OPTIMALISASI PENGGUNAAN KOMPOSISI CAMPURAN MORTAR TERHADAP KUAT TEKAN DINDING PASANGAN BATA MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN MORTAR TERHADAP KUAT TEKAN DINDING PASANGAN BATA MERAH DENGAN PLESTERAN. Akhmad Barron, S.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

PENGARUH DIMENSI UKURAN BATU BATA MERAH DAN CAMPURAN MORTAR TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK PASANGAN DINDING

STUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENINGKATAN KOMPOSISI MORTAR TERHADAP KEKUATAN STRUKTUR DINDING BATA MERAH LOKAL NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini merupakan hasil limbah olahan besi-besi bekas produksi dari PT. Inti General Yaja

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

PENGARUH PENGGUNAAN PENGEKANG (BRACING) PADA DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON GEMPA

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

UJI KUAT TEKAN BATA MERAH MENGGUNAKAN MORTAR PASIR KWARSA NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

PENGARUH LAMA WAKTU PENGECORAN PADA BALOK LAPIS KOMPOSIT BETON BERTULANG TERHADAP AKSI KOMPOSIT, KAPASITAS LENTUR DAN DEFLEKSI

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI SEMEN MERAH TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK MORTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I 1

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN BOTTOM ASH SEBAGAI PENGGANTI SEMEN TERHADAP NILAI KUAT TEKAN DAN KEMAMPUAN RESAPAN AIR STRUKTUR PAVING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN TEGANGAN-REGANGAN BATA BETON RINGAN DENGAN PENAMBAHAN MINERAL ALAMI ZEOLIT ALAM TERTAHAN SARINGAN NO.

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

MIX DESIGN Agregat Halus

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil.

PEMANFAATAN LIMBAH ASBES UNTUK PEMBUATAN BATAKO (141M)

BAB IV METODE PENELITIAN

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

PEMANFAATAN ABU PEMBAKARAN SAMPAH SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN PAVING BLOCK

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bangunan rumah, gedung, sekolah, kantor, dan prasarana lainnya akan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB I PENDAHULUAN. di alam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia. Kayu sampai saat

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK LDPE SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BATAKO BETON RINGAN

Augustinus NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan secara terus-menerus

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar berat bangunan dapat dikurangi yang berdampak pada efisiensi

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

Transkripsi:

OPTIMALISASI PENGGUNAAN KOMPOSISI CAMPURAN MORTAR TERHADAP KUAT TEKAN DINDING PASANGAN BATA MERAH Wisnumurti, Agoes Soehardjono dan Kiki Andriana Palupi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. Mayjen Haryono 147 Malang ABSTRAK Kuat tekan dinding pasangan bata merah lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan mortarnya, dan dibatasi oleh kekuatan bata merah. Sehingga ada kalanya penambahan kekuatan mortar tidak lagi memberikan perubahan yang signifikan terhadap kekuatan tekan dinding pasangan bata merah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi campuran yang manakah yang paling optimal untuk digunakan pada dinding pasangan bata merah, sehingga diharapkan tidak ada biaya yang terbuang sia sia hanya untuk usaha meningkatkan kuat tekan dinding pasangan bata merah dengan cara meningkatkan kuat tekan mortarnya. Selain itu juga ingin diketahui bagaimanakah bentuk grafik yang menggambarkan hubungan antara kekuatan tekan mortar terhadap kekuatan tekan dinding pasangan bata merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimal untuk dinding pasangan bata merah adalah pada komposisi campuran 1 semen : 6 pasir, hal ini dibuktikan dengan hasil uji Beda Nyata Terkecil yang menyatakan bahwa komposisi campuran 1 : 6 tidak lagi berbeda nyata dengan campuran 1 : 5, 1 : 4, dan 1 : 3. Sedangkan grafik hubungan antara kuat tekan mortar dan kuat tekan dinding pasangan bata merah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kuat tekan dinding seiring dengan peningkatan kuat tekan mortar yang digunakan. Kata kunci : kuat tekan, dinding pasangan bata merah, mortar, PENDAHULUAN Salah satu bahan komposit buatan manusia yang tertua adalah masonry, atau dalam bahasa indonesia lazim disebut struktur pasangan. Bahan komposit dapat didefinisikan sebagai material baru yang tersusun sebagai kombinasi dari dua komponen atau lebih sehingga hasil akhirnya memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan dengan sifat masing masing komponen penyusunnya. Di Indonesia, tidak banyak pilihan bahan yang bisa digunakan untuk struktur pasangan, salah satu yang paling sering digunakan adalah komposit antara bata merah dan mortar. Tatanan struktur yang bagus, ketahanan terhadap api dan cuaca, serta murah dan cepat dalam pembuatannya, membuat pasangan bata merah ini menjadi pilihan utama dalam berbagai bangunan. Karakteristik material komposit sangatlah tergantung dari karakteristik unsur- unsur penyusunnya, serta bagaimanakah interaksi yang terjadi antara bahan penyusun terebut. Kesimpulan lainnya adalah bahwa kuat tekan dinding pasangan bata merah lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan mortarnya, dan dibatasi oleh kekuatan bata merah. Sehingga ada kalanya penambahan kekuatan mortar tidak lagi memberikan perubahan yang signifikan terhadap kekuatan tekan dinding pasangan bata merah. Tentunya pengetahuan tentang hal ini sangatlah diperlukan, mengingat penambahan kekuatan mortar juga berkaitan dengan JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 25

penambahan biaya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kuat tekan dinding pasangan terhadap lebih banyak variasi komposisi campuran TINJAUAN PUSTAKA Dimensi dan kekuatan bata merah Kekuatan dari batu bata sangat dipengaruhi oleh komposisi material mentah penyusunnya, temperatur pembakaran, proses pembuatannya, serta mortar, dan optimalisasi penggunaan mortar pada dinding pasangan bata merah. porositasnya. Bata ideal mempunyai ukuran : Panjang = 23 sampai 24 cm Lebar = 11 sampai 11.5 cm Tebal = 5 sampai 6 cm t Dimana : p = panjang bata l = lebar bata l t = tebal bata p Gambar 1. Dimensi bata merah Dengan masing masing penyimpangan yang diperbolehkan yaitu 3% untuk panjang, 4% untuk lebar, dan 5% untuk tebal bata merah (Frick, 1980) Dalam pemenuhan kebutuhan dimensi bangunan di lapangan, tidak jarang dilakukan pemotongan bata merah. Berbagai bentuk potongan bata yang digunakan antara lain : Gambar 2.2 ( Potongan bata merah yang digunakan di lapangan ) Gambar 2. Potongan bata merah yang digunakan di lapangan JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 26

Mortar Mortar adalah campuran dari bahan perekat, agregat, dan air. Bahan perekat yang biasa digunakan antara lain semen portland, pozzolan (bisa berupa trass, atau bata merah yang dihaluskan), atau bahan khusus yang langsung bisa digunakan sebagai mortar setelah ditambah air. Mortar berfungsi sebagai pengikat antara satu bata dengan bata yang lain, sehingga aksi komposit antar keduanya dapat terbentuk. Kekuatan mortar sangat dipengaruhi oleh faktor air semen (FAS) atau konsistensi pada saat pengikatan. Sehingga jika mortar sudah terpasang pada dinding, maka FAS yang mempengaruhi kekuatannya bukan lagi FAS pada saat pencampuran, melainkan FAS setelah mortar terpasang. Selain itu, umur mortar, penyerapan bata, jenis agregat yang digunakan, temperatur pada saat pelaksanaan, tekanan yang diberikan pada saat pemasangan bata, waktu pelaksanaan, faktor pekerja, juga mempengaruhi kekuatan mortar. Pencampuran mortar sebaiknya dilakukan pada suhu antara 5 o C sampai 30 o C, jika tidak, maka perlu dilakukan penyesuaian untuk mempertahankan jumlah air yang dibutuhkan untuk bereaksi. Tebal lapisan mortar tidak boleh melebihi tebal bata, karena terlalu tebalnya mortar akan berpengaruh pada berkurangnya kekuatan ikatan akibat terjadinya penyerapan dan penguapan yang berlebih. Di Indonesia biasanya digunakan siar tegak dan siar kasuran masing masing setebal 1 cm sampai 2 cm. Siar Tegak Siar Kasuran Gambar 3. Penggunaan mortar sebagai perekat pada dinding pasangan bata merah Dinding Bata Dalam bangunan, dinding memiliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu untuk menahan beban, memberikan berat pada keseluruhan bangunan, sebagai peredam bunyi dan radiasi, serta memberikan batasan wilayah (sebagai pemisah ruang). Kekuatan ikatan antara mortar dan bata tidak hanya tergantung pada sifat tertentu dari mortar, seperti kekuatan mortar itu sendiri, atau kandungan air yang terdapat didalamnya, tetapi juga tergantung pada kekasaran permukaan dan penyerapan dari bata. Penyerapan rata rata yang cukup rendah menggambarkan porositas permukaan yang rendah pula, sehingga antara bata dan mortar tidak akan terjadi penguncian mekanis yang baik. Hal ini menimbulkan lemahnya kekuatan ikatan antara keduanya. Sementara itu, bata dengan penyerapan yang tinggi, akan memiliki kecenderungan untuk menyerap cukup banyak air dari mortar, dalam kondisi demikian mortar akan kehilangan workabilitas nya, dan kekuatan mortar akan sangat berkurang karena sebagian air yang seharusnya digunakan oleh elemen penyusun mortar untuk bereaksi dan membentuk ikatan, telah terlebih dahulu diserap oleh bata. Dalam menerima beban berupa beban aksial dari atas, terjadi pendistribusian beban tersebut dari atas hingga ke bagian paling bawah dari dinding. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 27

Gambar 4. Pendistribusian beban pada dinding pasangan (sumber : Hilsdorf K, Hubert.1972 :381) Karakteristik kegagalan pada dinding akibat beban berupa tekanan, memiliki bentuk retak vertikal pada pertengahan tinggi dan sejajar dengan siar tegak. Pada frekuensi yang hampir sama, retak dapat berkembang membentuk kolom kolom langsing yang bersebelahan. Retak pertama umumnya muncul ketika beban telah mencapai sekitar 2 sampai 3 kali beban ultimate. Rendahnya elastisitas mortar menyebabkan beban tekan vertikal memindahkan regangan lateral kepada mortar yang kemudian menghasilkan tegangan tarik kepada bata melalui ikatan permukaan ketika siar kasuran mengalami tekanan. Sehingga mortar mengalami tegangan tekan triaksial, sedangkan bata, mengalami tegangan tekan pada arah vertikal, dan tarik biaksial pada arah yang lain. Gambar 5. Defleksi yang terjadi pada dinding (sumber : Hilsdorf K, Hubert.1972 :380) Perbandingan (ratio) yang lebih besar antara tinggi dengan panjang dinding, akan menyebabkan siar tegak mengalami pembesaran tegangan tarik pada arah horizontal, oleh karena itu dinding akan semakin lemah dan terjadi pemecahan vertikal. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 28

METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Langkah pertama sebelum memulai penelitian ini,dilakukan pengujian terhadap bahan bahan dasarnya terlebih dahulu. Variabel penelitian a) Variabel bebas (independent variable), yaitu variabel yang perubahannya bebas ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah variasi campuran mortar. b) Variabel terikat (dependent variable), yaitu variabel yang perubahannya tergantung dari perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini yang PEMBAHASAN Hasil analisis saringan menunjukkan bahwa agregat halus berada dalam zona gradasi 2, yang berarti bahwa pasir yang digunakan dalam penelitian ini agak kasar. Sedangkan nilai modulus halus sebesar 2,84 termasuk dalam pasir normal, karena modulus halusnya berada dalam kisaran 1,5 sampai dengan 3,8. Penelitian terhadap agregat halus juga memberikan nilai penyerapan sebesar 2,22 %. Gambar 6 berikut memberikan gambaran tentang hubungan antara proporsi pasir per satu bagian semen dalam campuran, dan kuat tekan masing masing komponen. Komponen komponen yang dimaksud adalah kuat tekan bata merah berdasarkan SII, kuat menjadi variabel terikat adalah kuat tekan dinding pasangan batu merah. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini uji kuat tekan pasangan dinding dilakukan setelah umur pasangan dinding bata merah tersebut mencapai 14 hari.ini dilakukan karena menurut hasil penelitian Sabnis, 1983, perbedaan kekuatan hasil uji pasangan dinding pada umur 14 hari dan 28 hari tidak terlalu signifikan. Selain uji kuat tekan bata merah, uji tekan kubus mortar, dan uji tekan prisma bata merah juga akan dilakukan dengan menggunakan 3 benda uji untuk tiap variasi campuran mortarnya.. tekan kubus bata merah, kuat tekan mortar, dan kuat tekan model dinding pasangan bata merah. Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa dari dua metode pengujian yang digunakan terdapat perbedaan kekuatan tekan bata merah. Metode yang tertera dalam SII 0021-78 ternyata memberikan hasil kekuatan tekan yang lebih rendah dibandingkan hasil pengujian kekuatan tekan yang dilakukan terhadap kubus bata merah. Ini dikarenakan semakin besar dimensi yang digunakan, maka akan terdapat semakin banyak titik lemah yang terdapat pada material, sehingga hasil pengujian kekuatan bahan tersebut juga akan memberikan nilai yang lebih kecil. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 29

Grafik Hubungan Antara Proporsi Semen Dalam Campuran dan Kuat Tekan Masing - Masing Komponen 200 180 Kuat Tekan Mortar 160 Kuat Tekan Dinding 140 Kuat Tekan Kubus Bata Kuat tekan 120 100 80 Kuat Tekan Bata Menurut SII 60 40 20 0 0 2 4 6 8 10 12 Proporsi pasir dalam campuran. Gambar 6. Grafik hubungan antara proporsi semen dalam campuran dan kuat tekan masing masing komponen Dari grafik juga dapat dilihat bahwa peningkatan kuat tekan model dinding pasangan bata merah mengalami peningkatan seiring bertambahnya proporsi semen yang digunakan dalam mortar, namun peningkatan kuat tekan model dinding pasangan bata merah ini tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan kuat tekan mortar. Selain itu, grafik diatas juga menunjukkan bahwa dari berbagai variasi campuran mortar, hanya campuran 1 : 3 saja yang dapat menghasilkan kuat tekan mendekati kuat tekan bata merah dengan standar pengujian SII. Sedangkan variasi komposisi mortar lainnya menghasilkan model dinding pasangan bata merah yang memiliki kekuatan lebih kecil dari kuat tekan bata merah, sehingga dari grafik dapat dilihat bahwa kuat tekan dinding pasangan bata merah justru berada paling bawah, bukan diantara kuat tekan mortar dan bata merah. Disini nampak bahwa kuat tekan dinding pasangan bata merah dibatasi oleh kuat tekan bata merahnya. Hal ini juga menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Baron, 2002. Sehingga sekuat apapun mortar yang digunakan, jika unit bata merahnya sudah terlebih dahulu runtuh, maka dinding pasangan sudah tidak bisa lagi menahan beban. Selain itu sumber lain menulis bahwa kekuatan mortar yang berlebih justru akan menyebabkan terjadinya pengekangan yang memaksa bata menyusut. Hal ini meningkatkan jumlah retakan yang terjadi pada dinding bata merah. Keruntuhan yang terjadi pada model dinding pasangan bata merah ditandai dengan munculnya retak vertikal pada bata. Retak tersebut semakin lama semakin banyak, dan membentuk kolom langsing yeng bersebelahan. Berikut ini adalah grafik hubungan kuat tekan mortar dan kuat tekan dinding pasangan bata merah. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 30

Grafik Hubungan Kuat Tekan Mortar dan Kuat Tekan Dinding 40 Kuat Tekan Dinding Bata (Kg/Cm 2 ) 20 0 0 50 100 150 200 Kuat Tekan Mortar ( Kg/Cm 2 ) Gambar 7. Grafik hubungan antara kuat tekan mortar dan kuat tekan model dinding pasangan bata merah KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan hasil pengujian kuat tekan bata merah antara pengujian yang dilakukan dengan mengambil bentuk benda uji kubus 4 cm x 4 cm x 4cm dengan pengujian yang dilakukan menurut SII 0021-78, dimana hasil pengujian terhadap kubus bata merah menghasilkan kuat tekan yang lebih besar. 2. Hasil pengujian ulang tentang adanya pengaruh kuat tekan mortar terhadap kuat tekan dinding pasangan bata UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Laboratorium Bahan Konstruksi, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang sebagai tempat DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1971. Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar, Jakarta: Ditjen Cipta Karya. merah menguatkan pendapat sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari perubahan kuat tekan mortar terhadap perubahan kuat tekan dinding pasangan bata merah, meskipun pada penelitian ini variasi komposisi mortar yang digunakan lebih beragam. 3. Semakin besar proporsi pasir dalam campuran mortar, maka kekuatan tekan dinding pasangan bata merah semakin kecil. 4. Komposisi mortar optimal didapat pada campuran semen : pasir 1: 6 pelaksanaan penelitian serta semua pihak atas dukungan dan partisipasinya selama penelitian Anonim.1989.Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus, Jakarta: Ditjen Cipta Karya. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 31

Anonim.1989.Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil, Jakarta: Ditjen Cipta Karya. Anonim.1978. Mutu dan Cara Uji Bata Merah Pejal, Jakarta: Ditjen Cipta Karya. Anonim.2004.Semen Portland, Jakarta: Ditjen Cipta Karya. Hilsdorf K, Hubert.1972 Masonry materials and their physical properties. Proceedings Intrnational conference on Planning and Design of Tall Buildings Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania:1972. Beall, Christine. 2003. Masonry Design and Detailing, New York :McGraw-Hill Book Company. Dhir, Ravindra K and Neil Jackson. 1996. Civil Engineering Materials, New York : Palgrave Frick, Heinz.1980. Ilmu Konstruksi Bangunan I, Yogyakarta :Yayasan Kanisius Gayanan M, Sabnis. et al.1993. Structural Modelling and Experimental Techniques, London: Prentice-Hall. Gaylord Jr, Edwin H,. et al. 1997. Structural Engineering Handbook, New York : McGraw- Hill Book Company. Yitnosumarto, Suntoyo. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 1, No.1 2007 ISSN 1978 5658 32