PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR : 3 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 3

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2000 SERI B NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

b. bahwa untuk melaksanakan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 7 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 7

PERDA NO. 24 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DATI II KOLAKA NOMOR 24 TAHUN 1999 SERI B NOMOR 14

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 3

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 4 Tanggal: 25 Juni 1999 Seri: B Nomor : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 5 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 5

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 20 TAHUN : 1999 SERI : B NOMOR : 13

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor: 12 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri: B Nomor : 12

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : B NOMOR : 9

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor: 9 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri: B Nomor : 9

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 49

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBORAN AIR BAWAH TANAH DAN IZIN PEMAKAIAN AIR BAWAH TANAH

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 17 TAHUN 2006 RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta)

1 of 5 02/09/09 11:36

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR : 3/B TAHUN : 1999 SERI : B

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 56 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 14 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 8

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II ACEH TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2013

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

TENTANG BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 42 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 39 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PENYEDOTAN KAKUS

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 19 tahun 1998 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 998 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II TARAKAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, maka Retribusi Tempat Khusus Parkir merupakan jenis retribusi Daerah Tingkat II; b. bahwa untuk memungut retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.. Undang-undang Nomor 5 Tahun 97 tentang Pokok Pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 97 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 07);. Undang-undang Nomor 8 Tahun 98 tentang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Tahun 98 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 09);. Undang-undang Nomor 8 Tahun 997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 997 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Nomor 685);. Undang-undang Nomor 9 Tahun 997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 997 Nomor 8); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 0 Tahun 997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 69); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 99 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; 0. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 75 Tahun 997 tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II; Menetapkan

Menetapkan : Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN MEMUTUSKAN PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan; c. Kepala Daerah adalah Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tarakan; d. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; f. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; g. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan agar disain, pelaksanaan pembangunan, dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan koefisien dasar bangunan(kdb), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselematan bagi yang menempati bangunan tersebut; h. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan, termasuk merubah bangunan; i. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi; j. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan izin trayek; k. Bangunan adalah bangunan gedung beserta bangunan-bangunan yang secara langsung merupakan kelengkapan dari bangunangedung tersebut dalam batas satu pemilikan; l. Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan; m. Merubah bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau menambah bangunan yang ada, termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bangunan tersebut; n. Garis..

n. Garis Sempadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, as sungai atau as pagar yang merupakan batas antara bagian kapling atau pekarangan yang boleh dan yang tidak boleh dibangun bangunan-bangunan; o. Koefisien Dasar Bangunan adalah bilangan Pokok atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kapling/pekarangan; p. Koefisien Lantai Bangunan adalah bilangan pokok atas perbandingan antara jumlah luas lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan; q. Koefisien Tingkat Bangunan adalah tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik teratas dari bangunan tersebut; r. Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan lebih dari 5 (lima belas) tahun; s. Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan 5 (l9ma) sampai dengan 5 (limabelas) tahun; t. Bangunan Temporer adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 (l9ma) tahun; u. Harga Bangunan adalah harga bangunan menurut perhitungan analisa yang telah diperiksa kebenarannya oleh Instansi Teknis yang ditunjuk oleh Kepala Daerah; v. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan; w. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda; x. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi Daerah; y. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. B A B II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin Mendirikan Bangunan. Pasal () Obyek Retribusi adalah Pemberian Izion Mendirikan Bangunan; () Tidak termasuk obyek Retribusi adalah pemberian Izin Mendirikan Bangunan kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Pasal Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat izin Mendirikan Bangunan. B A B III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 () Tingkat penggunaan jasa Retribusi Izin Mendirikan Bangunan diukur dengan rumus yang didasarkan atas koefisien Kota/daerah, koefisien kelas jalan, koefisien guna Bangunan, Koefisien kelas bangunan, koefisien status bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien tingkat bangunan; () Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat () diberikan bobot (koefisien); () Penetapan koefisien-koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat ()adalah sebagai berikut: a. Koefisien Kota/Daerah. No HIRARKI KOTA/DAERAH KOEFISIEN Bangunan di pusat Kota/BWK pusat I Bangunan di tengah Kota/BWK II Bangunan di pinggiran Kota/BWK III Bangunan di Wilayah Kota/BWK IV.0 0,65 0,5 0,5 b. Koefisien kelas Jalan. No KELAS JALAN KOEFISIEN 5 Bangunan di pinggir Jalan Protokol/utama Kota. Bangunan di pinggir Jalan Kolektor. Bangunan di pinggir Jalan antar Lingkungan. Bangunan di pinggir Jalan Lokal. Bangunan tidak ditepi Jalan.,00,50,5 0,75 c. Koefisien Guna Bangunan. No GUNA BANGUNAN KOEFISIEN 5 6 7 8 9 0 Bangunan Sosial. Bangunan Perumahan. Bangunan Fasilitas Umum. Bangunan Pendidikan. Bangunan Kelembagaan/Kantor. Bangunan Perdagangan dan Jasa. Bangunan Industri. Bangunan Khusus. Bangunan Campuran. Bangunan lain-lain. 0,50,50,00,00,50,75,00 d. Koefisien Kelas Bangunan. No KELAS BANGUNAN KOEFISIEN Permanen dengan dinding batu bata dengan konstruksi beton baja. Permanen dengan dinding batu biasa. Semi Permanen dengan dinding papan/kotangan Temporer dengan dinding papan/bambu. 0,75 0,50 0,0

e. Koefisien Status Bangunan. No STATUS BANGUNAN KOEFISIEN Bangunan Pemerintah Bangunan Swasta,50 f. Koefisien Luas Bangunan. No LUAS BANGUNAN KOEFISIEN 5 6 7 8 Bangunan dengan luas s/d 50 m Bangunan dengan luas s/d 00 m Bangunan dengan luas s/d 50 m Bangunan dengan luas s/d 500 m Bangunan dengan luas s/d 000 m Bangunan dengan luas s/d 000 m Bangunan dengan luas s/d 000 m Bangunan dengan luas > 000 m 0,75,50,50,50,00,50 5,00 g. Koefisien Tingkat Bangunan. No LUAS BANGUNAN KOEFISIEN 5 Bangunan lantai Bangunan lantai Bangunan lantai Bangunan lantai Bangunan 5 lantai,50,50,00,00 () Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan perkalian koefisenkoefisien sebagaimana dimaksud pada ayat () huruf a samapi dengan huruf g pasal ini. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP Pasal 7 () Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan atas tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin mendirikan bangunan; () Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat () meliputi biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut : () Tarif Izin Mendirikan Bangunan terdiri dari : a. Biaya Pemeriksanaan, koreksi dan pemetaan gambar sebesar 0, % dari nilai bangunan; b. Biaya.

b. Biaya Pengecekan, pengukuran lokasi, transportasi dan pembauatan papan Izin Mendirikan Bangunan sebesar 0,5 % dari nilai bangunan; c. Biaya sempadan ditetapkan sebesar % dari nilai bangunan () Nilai bangunan sebagaiamana dimaksdud pada ayat () pasal ini adalam hasil perkalian masing-masing koefisien sebagaiaman dimaksud pada pasal 6 ayat huruf a sampai dengan huruf g terhadap harga bangunan; () Besarnya harga standar bangunan ditentukan oleh Kepala Daerah; BAB VII CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI Pasal 9 Besarnya retribusi yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat () dengan tarif sebagaimana dimaksud poada pasal 8 ayat (). BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 0 Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah Daerah tempat pemberian izin mendirikan bangunan diberikan. BAB IX MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG Pasal Masa Retribusi adalah jangka waktu lamanya 5 (lima) tahun dan Wajib didaftar ulang setahun sekali. Pasal Saat Retribusi terhutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB X TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal () Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan; () Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT. BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal Dalam..

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 0 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 5 () Pembayaran Retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus dimuka; () Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB XIII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 6 () Pengeluaran Surat Teguran / Peringatan Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran; () Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terhutang; () Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat () dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk. BAB XIV PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 7 () Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi; () Pemberian pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat () dengan memperhatikan kemampuan masyarakat, antara lain, dapat diberikan kepada orang cacat, pelajar atau mahasiswa; () Pemberian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (), antara lain, untuk Wajib Retribusi yang berusia lanjut atau yang berusia 60 tahun keatas; () Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah. BABA XV KADALUWARSA Pasal 8 () Penagihan.

(). Penagihan Retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi Daerah; (). Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat () Pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau; b. Ada pengakuan hutang Retribusi dari wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 0 () Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak (empat) kali jumlah Retribusi yang terhutang; () Tindak pidana yang dimaksud pada ayat () Pasal ini adalah pelanggaran BAB XVII PENYIDIKAN Pasal () Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. () Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat () adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; i. Memanggil orang atau didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Manghentikan..

j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. () Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat () memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 98 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal Hal hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan. 998 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN KETUA, ttd Ditetapkan di Tarakan pada tanggal 7 Desember PJ. WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II TARAKAN, ttd H. ALI ACHMAD DRS. H. ASRAN BULKIS DISAHKAN Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Tanggal 7 Mei 999 Nomor : 97. 7 Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan Nomor : 07 Seri B Tahun 999 Tanggal Juli 999 SEKRETARIS DAERAH KOTA TARAKAN, ttd DRS. H. ABDUSSAMAD. Pembina Tingkat I NIP. 00 08 9

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 998 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN I. PENJELASAN UMUM Guna mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, pembiayaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang berasal dari retribusi Daerah perlu terus dioptimalkan, sejalan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, serta usaha untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah, diperlukan penyediaan dana yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah yaitu berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Upaya penyediaan dana dari sumber tersebut, antara lain dilakukan dengan terlebih dahulu membuat Peraturan Daerah sebagai dasar hukum pemungutannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 0 Tahun 997 tentang Retribusi Daerah Jo. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Sebagai Daerah Tingkat II yang baru, Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan memerlukan sumber dana yang cukup banyak untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Salah satu sumber dana yang potensial untuk digali adalah yang berasal dari Retribusi Daerah. Untuk menindak lanjuti Pasal 8 Undang-undang Nomor 8 Tahun 997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jo. Pasal 7 huruf c angka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 998, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan yang mengatur tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal Pasal s/d : Cukup jelas Pasal ayat () : Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak. ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi secara efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi yang terhutang, pengawasan, penyetoran retribusi dan penagihan retribusi. Pasal ayat () : Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis, kupon dan kartu langganan. Pasal

Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 0 Pasal 0