BAB I PENDAHULUAN. bersaing di tengah kehidupan yang semakin global. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD se-gugus Karangmojo III yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB II KAJIAN TEORI. media kata-kata/bahasa tulis (Henry Guntur Tarigan, 2008: 7). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kompetensi agar menjadi manusia yang berkarakter baik secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain kita tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATANANG S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. akal pikiran untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia dan Matematika di SD memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, karena

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut pendapat Pelly (Haryadi dan Zamzani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahyu Handining Tyas, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat memudahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

meggunakan metode penemuan. Secara umum, manfaat metode penemuan dalam proses pembelajaran matematika konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai dasar untuk memahami ilmu-ilmu pengetahuan yang lain.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN SISWA DI KELAS VIIA SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kelangsungan hidupnya sehari-hari. Bicara mengenai matematika

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

permasalahannya Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah di bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya ini merupakan aset penting dalam melaksanakan pembangunan nasional sehingga dapat memajukan bangsa dan negara serta mampu bersaing di tengah kehidupan yang semakin global. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Pasal 17 ayat 1 tercantum bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Jelas, pendidikan dasar sebagai pondasi awal untuk melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk pendidikan dasar yang akan memberikan berbagai bekal bagi siswa. Suharjo (2006: 1) menambahkan pendidikan di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya dan mempersiapkan mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memegang peranan penting dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas. Di sinilah peran guru sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran. Seperti pendapat Wina Sanjaya (2008: 15), keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang 1

menentukan. Hal ini dikarenakan guru sebagai orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Tugas guru di Sekolah Dasar yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik merupakan tugas utama dalam menyiapkan siswa menjadi manusia yang berkepribadian baik. Selain itu, guru memiliki tugas untuk mengajarkan konsepkonsep dasar secara benar di setiap materi pembelajaran dan merancang lingkungan belajar sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Tugas guru yang lainnya yaitu melatih siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal hidup di masyarakat. Di era seperti sekarang ini, siswa dituntut dapat menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan IPTEK tidak lepas dari peranan bahasa sebagai alat berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Sabarti Akhadiah, dkk (1992/1993: 2) mengemukakan, peranan bahasa yaitu sarana utama dalam berpikir dan bernalar. Manusia berpikir tidak hanya menggunakan otak, melainkan juga bahasa. Bahasa digunakan oleh manusia untuk mengemukakan pikiran, perasaan, dan sikapnya baik lisan maupun tertulis. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2012: 351) bahwa dalam kenyataan kehidupan, sebagian besar informasi diterima manusia lewat saluran bunyi atau tulisan, maka betapa penting kompetensi berbahasa bagi kehidupan kita. Oleh karena itu, bahasa sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperlukan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dikembangkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Tujuannya agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis. Ada empat aspek 2

keterampilan berbahasa yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan inilah sebagai modal siswa dalam berkomunikasi sehari-hari. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak bahkan yang melalui lisan pun juga bisa dilengkapi dengan tulisan. Melalui membaca, siswa dapat memperoleh pengetahuan, ilmu, dan informasi yang sebanyak-banyaknya. Farida Rahim (2008: 1) berpendapat bahwa masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Pembelajaran membaca di Sekolah Dasar dibedakan menjadi dua yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II, sedangkan membaca lanjut diberikan sejak kelas III. Tujuan membaca lanjut menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992/1993: 37) adalah agar siswa mampu memahami, menafsirkan, dan menghayati isi bacaan. Pendapat tersebut juga didukung oleh Depdiknas (2009: 1) bahwa membaca lanjut menitikberatkan pada pemahaman teks. Pembelajaran membaca lanjut ini diberikan melalui subpokok bahasan membaca pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman tidak diperoleh secara turun-temurun, melainkan dari proses belajar secara tekun. Apabila pembelajaran membaca pemahaman diselenggarakan dengan baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan belajar siswa pada masa mendatang. Melalui pembelajaran membaca pemahaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, siswa tidak 3

saja memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya, melainkan juga dalam kemampuan bernalar, kreativitas, dan penghayatannya tentang nilai-nilai moral (Sabarti Akhadiah, 1992/1993: 37). Akan tetapi, pembelajaran membaca saat ini kurang mendapatkan perhatian yang baik. Seperti yang dikemukakan oleh Pelly (Haryadi dan Zamzani, 1996/1997: 75) pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok kini kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru. Siswa kurang memiliki motivasi untuk membaca. Di dalam proses pembelajaran, guru diharapkan dapat merancang kegiatan membaca sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar membaca. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam membaca, akan semakin tinggi pula keterampilannya dalam memahami isi/informasi yang diperoleh. Untuk itu, diperlukan metode yang bervariasi dan menarik dalam pembelajaran membaca agar tidak terkesan monoton. Kenyataan di lapangan, sebagian besar siswa kurang memiliki motivasi dalam membaca. Seperti dari observasi di dua Sekolah Dasar Gugus Karangmojo III bahwa pada jam istirahat siswa lebih senang jajan dan bermain bersama teman-temannya daripada mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku. Siswa juga melakukan kegiatan membaca apabila ada tugas dari guru dan saat akan ulangan sedangkan pada waktu luang seperti sepulang sekolah atau hari libur, digunakan untuk bermain dan menonton televisi. Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV di SD Karangmojo III mengemukakan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa masih tergolong 4

rendah. Pada saat pembelajaran membaca pemahaman, siswa melakukan kegiatan membaca suatu bacaan. Selanjutnya siswa berdiskusi dengan teman satu meja untuk menemukan ide pokok dan menuliskan kalimat utama setiap paragraf dari bacaan. Di samping itu, siswa juga menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan. Dalam kegiatan tersebut, siswa berkonsentrasi penuh agar dapat memahami bacaan. Akan tetapi, siswa cenderung kurang berkonsentrasi sehingga pemahaman terhadap isi bacaan menjadi kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menemukan ide pokok dan menuliskan kalimat utama setiap paragraf meskipun guru telah menjelaskan sebelumnya. Jawaban yang diberikan siswa berkaitan dengan isi bacaan pun juga masih kurang tepat. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Gendangan menjelaskan bahwa kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan masih kurang. Pada saat siswa membaca suatu bacaan, ada beberapa siswa yang membacanya bersuara dengan disertai mulut bergerak dan menggunakan alat bantu dalam membaca seperti telunjuk tangan ataupun pena. Hampir semua siswa masih membuka kembali bacaan yang sudah dibaca untuk menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan. Bahkan meskipun sudah membuka kembali bacaan, jawaban yang diberikan oleh siswa masih banyak yang kurang tepat. Padahal kemampuan membaca pemahaman itu penting. Melalui kegiatan membaca pemahaman, siswa tidak hanya memperoleh wawasan luas, tetapi juga sebagai bekal dalam menguasai mata pelajaran lainnya. Burhan Nurgiyantoro (2012: 370) mengemukakan kompetensi membaca yang baik diperlukan dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur mata pelajaran 5

yang lain. Senada dengan hal itu, Sabarti Akhadiah, dkk (1992/1993: 14) berpendapat, pengajaran membaca akan sangat membantu siswa dalam memahami bidang ilmu yang dipelajari melalui mata pelajaran lain. Contohnya mata pelajaran IPS, IPA, PKn, dan matematika khususnya pada soal cerita. Menurut Ebbutt dan Straker (Marsigit, 2003: 2) mendefinisikan matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan, kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, kegiatan pemecahan masalah, dan sebagai alat komunikasi. Melalui matematika diharapkan siswa memliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama dalam memecahkan masalah. Dalam memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Pemecahan masalah di dalam matematika terdapat dalam soal cerita. Seperti yang dikemukakan oleh Erman Suherman, dkk (2001: 85) pemecahan-masalah matematika termasuk dalam soal cerita. Melalui soal cerita, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, dan penalaran terhadap isi permasalahan. Isi permasalahan tersebut diambil dari kejadian sehari-hari yang lebih dekat dengan kehidupan anak (Erman Suherman, dkk, 2001: 88). Di sinilah keterampilan siswa dalam memahami soal cerita dibutuhkan. Siswa dapat memahami soal dengan baik melalui kegiatan membaca pemahaman. Dari hasil observasi di gugus Karangmojo III hampir semua siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan sehingga siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan 6

dalam mengerjakan soal cerita. Kesulitan tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami soal yang menjadi fokus permasalahan. Saat menyelesaikan soal cerita, siswa cenderung membutuhkan waktu yang lama. Ada juga yang berulang-ulang dalam membaca soal hanya untuk menemukan permasalahannya. Meskipun dapat menyelesaikan soal, tetapi jawabannya juga kurang tepat. Selain itu, ada siswa yang kurang teliti dalam mengerjakan soal karena ingin cepat selesai sehingga hanya membaca soal dengan sekilas. Padahal mengerjakan soal cerita dibutuhkan ketelitian baik teliti dalam memahami permasalahan dan menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika. Depdiknas (2009: 111) berpendapat, pada umumnya soal cerita kurang dapat dikuasai oleh para siswa. Penyebabnya adalah siswa kurang paham terhadap tahapantahapan dalam menyelesaikan suatu soal cerita. Tahapan yang dimaksud antara lain mendata hal-hal yang diketahui, mencermati apa yang ditanyakan, dan menyelesaikan masalah yang termuat dalam soal. Ketiga tahapan itu membutuhkan kemampuan memahami soal sehingga nantinya dapat menyelesaikan soal dengan benar. Kemampuan memahami soal inilah yang dilakukan siswa melalui membaca pemahaman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kurangnya motivasi siswa dalam membaca. 2. Rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV. 3. Kurangnya konsentrasi siswa dalam membaca pemahaman. 7

4. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dan menakutkan. 5. Kurangnya kemampuan siswa kelas IV dalam menyelesaikan soal cerita matematika. 6. Ketidaktelitian siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi pada kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV dan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Sejauh mana hubungan antara membaca pemahaman dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV SD se-gugus Karangmojo III Gunungkidul? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara membaca pemahaman dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV SD se-gugus Karangmojo III Gunungkidul. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan untuk digunakan pada penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Sekolah 8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah agar lebih meningkatkan motivasi siswa dalam membaca. b. Guru Dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca terlebih membaca pemahaman sehingga dapat memudahkan siswa dalam menguasai ilmu lain. c. Siswa 1) Menumbuhkan motivasi siswa agar gemar membaca. 2) Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa kemampuan membaca pemahaman itu penting dalam rangka menguasai ilmu lainnya, salah satunya dalam memecahkan masalah matematika dalam bentuk soal cerita. d. Masyarakat 1) Memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang pentingnya membaca dan kaitannya dengan ilmu lain. 2) Memotivasi masyarakat dalam meningkatkan kegiatan membaca. G. Definisi Operasional Variabel 1. Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan siswa sehingga dapat menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan, menyebutkan contoh penerapan ide/isi bacaan dalam kehidupan sehari-hari, menentukan kalimat utama setiap paragraf, dan menentukan ide pokok setiap paragraf. 9

2. Kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah keterampilan menyelesaikan soalsoal matematika dalam bentuk cerita atau bacaan pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 10