Investment Climate Monitoring Survey 6 th (2014)

dokumen-dokumen yang mirip
RANGKUMAN Survei mengenai Pengawasan Iklim Investasi Putaran VI (2014)

Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring Iklim Investasi di Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengamatan Iklim Investasi di Indonesia selama Tahun 2005

BAB IV PROSEDUR PERIJINAN

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

TIGA FOKUS UTAMA III. KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

Pengusaha Di Kawasan Berikat (PDKB) adalah Perseroan Terbatas atau Koperasi yang melakukan kegiatan usaha industri di KB

Perbaikan Pelaksanaan Kemudahan Berusaha. Ease of Doing Business di Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Artikel Prof Mudrajad Kuncoro di Investor Daily: Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental Thursday, 19 May :39

SURVEI SENTIMEN BISNIS 100-Hari Pertama Kepemimpinan Jokowi Jusuf Kalla

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

J A K A R TA, 9 J U N I

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan. Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan. Indikator Kinerja Program (outcomes) dan Kegiatan (output)

PERLAKUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN SKEMA TERTENTU (KIK-DIRE)

Dengan ini saya mohon untuk dapat kiranya Bapak memberikan saya Izin Gangguan atas perusahaan saya :

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. pajak langsung maupun pajak tidak langsung, bea cukai, dan retribusi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. 10 hambatan terbesar kegiatan investasi perusahaan adalah tidak memadainya

Survei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII

Infrastruktur dan Logistik. Arianto A. Patunru LPEM-FEUI. Pendahuluan

PERBAIKAN IKLIM INVESTASI

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Jenis Penanaman Modal : PMDN PMA. Skala Bisnis : Mikro Menengah (UU 20/2008) Kecil Besar

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURVEY OPINI STAKEHOLDER TERHADAP LAYANAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

dadang-solihin.blogspot.com 2

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PENERIMAAN RETRIBUSI DAN LAIN LAIN PAD DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2017

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUMUMAN LELANG ULANG PASCAKUALIFIKASI Nomor : 02 / PLPBKIS2 / 1115

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

ANALISIS PENERAPAN BEA MASUK DAN PPH PASAL 22 ATAS PEMBELIAN METERIAL IMPOR PADA PT. YAMAHA MUSIC MANUFACTURING INDONESIA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERATURAN DAERAH DAN POTENSI DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH

2011, No Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.508, 2009 BKPM. Permohonan. Penanaman Modal. Pedoman.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MUC BLITZ. Updating Your Knowledge

PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DARI SEKTOR FISKAL. Lukman Hakim Siregar *

Indikator Jenis Prosedural : Starting Business

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

VII. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITAS

KENDALA PERIZINAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA DAN KONSULTASI NASIONAL KE XXVII

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

LAYANAN CEPAT INVESTASI

KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DAN DUKUNGAN FISKAL UNTUK R&D DI BEBERAPA NEGARA: INDIA

Account Representative

Pendahuluan. Bab. Alamat Akses

PENERBITAN SECARA SIMULTAN UNTUK SIUP DAN TDP SERTA TGD DAN SLF

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

KEPPRES 89/1996, KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III

SURAT KETERANGAN TERDAFTAR SEBAGAI PENYEDIA BARANG/JASA PDAM SURYA SEMBADA KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

OSS Online Single Submission -KONSEPSI DAN DESAIN TEKNIS-

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 12 TAHUN 2009

Tax Review atas Penjualan Tanah dan Bangunan pada Sebuah Perusahaan Properti

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P - 12/BC/2006 TENTANG

1 BAB I PENDAHULUAN. Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), Izin

TATA CARA BESERTA KETENTUAN PEMESANAN NUP ONLINE, PEMILIHAN UNIT ONLINE, & PEMILIHAN UNIT FINAL CITRALAND CIBUBUR

2016, No Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Perusahaan secara Simultan bagi Perusahaan Perdagangan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisa deskriptif kualitatif ketujuh aspek yang diteliti terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER. 09 Agustus TAX AMNESTY SELUK BELUK DAN DASAR HUKUM

5. Gambaran Umum Tata Kelola Ekonomi Daerah

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

Indikator Jenis Prosedural (Starting Business, Construction Permit, Getting Electricity, Registering Property, Trading Across Border, Paying Taxes)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI

KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA. Jakarta, 31 Agustus 2017

Transkripsi:

Investment Climate Monitoring Survey 6 th (2014) 1

Outline Presentasi Pengantar Pendahuluan Metodologi Temuan Utama Survei Hambatan dalam Melakukan Usaha Beberapa Temuan Lainnya Perizinan Usaha Infrastruktur Kepabeanan Administrasi Perpajakan Ketenagakerjaan Kepastian Regulasi Hubungan dengan BirokrasiBeberapa Temuan Lainnya Kesimpulan & Rekomendasi 2

Pendahuluan AIPEG menyelenggarakan Survey Monitoring Investment Climate ke- 6 untuk Kantor Wakil Presiden dan BKPM. Survey dilakukan pada Agustus December 2014 oleh LPEM-FEUI. Tujuan utama adalah untuk melihat perkembangan iklim investasi di Indonesia dan membandingkan temuan yang diperoleh dari sektor manufaktur dan jasa tahun 2014 dengan hasil Survey Monitoring Investment Climate ke-5 yang dilakukan LPEM FEUI tahun 2010 Survei ini juga memasukkan pengamatan terhadap dampak kebijakan terkait iklim investasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia pada Oktober 2013 (Paket Oktober). (Hasil bagian ini disajikan pada ringkasan eksekutif) 3

Metodologi Ada tiga survei yang berbeda: Perusahaan Manufaktur: 345 Perusahaan Jasa: 187 Kantor Notaris: 59 Dilakukan di 6 kota besar: Medan, Jabodatabek, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar Menggunakan 25 indikator untuk melihat kondisi iklim berusaha secara umum 4

Temuan Utama Survei 5

Hambatan Dalam Melakukan Usaha 6

Hambatan Usaha Sektor Manufaktur Faktor yang dinilai sebagai hambatan utama oleh sektor manufaktur: Ketidakstabilan makroekonomi Transportasi Listrik Perijinan dari Pemda Ketidakpastian kebijakan dan peraturan Hambatan ini relatif sama dengan hasil survei 2010. 7

Faktor hambatan usaha di sektor manufaktur yang dinilai mengalami perbaikan persepsi dibandingkan 2010 Air bersih, listrik, telekomunikasi dan internet dinilai relatif lebih baik dibandingkan tahun 2010. 8

Faktor yang dianggap lebih menghambat sektor manufaktur dibandingkan 2010 Dari 25 indikator, 21 indikator dinilai semakin menghambat usaha di tahun 2014. Faktor yang dinilai semakin menghambat usaha manufaktur: Perijinan dari pemerintah pusat Ketidakpastian kebijakan dan peraturan Perijinan dari pemerintah daerah Peraturan tenaga kerja dari pemerintah pusat dan daerah 9

Hambatan Usaha Sektor Jasa Faktor yang dinilai sebagai hambatan utama sektor jasa: Listrik Transportasi Ketidakstabilan makroekonomi Biaya keuangan Perijinan dari Pemda Hambatan ini relatif sama dengan hasil survei 2010. 10

Faktor hambatan usaha di sektor jasa yang dinilai mengalami perbaikan persepsi dibandingkan 2010 Pajak dan retribusi daerah, administrasi pajak, korupsi di pemerintah pusat dan pemda dinilai relatif lebih baik dibandingkan tahun 2010. 11

Faktor yang dinilai lebih menghambat usaha jasa dibandingkan 2010 Biaya keuangan, perijinan dari Pemda, ketidakpastian kebijakan dan peraturan, akses keuangan, perijinan dari pemerintah pusat dinilai semakin menghambat usaha jasa dibandingkan tahun 2010. 12

Beberapa Temuan Lainnya 13

Perizinan Usaha (Arah Perubahan Sejak 2010: Bervariasi) 14

Perizinan Usaha di Sektor Manufaktur Waktu pengurusan izin usaha di sektor manufaktur menjadi lebih baik yaitu antara 15 33 hari kerja pada tahun 2010 menjadi 12 23 hari kerja pada tahun 2014 Working Safety Permit Investment Permit Investment Principle License Nuisance Permit/HO Nuisance Permit/SITU Building Permit Environmental Permit Location Permit Company Registration Trade Permit 12 15 15 15 13 14 13 13 19 21 21 21 19 21 18 23 23 20 23 33 2010 2014 0 5 10 15 20 25 30 35 Jumlah hari mendapatkan izin usaha (manufaktur) 15

Perizinan Usaha di Sektor Jasa Di sektor jasa, waktu pengurusan perizinan usaha menjadi lebih lama yaitu dari 9 sampai 18 hari kerja tahun 2010 menjadi 10 sampai 25 hari kerja tahun 2014 Jumlah hari mendapatkan izin usaha ( jasa) 16

Pendirian PT Waktu untuk pendirian PT pada tahun 2014 lebih cepat dibandingkan tahun 2010, yaitu dari 28 hari kerja menurun menjadi 11 hari kerja Prosedur 2010 Waktu (Hari Kerja) Prosedur 2014 Waktu (Hari Kerja) Pemesanan Nama ke Kemenhum dan HAM 3 Pembuatan Akte Pendirian Perusahaan di Notaris Membeli voucher dan Pemesanan Nama ke Kemenhum dan HAM Pembuatan Akte Pendirian Perusahaan di Notaris 1 Mendapatkan Surat Keterangan Domisili 2 Mendapatkan Surat Keterangan Domisili 3 Membuat Surat penyertaan Modal Membuat Surat penyertaan Modal Mengisi Data Perusahaan dalam sistem online Membayar pemesanan naman dan PNBP 1 sampai mendapat persetujuan dari Kemenhum dan HAM 3 Mengisi Data Perusahaan dalam sistem online 1 Membayar PNBP 1 Mendapat persetujuan dari Kemenhum dan HAM 5 Kemenhum dan HAM mengirimkan soft copy SK PT secara online 1 Mengirimkan dokumen fisik ke Kemenhum dan HAM 2 SK PT dicetak dan distempel oleh notaris 1 SK PT diterbitkan oleh Kemenhum dan HAM 7 Dokumen SK PT diterima oleh Notaris 7 Mengirimkan dokumen fisik ke Percetakan Negara 1 Total Waktu (hari kerja) 28 Total Waktu (hari kerja) 11 17

Infrastruktur (Arah Perubahan Sejak 2010: Bervariasi) 18

Waktu untuk mendapatkan jaringan utilitas Perusahaan Jasa merasakan waktu untuk mendapatkan sambungan listrik, telpon, air dan gas semakin lama di 2014 Bagi perusahaan manufaktur, waktu sambungan air dan gas semakin lama namun sambungan listrik dan telpon dirasakan lebih cepat Manufaktur (Jumlah Hari) Jasa (Jumlah Hari) 19

Kinerja Jaringan Utilitas Perusahaan manufaktur mengalami gangguan layanan listrik dan air yang lebih sedikit di 2014 dibandingkan tahun 2010, namun mengalami gangguan telpon yang lebih banyak. Dibandingkan 2010, frekuensi gangguan utilitas tahun 2014 di perusahaan jasa ada yang lebih sering dan ada yang lebih jarang, namun di perusahaan manufaktur, frekuensi ganguan semua utilitas menjadi lebih tinggi. Frekuensi Gangguan Layanan di Manufaktur Frekuensi Gangguan Layanan di Jasa 20

Kepabeanan (Arah Perubahan Sejak 2010: Bervariasi) 21

Waktu Pengurusan Impor Sedikit Membaik Proses impor melalui jalur hijau sedikit lebih cepat pada tahun 2014 dengan rata-rata 3 hari. Sebaliknya, proses di jalur merah sedikit lebih lama menjadi rata-rata 6 hari. 22

Pungutan tidak resmi di bea cukai berkurang Jumlah perusahaan yang mengaku sering mengalami pungutan tidak resmi berkurang dari 34% 2010 menjadi 21% 2014. 23

Persepsi Umum Terhadap Bea Cukai Sedikit Memburuk Dibandingkan 2010, lebih banyak perusahaan di 2014 yang merasa pengurusan bea cukai lebih lama, lebih kompleks dan lebih mahal 24

Administrasi Perpajakan (Arah Perubahan Sejak 2010: Positif) 25

Waktu Pengurusan Restitusi (Bulan) Waktu pengurusan restitusi pajak lebih singkat di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas PPN bagi perusahaan jasa (stagnan). 26

Nilai Restitusi yang Disetujui (% Nilai yang Dimohonkan) Nilai permohonan restitusi pajak yang disetujui lebih tinggi di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas PPN bagi perusahaan manufaktur. 27

Pembayaran Pungutan Tidak Resmi (% Responden yang Memohon Restitusi) Persentase responden pemohon restitusi yang membayar pungutan tidak resmi lebih rendah di tahun 2014 dibanding 2010. 28

Waktu untuk Mempersiapkan SPT (Hari) Time Spent (Days) 2010 2014 Manufacturing Article 21/26 6.8 4.2 Article 23/26 5.8 3.7 Article 4 (2) 5.9 1.6 Article 22: Import 6.8 3.6 Article 22: Certain Industries' Sales 9.5 3.4 Article 25 (Installment of Income Tax) 4.7 3.7 VAT Out 4.8 4.1 Services Article 21/26 4.5 1.7 Article 23/26 4.8 3.0 Article 4 (2) 4.6 5.0 Article 22: Import 4.8 4.6 Article 25 4.4 2.9 VAT Out 4.9 3.4 Waktu untuk mempersiapkan SPT lebih singkat di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas SPT PPh Final bagi perusahaan jasa. 29

Keperluan Staf Penyusun SPT (Orang) Number of Staffs 2010 2014 Manufacturing Article 21/26 2.2 1.5 Article 23/26 1.6 1.4 Article 4 (2) 1.5 1.4 Article 22: Import 1.6 1.3 Article 22: Certain Industries' Sales 1.8 1.3 Article 25 (Installment of Income tax) 1.1 1.4 VAT Out 1.6 1.4 Services Article 21/26 1.6 1.2 Article 23/26 1.8 1.2 Article 4 (2) 1.5 1.2 Article 22: Import 1.8 1.4 Article 25 1.4 1.1 VAT Out 1.5 1.2 Keperluan staf untuk menyusun SPT lebih sedikit di tahun 2014 dibanding 2010, kecuali atas SPT PPh 25 bagi perusahaan manufaktur. 30

Ketenagakerjaan (Arah Perubahan Sejak 2010: Negatif) 31

Female Worker Regulation Overtime Regulation Social Security Regulation Foreign Worker Regulation Local Worker Regulation Government Monitoring Severance Pay Lay-Off Procedure Minimum Wage 4 6,4 8,7 9 6 10,4 4 4,1 % Responden Manufaktur 5 8,1 5 7,0 20,3 23 14,5 18 18 32,8 Bagi perusahaan manufaktur & jasa, persoalan terbesar terkait regulasi pekerja terletak pada peraturan upah minimum. - 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 2010 2014 Female Worker Regulation Overtime Regulation Social Security Regulation Foreign Worker Regulation Local Worker Regulation Government Monitoring Severance Pay Lay-Off Procedure Minimum Wage 2 2,7 4 4,3 3 3,2 2 2,1 % Responden Jasa 2 3,2 3 4,8 8 8,0 6 6,4 5 13,4 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 2010 2014 32

Worker Strikes Worker Demonstration Conflict with Labor Union Social Security Problems Demand for Salary/Wage Increase 3 5 4 7 5 6 % Responden Manufaktur 7 10 14 19-5 10 15 20 25 2010 2014 Konsisten dengan hasil di bagian regulasi pekerja, masalah terbesar bagi perusahaan manufaktur dan jasa adalah permintaan kenaikan gaji/upah. Worker Strikes Worker Demonstration Conflict with Labor Union Social Security Problems Demand for Salary/Wage Increase 1,0 0,5 2,0 1,6 2,0 % Responden Jasa 4,3 4,0 6,4 6,0 12,3-2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 2010 2014 33

Biaya Untuk Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan (% biaya produksi untuk manufaktur dan % nilai penjualan untuk jasa) 12 10 8 6 4 2 10 Kendati demikian, antara tahun 2010 dan 2014 biaya untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan menurun secara proporsional baik terhadap total biaya produksi perusahaan manufaktur maupun terhadap total penjualan perusahaan jasa. 2 5 4 0 2010 2014 2010 2014 34

Kepastian Regulasi (Arah Perubahan Sejak 2010: Positif) 35

Menurut perusahaan jasa, tingkat kepastian regulasi di tahun 2014 secara umum lebih baik dibandingkan tahun 2010, sementara untuk perusahaan manufaktur cenderung sama antara tahun 2010 dan 2014 Level Of Certainty (% of Respondent) Manufacture 2010 Manufacture 2014 Service 2010 Service 2014 Central Local Central Local Central Local Central Govt. Govt. Govt. Govt. Govt. Govt. Govt. Local Govt. More Certain 24 14 20 18 22 11 21 21 Remained the Same 70 77 74 72 71 78 73 75 More Uncertain 6 9 6 10 7 11 5 4 36

Hubungan dengan Birokrasi (Arah Perubahan Sejak 2010: Positif) 37

Bagi perusahaan jasa maupun manufaktur persentase perusahaan yang menjawab tidak pernah membayar biaya tidak resmi, mengalami peningkatan antara tahun 2010 dan 2014 Unofficial Manufacturing Service Payment Obs. In 2014 2014 (%) 2010 (%) Obs. in 2014 2014 (%) 2010 (%) Never 69 20 15 66 35 22 Very Rarely 61 18 22 40 21 30 Rarely 104 30 25 40 21 22 Not Often 79 23 19 25 13 11 Often 27 8 16 13 7 11 Very Often 3 1 3 3 2 5 Total 343 187 38

Antara tahun 2010 dan 2014 rata-rata biaya tidak resmi terhadap total biaya produksi (manufaktur) menurun, sementara terhadap penjualan (jasa) meningkat sangat sedikit 39

Antara tahun 2010 dan 2014 rata-rata alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menemui aparat pemerintah terhadap total jam kerja di perusahaan manufaktur menurun sementara di perusahaan jasa meningkat % of Time Spent meeting GOI officers/total Manufacture Service Working Time 2010 2014 2010 2014 <5 81 89.7 90.3 81.7 5-15 15.3 8.5 8.1 14.5 15-25 3.7 1.2 1.7 1.6 25-50 0 0.6 0 1.1 50-75 0 0.0 0 1.1 >75 0 0.0 0 0.0 40

Average Time Government Institution for Each Visit (minutes) 2010 2014 Township/Kelurahan 29 18 Sub-District/Kecamatan 28 19 Local Labour Office 50 22 Local Industry Office 42 20 Police 27 19 TNI 27 19 Tax Office 54 18 Customs Office 75 18 Local Trade & Commerce Office 29 23 Local Cooperatives & SME Office 43 24 Local Health Office 36 20 Local Social Office 39 23 Foods & Drugs Agency 67 22 Local Transportation Office n/a 9 Antara tahun 2010 dan 2014, rata-rata waktu kunjungan per menit menurut jenis aparatur pemerintah menurun 41

Kesimpulan dan Rekomendasi 42

Kesimpulan Indikator Izin Usaha (waktu pengurusan) Infrastruktur & Jasanya Proses Bea & Cukai Peraturan dan Isu Ketenagakerjaan Legalisasi Perusahaan Administrasi Perpajakan Kepastian Peraturan Hubungan dengan Birokrasi Arah Perubahan sejak 2010 Bervariasi Bervariasi Bervariasi Negatif Positif Positif Positif Positif 43

Paket Oktober 2013 Arah Perubahan sejak 2010 Memulai Usaha Badan usaha (Perseroan Terbatas/PT) dapat didirikan melalui sistem daring (online) Penyederhanaan proses penerbitan Surat Izin Usaha Permanen (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Memperoleh Pasokan Listrik Penyederhanaan prosedur dan berkurangnya biaya serta waktu untuk memperoleh sambungan listrik Positif Positif Bervariasi Pendaftaran Properti Pengurangan waktu untuk pemeriksaan sertifikat tanah dan pengalihan hak atas tanah Positif Mengurus Izin Mendirikan Bangunan Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) secara daring (online) Penyediaan layanan air bersih semakin cepat (PDAM) Penyediaan jasa sambungan telepon semakin cepat (Telkom) Bervariasi Negatif Bervariasi 44

Beberapa Kesimpulan Kondisi Perekonomian: Pemerintah perlu menjaga kestabilan makroekonomi dengan penekanan pada tingkat kepastian berusaha bagi investor. Perizinan: Mempermudah proses perizinan usaha sehingga waktu yang diperlukan menjadi lebih singkat. Infrastruktur: Mempercepat proses sambungan jaringan pasokan gas kepada perusahaan manufaktur Ketenagakerjaan: Memperbaiki aturan ketenagakerjaan agar lebih fleksibel terutama terkait upah minimum dan jaminan sosial. 45

Terimakasih Atas Perhatiannya www.lpem.org 46