I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR


BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN II 2017

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG TRIWULAN III TAHUN 2011

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN III 2016

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011


I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

BAB IV GAMBARAN UMUM

No. 05/02/81/Th.VI, 2 Pebruari 2015

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada


PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya menunjukkan kontribusi yang signifikan disamping sektor pertanian. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor Industri lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor Industri memegang peran kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor Industri memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sektor lain, hal itu dikarenakan nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor Industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor Industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor Industri. Selama Pembangunan Jangka Panjang 1, struktur perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan dari dominasi sektor pertanian beralih ke sektor industri, penurunan peran sektor ini terlihat dari menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional. Sehingga transformasi struktur ekonomi Indonesia yang semula pertanian tidak dapat dihindarkan, karena kesadaran akan keterbatasan sektor primer (pertanian) yang selama ini mendominasi perekonomian indonesia. Pertumbuhan ekonomi nasional tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor industri pengolahan yang menjadi primadona perekonomian Indonesia. Sejak tahun 1991 sektor industri telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pertumbuhan sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu positif, dan meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi baik domestik maupun internasional telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi peringkat pertama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1991. Pembangunan sektor industri pengolahan secara

2 bertahap telah berhasil membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional, selain memberikan sumbangan yang besar terhadap PDB, sektor ini juga berperan dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tabel 1.1. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2007-2011 Tahun Lapangan Usaha 2007 1.Pertanian 271,5 (13,82%) 2.Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 171,2 (8,72%) 538,0 (27,39%) 13,5 (0,69%) 5.Konstruksi 121,8 (6,20%) 2008 284,6 (13,67%) 172,4 (8,28%) 557,7 (26,79%) 14,9 (0,72%) 130,9 (6,29%) 2009 295,9 (13,58%) 180,2 (8,27%) 570,1 (26,16%) 17,1 (0,78%) 140,3 (6,44%) 2010 304,7 (13,17%) 186,6 (8,06%) 597,1 (25,81%) 18,1 (0,78%) 150,0 (6,48%) 2011 313,7 (12,74%) 189,2 (7,68%) 634,2 (25,75%) 18,9 (0,77%) 160,1 (6,50%) 6.Perdagangan, Hotel dan Restoran 340,4 (17,33%) 7.Pengangkutan dan Komunikasi 142,3 (7,25%) 363,8 (17,47%) 165,9 (7,97%) 368,5 (16,91%) 192,2 (8,82%) 400,5 (17,31%) 218,0 (9,42%) 437,2 (17,75%) 241,3 (9,80%) 8.Lembaga keuangan dan Jasa 183,6 (9,35%) 198,7 (9,55%) 209,2 (9,60%) 221,0 (9,55%) 236,1 (9,59%) 9.Jasa-jasa 181,7 193,0 (9,25%) (9,27%) 1.964,3 2.082,3 Total Sumber: BPS, 2012. Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen. 205,8 (9,44%) 2.178,9 217,8 (9,41%) 2.313,8 232,5 (9,44%) 2.463,2 Berdasarkan Tabel 1.1 sektor industri pengolahan merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 terbesar pada tahun 2007 hingga tahun 2011 secara berturut-turut adalah sektor industri pengolahan yang pada tahun 2007 mencapai Rp 538,0 triliun dengan kontribusi sebesar 27,39 persen dari total PDB, tahun 2008 mencapai nilai Rp 557,7 triliun dengan kontribusi sebesar 26,79 persen, tahun 2009 mencapai Rp 570,1 triliun dengan kontribusi sebesar 26,16 persen dari total PDB, tahun 2010 mencapai Rp

3 597,1 triliun dengan kontribusi sebesar 25,81 persen dan pada tahun 2011 PDB sektor industri pengolahan mempunyai nilai sebesar Rp 634,2 triliun yang mempunyai kontribusi sebesar 25,75 persen dari total PDB. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mampu menjadi penyumbang nilai tambah yang dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian dan sektor-sektor yang lainnya. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu faktor pendorong yang sangat kuat dan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing mampu menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, pengembangan teknologi dan produksi suatu komoditi. Potensi yang besar dimiliki oleh Indonesia dalam menanamkan modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal luar negeri (PMA). Hal tersebut dikarenakan di Indonesia masih tersedianya sumber daya alam (SDA) yang sangat luas, jumlah penduduk yang besar dan tersedianya jumlah tenaga kerja yang banyak, sehingga dapat menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, Tahun 2006-2010 Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian,Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan 527,0 4.177,2 3.578,8 3.686,0 1.238,5 2. Pertambangan dan Penggalian 448,5 1.324,6 21,0 691,4 519,2 3. Industri Pengolahan 10.517,9 20.931,1 13.012,7 26.289,8 15.914,8 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0 0,1 88,0 746,4 519,8 5. Konstruksi 1.882,6 2.461,7 538,6 2.110,7 881,2 6. Perdagangan 349,2 350,6 345,8 143,0 594,8 7. Hotel dan Restoran 103,4 210,8 180,2 127,7 238,6 8. Pengangkutan dan Komunikasi 1.220,6 637,5 1.227,7 286,2 429,2 9. Keuangan,Real estat dan Jasa Perusahaan 0,9 46,9 45,6 0,0 0,8 10.Jasa-jasa 214,5 724,1 1.610,6 797,5 26,4 Total 15.264,6 30.864,5 20.649,0 34.878,7 20.363,3 Sumber: BKPM, 2011.

4 Sektor industri merupakan sektor utama yang menyerap banyak investor domestik. Berdasarkan Tabel 1.2, pada tahun 2006, realisasi investasi domestik di sektor industri pengolahan mencapai Rp. 10.517,9 milyar, pada tahun 2007 sebesar Rp. 20.931,1 milyar yang artinya mengalami kenaikan investasi sebesar Rp. 10.413,2 milyar, dilanjutkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan investasi dalam negeri di sektor industri pengolahan hingga mencapai sebesar Rp. 13.012,7 milyar, pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai Rp. 26.289,8 milyar dan terakhir pada tahun 2010 realisasi investasi dalam negeri di sektor industri pengolahan mengalami penurunan yang drastis hingga menunjukkan jumlah sebesar Rp. 15.914,8 milyar. Indonesia adalah Negara berkembang yang masih membutuhkan sumbangan dalam bentuk investasi untuk mendapatkan pertumbuhan yang berkesinambungan dan investasi yang memiliki multiplier effect yang besar terhadap terjadinya nilai tambah ekonomi di berbagai sektor lainnya. Sumber investasi tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Tabel 1.3. Perkembangan Realisasi Investasi (Atas Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, Tahun 2006-2010 2006 2007 2008 2009 2010 Sektor 1.Pertanian,Peternakan,Kehutanan, dan Perikanan 186,5 348,9 434,4 289,5 154,2 2.Pertambangan dan Penggalian 122 58,9 98,0 309,8 181,4 3. Industri Pengolahan 2.803,30 3.502,10 3.619,7 4.697,0 4.515,2 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 6,1 68,7 105,3 119,3 26,9 5.Konstruksi 385,6 921,9 144,2 448,2 426,7 6.perdagangan 573,5 412,7 434,2 482,9 582,2 7.Hotel dan Restoran 188,7 147,8 111,5 136,4 156,9 8.Pengangkutan dan Komunikasi 103,8 2.946,80 646,0 3.305,2 8.529,9 9.Keuangan,Real estat dan Jasa Perusahaan 35,2 208,3 254,0 64,5 174,9 10.Jasa-jasa 196,4 298,5 144,4 488,6 123,1 Total 4.601,1 8.914,6 5.991,7 10.341,4 14.871,4 Sumber: BKPM, 2011. Pada Tabel 1.3 dapat menunjukkan bahwa jumlah investasi di sektor industri pengolahan yang berasal dari luar negeri pada tahun 2006 adalah sebesar US$ 2.803,30 juta, tahun 2007 sebesar US$ 3.502,10 juta, tahun 2008 sebesar

5 US$ 3.619,7 juta, kemudian terjadi peningkatan jumlah penanaman modal asing pada tahun 2009 yaitu menjadi sebesar US$ 4.697,0 juta, hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi investasi asing yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang konstan. Namun pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga mencapai sebesar US$ 4.515,2 juta. Dalam hal ini menunjukkan bahwa jumlah investasi yang ditanamkan pada sektor industri pengolahan merupakan yang terbesar apabila dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditanamkan pada sektor-sektor lainnya. Tabel 1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2005 2009 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 2005 2006 Tahun 2007 2008 2009 1.Pertanian 41.309.776 (43,97%) 40.136.242 (42,05%) 41.206.474 (41,24%) 41.331.706 (40,03%) 43.029.493 (41,18%) 2.Pertambangan dan Penggalian 904.194 (0,96%) 923.591 (0,97%) 994.614 (0,96%) 1.070.540 (1,04%) 1.139.495 (1,09%) 3. Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air Bersih 5.Konstruksi 11.952.985 (12,72%) 194.642 (0,21%) 4.565.454 (4,86%) 11.890.170 (12,46%) 228.018 (0,24%) 4.697.354 (4,92%) 12.368.729 (12,38%) 174.884 (0,18%) 5.252.581 (5,26%) 12.549.376 (12,24%) 201.114 (0,20%) 5.438.965 (5,30%) 12.615.440 (12,07%) 209.441 (0,20%) 4.610.695 (4,41%) 6.Perdagangan 17.192.781 (18,3%) 7.Hotel dan restoran 716.365 (0,76%) 8.Pengangkutan dan Komunikasi 9.Keuangan,Real estat dan Jasa Perusahaan 10.Jasa-jasa 5.652.841 (6,02%) 1.141.852 (1,22%) 10.327.496 (10,99%) 18.447.033 (19,32%) 768.626 (0,81%) 5.663.956 (5,93%) 1.346.044 (1,41%) 11.355.900 (11,90%) 19.732.464 (19,75%) 822.186 (0,82%) 5.958.811 (5,96%) 1.399.940 (1,40%) 12.019.984 (12,03%) 20.372.874 (19,87%) 848.869 (0,83%) 6.179.503 (6,03%) 1.459.985 (1,42%) 12.099.817 (12,77%) 20.972.403 (20,07%) 864.365 (0,83%) 5.947.673 (5,69%) 1.484.598 (1,42%) 12.611.841 (13,03%) 93.958.387 Total Sumber: BPS, 2010. Keterangan : ( ) = Pangsa dalam persen 95.456.935 99.930.217 102.552.750 104.485.544 Dilihat dari kontribusinya, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang menjadi penyumbang terbesar dalam PDB maka dalam proses pembangunan ekonomi sektor industri dijadikan prioritas pembangunan yang diharapkan mampu

6 mendorong perekonomian Indonesia yang sedang berkembang. Dengan didukung oleh sumber daya manusia yang melimpah, maka sektor industri pengolahan diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang besar. Berdasarkan Tabel 1.4 menunjukkan bahwa pada kenyataannya penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan kurang mampu untuk menyerap tenaga kerja. Kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDB di Indonesia tidak sebanding dengan daya serap tenaga kerjanya. Sektor industri pengolahan yang merupakan leading sektor mempunyai PDB yang paling tinggi dibanding dengan sektor-sektor yang lain tetapi sektor tersebut hanya mampu menduduki peringkat ketiga dalam penyerapan tenaga kerjanya setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan. Berdasarkan uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia? 2. Bagaimana keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perekonomian lainnya di Indonesia? 3. Bagaimana dampak multiplier yang ditimbulkan sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia? 4. Bagaimana dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan perkembangan sektor industri pengolahan di Indonesia. 2. Menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perekonomian lain di Indonesia. 3. Menganalisis dampak multiplier yang ditimbulkan oleh sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia. 4. Menganalisis dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor perekonomian lain di Indonesia.

7 1.4. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah pembangunan sektor industri pengolahan di Indonesia agar dapat menunjang sektor-sektor lainnya. 2. Sebagai acuan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitiannya lebih lanjut. 3. Bagi penulis dan pembaca, untuk meningkatkan wawasan pengetahuan tentang perkembangan sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di Indonesia. 1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis peranan dan dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di ini difokuskan pada sektor industri pengolahan saja. Penelitian ini menggunakan Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Kesepuluh sektor tersebut yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan dalam klasifikasi 17 sektor tersebut merupakan gabungan antara 10 sektor utama dan 8 subsektor industri diantaranya yaitu : 1) Sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, 2) Sektor industri Tekstil, Pakaian Jadi, kulit dan alas kaki, 3) Sektor Industri Bambu, Kayu dan Rotan, 4) Sektor Industri Kertas, Barang dari kertas dan Karton, 5) Sektor Industri Kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan minyak, 6) Sektor Industri Semen dan barang bukan logam, 7) Sektor Industri Logam dasar, 8) Sektor Industri lainnya. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah bagaimana dan berapa besar dampak investasi sektor industri pengolahan terhadap perekonomian di Indonesia dengan menggunakan analisis Input-Output. Analasis pada penelitian ini meliputi analisis keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), dan

8 analisis multiplier (output, pendapatan, dan tenaga kerja). Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran berguna untuk melihat distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya.