FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

Lisda W. Longgupa 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIDAN DESA PTT DALAM PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Rahman, et. al.,gambaran Tingkat...

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

Hubungan Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dengan Lamanya Persalinan

Jurnal Kesehatan Kartika 27

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

109 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Suparni, Milatun Khanifah, Fitriyani

ABSTRAK. Pengetahuan, Sikap dan Pendidika, PWS-KIA di Puskesmas. Volume 2 Nomor 2. Juli Desember JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan ISSN :

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS DI KABUPATEN SEMARANG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS KAMPUNG DALAM PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA

Meningkatkan Kinerja Bidan dalam Upaya Menurunkan Angka Kejadian Partus Lama di RSUD Rokan Hulu. Andriana* Syafneli**

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

Medsains Vol. 1 No.01, Maret 2015 : 7-12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pertemuan sperma dan ovum sebagai rangkaian kejadian dari

BAB I PENDAHULUAN. wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

Teguh Pribadi 1 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada Hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju

HUBUNGAN SIKAP DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

PENGARUH MOTIVASI DAN KUALITAS SUPERVISI TERHADAP KEPATUHAN BIDAN DALAM DETEKSI PREEKLAMPSIA DI KABUPATEN TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013 Erni Yuliastuti 1, Rafidah 2, Hapisah 3 ABSTRAK Partograf sebagai alat bantu dalam pemantauan kemajuan persalinan merupakan standar dalam memberikan asuhan persalinan dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya keterlambatan penanganan. Hasil studi pendahuluan pada lima wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Banjar menunjukkan 50% bidan di desa belum memanfaatkan partograf secara rutin dengan alasan pencatatan partograf rumit dan memerlukan waktu yang lama dalam pemantauannya, serta bukan menjadi masalah saat supervisi karena hanya sebagai pelengkap data persalinan. Deteksi penyulit persalinan sudah dapat dilakukan dengan pengalaman menolong atau feeling sehingga menganggap penggunaan partograf hanya membuang-buang waktu saja dan juga tidak berpengaruh pada tugas serta karir mereka Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berpengaruh dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas adalah pendidikan, pengetahuan dan persepsi supervisi. Variabel terikat yaitu kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. Pengumpulan data melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur. Populasi penelitian adalah seluruh bidan desa di Kabupaten Banjar berjumlah 251 orang. Responden sejumlah 70 orang dipilih secara purposive dan proporsional terhadap jumlah bidan di tiap Puskesmas. Analisis bivariat dilakukan dengan Uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan pendidikan responden sebagian besar berpendidikan profesional berjumlah 55 orang (78,6%). Pengetahuan responden sebagian termasuk kategori kurang berjumlah 32 orang (45,7%). Responden sebagian besar memiliki persepsi kurang terhadap supervisi berjumlah 50 orang (71,4%) dan sebagian patuh menggunakan partograf berjumlah 50 orang (50%). Tidak ada pengaruh pendidikan dengan kepatuhan p=0,56, ada pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan p=0,001 dan tidak ada pengaruh persepsi supervisi dengan kepatuhan p=0,79. Disimpulkan bahwa faktor pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. Kata Kunci : Kepatuhan, Bidan Desa, Partograf PENDAHULUAN Millennium Declaration menempatkan kematian ibu sebagai prioritas utama yang harus ditanggulangi untuk meningkatkan kualitas hidup ibu. 1 Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu di Indonesia berjumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup, masih tinggi untuk pencapaian target AKI tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. 2 Kabupaten Banjar sebagai salah satu wilayah di Kalimantan Selatan dalam masa 3 tahun menunjukkan adanya peningkatan trend kasus

kematian maternal mulai tahun 2008 terdapat 9 kasus, 2009 terdapat 14 kasus dan tahun 2010 meningkat menjadi 16 kasus. Walaupun pada tahun 2011 kasus kematian maternal mengalami penurunan yaitu 12 kasus atau 118,8 per 100.000 kelahiran hidup, tetapi pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 14 kasus kematian dan masih menempati urutan ketiga tertinggi kasus kematian maternal di Provinsi Kalimantan Selatan. Kasus kematian maternal paling banyak terjadi pada saat persalinan yaitu sebanyak 12 kasus (85,2%), sebanyak 1 kasus (7,1%) terjadi dalam masa nifas dan 1 kasus (7,1%) terjadi pada masa kehamilan. 3,4 Kematian ibu bersalin kerap disebabkan oleh keterlambatan dalam mengenali risiko tinggi saat persalinan. 5 Pemantauan persalinan dengan partograf dapat menghindari tiga keterlambatan yang bisa menyebabkan kematian maternal dan bayi karena dapat menghindari persalinan terlantar, menegakkan keadaan patologis sedini mungkin dan selanjutnya dilakukan rujukan untuk mendapat pertolongan. 6 Standar pelayanan kebidanan menyatakan bahwa seorang bidan harus memiliki kompetensi dasar sebagai prasyarat dalam memberikan asuhan persalinan kala I yang meliputi 1) Kemampuan mendeteksi waktu mulai proses persalinan, 2) Kemampuan melakukan pemantauan persalinan dengan partograf dan melakukan analisis pencatatan partograf dengan tepat, 3) Persiapan pertolongan persalinan yang meliputi tempat, alat dan format partograf.7 Hasil wawancara pada 10 orang bidan di desa di 5 (lima) wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Banjar menunjukan bahwa dari 10 orang bidan di desa hanya 20% yang menggunakan partograf dengan benar saat menolong persalinan dan 30% menggunakan partograf tetapi masih belum benar dalam pencatatannya dan kurang tepat dalam penggunaannya. Sebanyak 50% bidan di desa tidak selalu membuat pencatatan pada lembar partograf bila menolong persalinan. Alasan yang mereka sebutkan yakni: 1) Pencatatan partograf rumit dan sulit sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam pendokumentasiannya; 2) Deteksi penyulit persalinan sudah dapat dilakukan dengan pengalaman menolong atau feeling sehingga menganggap penggunaan partograf hanya membuang-buang waktu saja dan juga tidak berpengaruh pada tugas serta karir mereka. ) Pengisian partograf yang masih belum benar dianggap bukan menjadi masalah pada saat supervisi oleh kordinator KIA ataupun dari Dinas Kesehatan. Pencatatan pada lembar partograf hanya sebagai pelengkap data persalinan tanpa melihat prosedur pencatatan secara benar. Permasalahan bidan dalam pemanfaatan partograf sebagai alat bantu pertolongan persalinan menunjukkan kinerjanya dalam memberikan asuhan persalinan. Kinerja merupakan sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi. Kinerja individu dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, manajemen pekerjaan dan karakteristik individu. Karakteristik individu mencakup dorongan, sifat/ watak, citra diri, pengetahuan akan menentukan bagaimana perilaku orang dalam bekerja. Sehubungan dengan hal tersebut memberikan daya tarik untuk diteliti mengapa bidan di desa tidak selalu melaksanakan pencatatan partograf

dalam menolong persalinan. Bagi daerah dapat memberikan gambaran dan informasi tentang permasalahan - permasalahan yang terkait dengan pemanfaatan partograf yang dilakukan oleh bidan di desa dalam menolong persalinan. Dengan demikian dapat menjadi bahan pemikiran dalam upaya meningkatkan kepatuhan pemanfaatan partograf oleh bidan desa sebagai alat bantu dalam deteksi dini masalah yang terjadi dalam masa persalinan untuk menurunkan angka kematian dalam masa persalinan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yakni pengamatan terhadap variabel terikat (kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf) dan variabel bebas (pendidikan, pengetahuan, persepsi supervisi) diamati pada waktu yang sama (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di desa di Kabupaten Banjar. Besar sampel sebanyak 70 orang bidan di desa dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan. Responden dipilih secara proporsional terhadap jumlah bidan di tiap Puskesmas. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner terstruktur yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya. Analisis bivariat dilakukan dengan Uji Chi Square dengan CI 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemanfaatan Partograf Kepatuhan Patuh Kurang Patuh 50% 50% Gambar 1. Kepatuhan Bidan di Desa Gambar 1 menunjukan sebagian responden patuh dalam pemanfaatan partograf. Kepatuhan adalah sikap bidan di desa dalam mematuhi & mentaati peraturan/standar asuhan persalinan yg meliputi pencatatan partograf dengan benar & lengkap setiap menolong persalinan, kecenderungan bidan untuk bertindak dalam melakukan kegiatan pencatatan partograf yang menjadi standar dalam memberikan asuhan persalinan. Pemanfaatan partograf sebagai bentuk tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan persalinan melalui observasi pada lembar partograf menunjukkan tidak semua item dalam parograf dicatat secara lengkap dan benar oleh responden. Pencatatan yang dilakukan oleh responden terdiri dari pencatatan secara lengkap dan benar, dicatat tetapi salah dan tidak melakukan pencatatan. Hasil observasi partograf pada item yang tidak dicatat persentasinya lebih tinggi dari pada item yang dicatat yaitu penilaian molase kepala janin, penilaian nadi ibu dan produksi urine ibu. Hampir sebagian besar bidan di desa tidak melakukan penilaian warna air ketuban dan penilaian molase kepala janin. Kepatuhan bidan di desa yang kurang terlihat dari masih banyak bidan di desa yang belum memanfaatkan partograf saat

menolong persalinan. Ini terjadi karena pertolongan persalinan yang diberikan oleh bidan di desa sebagian besar masih dilakukan dirumah pasien, sehingga mereka merasa kesulitan dalam melakukan pemantauan persalinan yang membutuhkan waktu lama. Keadaan ini sering menjadi alasan bidan di desa membuat partograf setelah selesai menolong persalinan. Catatan hasil pemantauan persalinan dilakukan di lembar kertas biasa, setelah selesai proses persalinan baru mereka menyalinnya di lembar partograf. Bidan di desa sering tidak memperhatikan ketersediaan formulir partograf dalam tas peralatan mereka sehingga tidak terbawa saat menolong persalinan. Pencatatan hasil pemeriksaan dicatat pada kertas biasa bahkan ada yang hanya cukup mengingatnya saja. Bila diperlukan misalnya untuk mengklaim dana pergantian biaya persalinan, baru mereka akan menyalin catatan persalinan tersebut pada lembar partograf. Keadaan ini akan berbeda jika pertolongan persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan (klinik bersalin, Polindes). Kelengkapan alat dan ketersediaan form partograf bukan menjadi alasan bagi bidan untuk tidak mencatatnya pada partograf. Kemampuan melakukan pemantauan persalinan dengan partograf dan melakukan analisis pencatatan partograf dengan tepat merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang bidan dalam melaksanakan asuhan persalinan sesuai standar yang sudah ditetapkan oleh profesi. Pencatatan hasil penilaian dalam partograf harus dilakukan secara benar. Karena pencatatan yang salah akan menimbulkan kekeliruan dalam menganalisa hasil pemeriksaan dan menetapkan diagnosa, yang dapat berakibat pada keterlambatan dalam deteksi dini adanya penyulit persalinan, keterlambatan dalam pengambilan keputusan klinik yang tepat dan keterlambatan untuk memberikan intervensi secara tepat yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin. 2. Pengaruh Pendidikan dengan Pemanfaatan Partograf Sebagian besar responden yakni 55 orang (78,6%) berpendidikan profesional. Sesuai Permekes RI tentang standar profesi bidan dan penyelenggaraan izin praktik bidan menyebutkan sebagai tenaga profesional dan mempunyai kewenangan dalam penyelenggaraan praktik kebidanan adalah bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan. 12 Tabel 1 Pengaruh Pendidikan dengan Pemanfaatan Partograf di Kabupaten Banjar Tahun 2013 Pendidikan Kepatuhan pemanfaatan partograf Tidak Patuh Jumlah patuh n % n % n % Profesional 29 52,7 26 47,3 55 100 Non Profesional 6 40 9 60 15 100 Jumlah 35 50 35 50 70 100 Uji Chi Square p = 0,56 Tabel 1 menunjukkan dari 55 orang yang berpendidikan profesional terdapat 29 orang (52,7%) yang patuh dalam pemanfaatan partograf dan dari 15 orang yang berpendidikan non profesional terdapat 6 orang (40%) yang patuh dalam pemanfaatan

partograf. Hasil uji Chi Square dengan p value = 0,56 menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf di Kabupaten Banjar tahun 2013. Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur karakteristik seseorang yang dapat meningkatkan pengetahuan sebagai respon kognitif, afektif, dan psikomotor seseorang. Bidan adalah tenaga kesehatan profesional, yang disiapkan melalui pendidikan tinggi kebidanan, kurikulum yang disiapkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, peran, fungsi dan tugas bidan, berdasarkan kompetensi yang sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab bidan. Secara formal pengetahuan bidan tentang partograf sudah diperoleh sejak mengikuti pendidikan dasar kebidanan (D I Kebidanan). Namun pada kenyataannya tidak semua bidan mampu mengaplikasikannya dengan baik di lapangan karena berbagai faktor seperti kebiasaan, sikap, motivasi serta kepatuhan. Karena pada kenyataannya kebiasaan serta motivasi dalam menggunakan partograf sebagai alat bantu dalam menolong persalinan menjadi faktor psikologis bagi bidan dalam melakukan tindakan sebagai bentuk kepatuhannya terhadap standar pertolongan persalinan. Siagian (1989) menyebutkan bahwa pengalaman seseorang melakukan tugas tertentu secara terus menerus dalam waktu lama biasanya akan meningkatkan kedewasaan teknisnya. Tingkat pendidikan merupakan suatu proses pengembangan sumberdaya manusia. Menurut Soekidjo (2007) pendidikan adalah salah satu faktor yang menjadi dasar untuk melaksanakan tindakan. Selain pendidikan formal, pendidikan non formal seperti pelatihan /pendidikan berkelanjutan yang diikuti bidan juga ikut berpengaruh terhadap perilakunya dalam menolong persalinan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. 3. Pengaruh Pengetahuan dengan Pemanfaatan Partograf Sebanyak 32 orang (45,7%) responden memiliki pengetahuan kurang tentang partograf.. Tabel 2 menunjukkan dari 17 orang yang memiliki pengetahuan baik terdapat 12 orang (70,6%) yang patuh dalam pemanfaatan partograf, dari 21 orang yang memiliki pengetahuan cukup terdapat 15 orang (71,4%) yang patuh dalam pemanfaatan partograf dan dari 32 orang yang memiliki pengetahuan kurang terdapat 8 orang (25%) patuh dalam pemanfaatan partograf. Hasil uji Chi Square dengan p value = 0,001 yang berarti ada pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf di Kabupaten Banjar tahun 2013. Tabel 2 Pengaruh Pengetahuan dengan Pemanfaatan Partograf di Kabupaten Banjar Tahun 2013 Pengeta huan Kepatuhan Pemanfaatan Partograf Tidak Patuh Jumlah patuh n % n % n % Baik 12 70,6 5 29,4 17 100 Cukup 15 71,4 6 28,6 21 100 Kurang 8 25 24 75 32 100 Jumlah 35 50 35 50 70 100 Uji Chi Square p = 0,001

Pengetahuan bidan tentang partograf dan manfaatnya sebagai alat bantu pemantauan kemajuan persalinan masih belum di pahami oleh semua bidan. Partograf bisa difungsikan secara maksimal bila bidan memahami cara pengisiannya dengan benar dan mengetahui manfaat partograf sebagai alat pemantauan selama proses persalinan. Pengetahuan tentang partograf merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam memberikan asuhan persalinan sesuai standar pelayanan kebidanan. Karena dengan pengetahuan seseorang akan memiliki dasar untuk melakukan tindakan. Pengetahuan bidan tentang partograf yang baik ditunjang oleh pendidikan formal yakni sebagian besar memiliki pendidikan menengah (D III) dan pendidikan tinggi (D IV). Kemampuan pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu melalui pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan sangat penting terhadap terbentuknya tindakan seseorang. Intensitas atau tingkat pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu tidak sama sehingga pengetahuan akan memberikan pengalaman yang nantinya akan memberikan suatu tingkat pengetahuan dan kemampuan tertentu. Pengetahuan merupakan salah satu karakteristik individu yang akan menentukan bagaimana perilaku orang dalam bekerja.14 Jika pengetahuan diaplikasikan dalam bentuk kepatuhan dalam pemanfaatan partograf setiap menolong persalinan maka dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin saat persalinan yang memungkinkan terjadinya penurunan morbiditas dan mortalitas maternal perinatal. 4. Pengaruh Persepsi supevisi dengan Pemanfaatan Partograf Sebagian besar responden memiliki persepsi supervisi kurang yaitu berjumlah 50 orang (71,4%). Persepsi terhadap supervisi adalah pandangan bidan terhadap pembinaan atau bimbingan teknis yang dilakukan oleh bidan koordinator atau Puskesmas yang berkaitan dengan pemanfaatan partograf yang meliputi cara dan proses dalam memberikan pembinaan, peran dan perhatian bidan koordinator dalam memantau pemanfaatan partograf, evaluasi dan sangsi yang diberikan kepala puskesmas / bidan koordinator pada bidan yang tidak memanfaatkan partograf. Evaluasi pemanfaatan partograf menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan oleh bidan koordinator saat melakukan supervisi. Tabel 3 Pengaruh Persepsi Supervisi dengan Pemanfaatan Partograf di Kabupaten Banjar Tahun 2013 Persepsi Supervisi Kepatuhan pemanfaatan partograf Kurang Patuh Jumlah Patuh N % n % n % Baik 9 45 11 55 20 100 Kurang 26 52 24 48 50 100 Jumlah 35 50 35 50 70 100 Uji Chi Square p = 0,79 Tabel 3 menunjukkan dari 55 orang yang berpendidikan profesional terdapat 29 orang (52,7%) yang patuh dalam pemanfaatan partograf dan dari

15 orang yang berpendidikan non profesional terdapat 6 orang (40%) yang patuh dalam pemanfaatan partograf. Hasil uji Chi Square tidak ada pengaruh persepsi supervisi dengan kepatuhan dalam pemanfaatan partograf di Kabupaten Banjar tahun 2013. Tidak ada pengaruh persepsi supervisi dengan kepatuhan dalam pemanfaatan partograf oleh bidan disebabkan karena beberapa faktor yakni dorongan dari dalam diri sendiri (faktor intern) dan pengaruh dari luar (faktor ekstern), dan supervisi merupakan salah satu faktor dari luar yang ikut berpengaruh dalam pemanfaatan partograf. Peran dan perhatian bidan koordinator dalam memantau pemanfaatan partograf juga ditunjukkan dengan menekankan penggunaan partograf setiap menolong persalinan dan melakukan koreksi terhadap kelengkapan serta ketepatan isi partograf. Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Supervisi diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan bantuan teknis kepada pelaksana program dalam melaksanakan tugas yang diserahkan kepadanya. 16 Supervisi berbeda dengan pengawasan, dalam arti supervisi memiliki fungsi tersendiri yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan dan pemberian bantuan atau membina situasi penyelenggaran kegiatan melalui upaya pelayanan, bantuan, dan bimbingan ke arah perbaikan. KESIMPULAN 1. Tidak ada pengaruh pendidikan dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. 2. Ada pengaruh pengetahuan dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. 3. Tidak ada pengaruh persepsi supervisi dengan kepatuhan bidan di desa dalam pemanfaatan partograf. SARAN 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar a. Membuat kebijakan khusus tentang kewajiban pemanfaatan partograf pada semua bidan yang menolong persalinan baik di rumah, klinik bersalin swasta atau institusi kesehatan lainnya. b. Memberikan reward pada bidan yang selalu menggunakan partograf saat menolong persalinan dan memberikan sanksi bagi mereka yang tidak memanfaatkan partograf dalam menolong persalinan. c. Peningkatan keterampilan bagi bidan dalam pencatatan partograf dengan benar dan lengkap sehingga partograf dapat berfungsi secara maksimal melalui kegiatan pelatihan/seminar. 2. Bagi Puskesmas di Kabupaten Banjar Memperhatikan pemanfaatan partograf setiap menolong persalinan dan memperhatikan permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan partograf melalui laporan bulanan dan kelengkapan pencatatan partograf. 3. Bagi Bidan a. Untuk selalu meningkatkan kinerja dalam pelayanan dengan

memanfaatkan partograf secara benar setiap menolong persalinan di semua tempat persalinan. b. Memberikan asuhan persalinan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan R.I. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta; 2008. 2. Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008. 3. Dinas Kesehatan Provinsi kalimantan Selatan. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin; 2011. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Martapura; 2011. 5. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat PWS-KIA. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2009. 6. Wijono D. Manajemen kesehatan Ibu dan Anak, Prinsip dan Strategi Pendekatan Komunitas. Surabaya: Duta Prima Airlangga; 2008. 7. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: YBPSP; 2006. 8. Departemen Kesehatan RI. Program Safe Motherhood di Indonesia. Jakarta: Dirjen Binkesmas; 2002. 9. Gibson JL, Donelly,J.H. Organisasi Perilaku Stuktur Proses Jilid I. Binarupa Aksara ed. Jakarta; 1997. 10. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2002. 11. Hastono SP. Basic Data Analysis for Health Research. Jakarta: Universitas Indonesia.; 2006. 12. Pengurus Pusat IBI. Buku Standar Pelayanan Kebidanan Dasar, Cetakan kelima. Jakarta; 2005. 13. Nurjasmi E. Paradigma Pendidikan Kebidanan. Jakarta: PP IBI; 2009 14. Notoatmodjo. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. 15. Menkes. RI. Permenkes RI Nomor: 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta; 2010. 16. Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009.