BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Juita, 2014 konsep hidup rahayu dalam kidung rahayu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama dan bahasa daerah berbeda sehingga, Indonesia tercatat sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syamsiyatul Mila, 2014

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

ABSTRAK ANALISIS WACANA KRITIS KIDUNG RUMĚKSA ING WĚNGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. anak, baik lahir maupun batin. Kehidupan anak-anak Jawa dijaman dahulu tidak terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan etniknya. Penanda etnik di

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang biasanya diperoleh dari orang tuanya. Nama tersebut merupakan pertanda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

siswa, mahasiswa, dan umum dalam skala lokal, nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kidung merupakan teks lagu mantra yang dinyanyikan atau syair yang dinyanyikan yang populer di masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Kidung ini sangat populer di daerah Cirebon-Indramayu, begitu pun masyarakat Jawa yang ada di Desa Cikedunglor, Kecamatan Indramayu. Kidung Rahayu biasanya digunakan untuk keperluan keselamatan dari gangguan roh-roh jahat. Mereka mengenal kidung sebagai salah satu kepercayaan kejawen dan berpandangan bahwa seluruh hidup dan kehidupan berasal dari Gusti Sikang Sawiji-wiji (Tuhan yang Inti dari Segala Inti) atau Gusti Nu Maha Tunggal (Tuhan yang Maha Esa). Namun, pada zaman yang semakin maju ini, masyarakat dari berbagai kalangan sudah melupakan budayanya sendiri, termasuk kidung serta masuknya pengaruh budaya populer yang kurang terfilter oleh pemerintah menyebabkan kidung ini sedikit demi sedikit hilang keberadaannya. Apabila kidung Rahayu sudah tidak lagi melekat di masyarakat Cikedunglor maka yang ada moral masyarakat bergeser sehingga tidak lagi takut dengan aturan tuhan, tidak mengerti kesopanan dan nasehat orang yang lebih tua. Oleh karena itu, kidung patut untuk dilestarikan agar moral masyarakat Cikedunglor tetap baik. Pelestarian kidung masih dilakukan oleh para pelantun kidung itu sendiri, khususnya di Indramayu. Pelantun kidung ini pun tergolong tokoh penting di masyarakat. Jumlah mereka pun sangat terbatas. Terbatasnya jumlah pelantun kidung timbul karena beberapa kalangan masyarakat merasa kesulitan untuk melantunkannya sebagai akibat dari banyaknya klasifikasi kidung, bukan hanya 1

2 kidung Rahayu saja. Sebagai contoh, pelantunan kidung ditentukan oleh aturan yang ketat namun tidak seketat aturan macapat. Naskah kidung yang menjadi objek penelitian ini adalah kidung Rahayu yang ditembangkan secara menyeluruh. Adapun salah satu contoh kidung Rahayu sebagai berikut: Sun angidhung purwane kang sajati Hamba menembangkan asal-usul yang sejati Wite agung lan pange jagat Pohonnya besar dan cabangnya alam Agodhong mega rumembe Daunnya awan berarak Ewoh lintang tlaga langit Pucuk tunasnya pelangi Adus karmas udan Bermandikan hujan Awor kilat barung Bercampur kilat petir Hamba melantunkan asal-usul yang sejati, pohon/kayu (khayyun) yang besar dan cabangnya adalah jagat alam raya. Daunnya awan yang berantakan, pucuk tunas pelangi. Bermandikan hujan yang bercampur dengan kilat petir. Kidung adalah doa yang dituangkan ke dalam sastra, baik puisi atau macapat. Tidak selamanya kidung ditembangkan, ada kalanya dibaca. (Kasim, 2013, hlm. 181) Kidung juga hasil karya sastra zaman Jawa pertengahan (Majapahit akhir), menggunakan bahasa Jawa tengahan, bentuknya tembang, baik nama maupun metrum yang dianut seperti halnya tembang kidung. Dibandingkan dengan serat kakawin, kidung sangatlah berbeda dengan kakawin (karya sastra Jawa kuno), kakawin merupakan karya sastra Jawa kuno yang mendapat pengaruh dari India, sedangkan kidung asli Jawa tidak mengenal istilah guru dan lagu (suara panjang dan pendek). Walaupun seperti macapat, tetapi metrum kidung belum seketat macapat.

3 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kajian etnolinguistik sebagai tumpuan analisis. Etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan. Kajian tentang etnolinguistik berkaitan dengan hipotesis Sapir-Whorf, yang disebut pula sebagai relativitas bahasa (language relativism) dari pikiran Boas (Samson, 1980, hlm. 81). Hipotesis tersebut menyatakan bahwa bahasa manusia membentuk atau mempengaruhi persepsi manusia akan realitas lingkungannya atau bahasa manusia mempengaruhi lingkungan dalam memproses dan membuat kategori-kategori realitas di sekitarnya (Samson, 1980, hlm. 81-82). Penelitian mengenai kidung sebelumnya pernah dilakukan oleh Setiyadi (2011) dalam disertasinya yang menjadikan macapat etnik Jawa wilayah eks- Karesidenan Surakarta khususnya yang berupa pendidikan dan pengajaran sebagai objek kajiannya studi semantik. Selain itu, Ismanto (2012) menggunakan data macapat mijil, tetapi dengan menggunakan aplikasi Macromedia Flash Profesional 8 untuk siswa kelas lima sekolah dasar. Ismanto lebih menekankan pada pengembangan media pembelajaran sehingga dapat diketahui kualitas produk media pembelajaran yang dikembangkan. Berbeda dengan Setiayadi dan Ismanto, Sucoko (2006) mengunakan data teks macapat saptadarma dalam kerohanian di Sragen sebagai objek kajiannya. Begitu banyak hal yang dapat diamati dari keberadaan kidung Rahayu. Akan tetapi, melihat banyaknya permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada beberapa hal yang berkaitan dengan kidung Rahayu, yaitu akan mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana kidung Rahayu, bagaimana deskripsi leksikon yang mencerminkan konsep hidup rahayu dalam kidung Rahayu, bagaimana cermin konsep hidup orang jawa di Cikedunglor dilihat dari kidung Rahayu yang digunakan, dan bagaimana klasifikasi struktur teks kidung Rahayu Cikedunglor. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada

4 masyarakat jawa khususnya di desa Cikedunglor akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam kidung Rahayu tersebut. Inilah yang menjadikan penelitian ini menarik dan penting untuk dilakukan sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. B. Masalah Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan masalah penelitian yang meliputi 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut. 1. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Masuknya budaya asing ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia semakin tergeser keberadaannya. Salah satunya kidung yang hampir punah dan tidak dikenal oleh masyarakatnya. 2) Penutur kidung di Desa Cikedunglor berkurang seiring masyarakat yang sulit untuk mempelajari bahasa Jawa kuno. 3) Nilai-nilai budaya dalam kaitannya dengan kegiatan membaca kidung Rahayu yang ada di masyarakat Indramayu tepatnya di Desa Cikedunglor sudah bergeser. 2. Batasan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah, peneliti menguraikan batasan masalah. Berikut adalah batasan masalah dalam penelitian ini. 1) Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Desa Cikedunglor, Kabupaten Indramayu karena di desa tersebut terdapat ahli waris yang sering menyanyikan seluruh isi dari kidung pada upacara adat atau acara-acara tertentu yang sakral.

5 2) Penelitian ini akan ditekankan pada struktur teks kidung Rahayu; klasifikasi dan deskripsi kidung Rahayu; konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu; fungsi sosial budaya kidung Rahayu bagi masyarakat penutur bahasa Jawa- Indramayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu. 3) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. 3. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu? 2) Bagaimanakah referensi leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu dalam kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu? 3) Bagaimana konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hal-hal sebagai berikut: 1) struktur teks kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu; 2) leksikon yang mencerminkan konsep hidup Rahayu dalam kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu; 3) konsep hidup rahayu yang tercermin dari kidung Rahayu di Cikedunglor, Kabupaten Indramayu. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

6 1. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan naskah yang cukup bagi proses pembukuan naskah kidung dan bagi proses penciptaan karya-karya sastra, serta dapat menghidupkan kembali kidung yang hampir punah. 2. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data dan informasi mengenai tradisi lisan dan tradisi tulisan seputar kesenian kidung serta sumbangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai kajian etnolinguistik terhadap tembang kidung. E. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab satu adalah pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah dan masalah penelitian yang terbagi menjadi identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, manfaat penelitian terbagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoretis, serta struktur organisasi skripsi. Bab dua terdiri atas landasan teoretis, tinjauan pustaka dan anggapan dasar. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnolinguistik, struktur teks kidung, pandangan hidup orang Indramayu, referensi leksikon, kearifan lokal, profil Desa Cikedunglor Kabupaten Indramayu. Bab tiga adalah metode penelitian yang terdiri atas lokasi penelitian, desain penelitian, sumber data penelitian, data atau korpus penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Kemudian, bab empat adalah pembahasan hasil penelitian yang terdiri atas bentuk dan makna. Lalu, bab lima adalah penutup. Bagian ini terdiri atas kesimpulan dan saran.