan konseling khususnya Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam konsentrasi bimbingan konseling, sekaligus sebagai masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan konseling. Selain itu juga memperluas pengetahuan dan melatih kemampuan peneliti dalam membuat suatu penelitian sehingga selalu kritis terhadap masalah-masalah yang muncul khususnya dalam bidang bimbingan konseling. 2. Sosial Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai wawasan dan pemahaman sekaligus informasi masyarakat dalam memahami perkembangan anaknya. Selain itu juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam praktek bimbingan konseling. E. Defenisi Konseptual Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang judul skripsi ini, dan untuk menghindari salah pengertian dalam memahaminya maka peneliti perlu menguraikan beberapa istilah untuk memperjelas maksud atas beberapa definisi yang terkandung dalam judul skripsi ini, antara lain:

11 1. Pendekatan Analisis Transaksional Menurut Gerald Corey Pendekatan Analisis Transaksional merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada setting individual atau kelompok. Pendekatan ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebutkan tujuan dan arah proses terapi. Analisis Transaksional menekankan pada spek kognitif, rasional, dan tingkah laku dari kepribadian. Di samping itu konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya. 14 Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan terapi ada empat tahap yaitu Analisis Struktural, Analisis Transaksional, Analisis Naskah ( script analysis), Analisis game ( game analysis ). 15 Jadi pendekatan Analisis Transaksional adalah bentuk kontrak penyembuhan dimana sang pasien menampilkan dirinya secara jelas dan sekongkrit mungkin mengenai apa yang diharapkan untuk dicapai dengan menjalani hubungan terapi. Analisa transaksional ini terdiri dari suatu analisa ego dari mana transaksi-transaksi berasal dan analisa tentang ego kearah mana transaksi-transaksi itu di lanjutkan. 14 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan psikoterapi, ( Bandung : Refika Aditama, 1997 ) hlm. 157 15 Dewa Ketut Sukardi. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan Konseling di sekolah ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000 ) hlm. 134

12 2. Siswa Regresi Siswa Regresi ialah siswa yang mengalami perilaku surut kembali pada pola reaksi atau tingkat perkembangan yang primitif, yang tidak adekuat, pada tingkah laku kekanak-kanakan, infantil, dan tidak sesuai dengan tingkat usianya. 16 Regresi dalam psikologi dianggap sebagai mekanisme pertahanan diri yang mengarah untuk kembali ke tahap perkembangan sebelumnya atau tahapan yang pernah dilaluinya. 17 Ada beberapa Faktor penyebab perilaku Regresi yaitu individu yang bersangkutan mengalami frustasi berat yang tidak tertanggungkan, rasa kebimbangan, rasa dongkol, rasa tidak mampu lalu ia ingin dihibur dan ditolong agar bisa keluar dari kesulitannya. 18 Adapun ciri-ciri perilaku Regresi adalah berupa : Menjerit-jerit, berguling-guling ditanah, menangis, meraung-raung, membanting-bantingkan kaki, menghisap ibu jari, mengompol, berbicara gagap, merusak barang yang ada didekatnya karena maksudnya dihalangi atau menggunakan pola tingkah laku histeris lainnya. 19 Jadi yang dimaksud dengan siswa Regresi adalah siswa yang mengalami perilaku surut kembali pada pola reaksi atau tingkat perkembangan yang primitit. 16 Kartini Kartono, Hygiene Mental, ( Bandung : Maju Mundur, 2000) hlm. 58 17 Kartono Kartini, Pathologi Sosial ( Jakarta : CV Rajawali, 1983 ) hlm. 58 18 Kartini Kartono, Hygine Mental ( Bandung : Mandar Maju, 2000 ) hlm. 58 19 Ibid. hlm. 58

13 F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam memahami isi dalam tata urutan skripsi ini, maka peneliti sajikan dengan menggunakan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. BAB II : STUDI TEORITIS Dalam bab ini mencakup teori-teori yang dijadikan sandaran atau dasar dalam menentukan langkah-langkah pengambilan data. Memaparkan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai pijakan peneliti dalam memahami dan menganalisa fenomena yang terjadi di lapangan. Adapun landasan teori ini berisi tentang : Teori tentang perilaku Regresi ( Pengertian perilaku Regresi, Faktor- Faktor Penyebab perilaku Regresi, Pola Reaksi Regresi, Ciri-Ciri Kepribadian perilaku Regresi). Teori Pendekatan Analisis Transaksional ( Pengertian Pendekatan Analisis Transaksional, Hakikat Manusia Menurut Analisis Transaksional, Teori Keperibadian Menurut Analisis Transaksional, Macammacam Tipe transaksi dalam Analisis Transaksional, Teknik-Teknik Analisis Transaksional, Tujuan-Tujuan Terapi Analisis Transaksional, Tahapan Terapi Analisis Transaksional, Fungsi dan Peran konselor dalam Analisis Transaksional

14 ), Teori tentang Pendekatan Analisis Transaksional Dalam Menangani Siswa X yang Mengalami perilaku Regresi. BAB III : METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi tentang prosedur penelitian yang meliputi : Jenis penelitian, informan penelitian, waktu dan tempat penelitian, Teknik pengumpulan data yang meliputi observasi, interview, dan dokumentasi, serta Teknik analisa data yang meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi dan menarik kesimpulan. BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA Merupakan bab yang memaparkan dan menganalisa tentang identifikasi kasus siswa X yang mengalami perilaku Regresi, diagnosis dan prognosis pada siswa X yang mengalami perilaku Regresi, Pelaksanaan Terapi Analisis Transaksional dalam Mengatasi Siswa X yang mengalami perilaku Regresi, serta evaluasi dan follow up pada siswa X yang mengalami perilaku Regresi. BAB IV : PENUTUP Dalam bab ini merupakan bagaian akhir dari penelitian skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.