PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

Fadhilatul Adha 1), Tumiar Katarina Manik 2), R.A.Bustomi Rosadi 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman yang menghendaki tanah yang gembur dan kaya

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

Analisis Ketersediaan Air terhadap Potensi Budidaya Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi Siman

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 3 Th. 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L] Merr.) PADA BEBERAPA FRAKSI PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

PENGARUH FRAKSI PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max (L) Merril)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

PENDUGAAN KOEFISIEN TANAMAN UNTUK MENGHITUNG KEBUTUHAN AIR DAN MENGATUR JADUAL TANAM KEDELAI DI LAHAN KERING LAMPUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada abad ke-19, minuman kopi sangat populer di seluruh dunia dan mulai

Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Staf Pengajar Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

TINJAUAN PUSTAKA Asal usul dan Taksonomi Tanaman Kedelai. Kedelai telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM dan merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

PENGARUH DEFISIT EVAPOTRANSPIRASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AIR TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

NARWIYAN AET PEMULIAAN TANAMAN

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH (oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG di RUMAH KACA

PENGAIRAN KEDELAI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanaman Cabai

PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

KAJIAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL STANDAR PADA DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rata-rata kebutuhan kedelai di dalam negri setiap tahun adalah ton. Untuk memenuhi

Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH PEMULSAAN JERAMI PADI DAN SISTEM OLAH TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. merril) NON-ORGANIK

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

EVALUASI PENGUNAAN LYSIMETER UNTUK MENDUGA EVAPOTRANSPIRASI STANDAR DAN EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

ANALISIS KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH SEKITAR PANEI TENGAH KABUPATEN SIMALUNGUN

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus-menerus maka

Frequently Ask Questions (FAQ) tentang kaitan lingkungan dan kelapa sawit

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

KAJIAN BEBERAPA METODE PEMBERIAN AIR PADI SAWAH (Oriza sativa L) VARIETAS CIHERANG DI RUMAH KACA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

III. DATA DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 2.11 Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai dikenal dengan beberapa nama lokal diantaranya adalah kedele, kacang

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

Kata kunci: faktor penyesuai, evapotranspirasi, tomat, hidroponik, green house

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Semua varietas kedelai merupakan tanaman semusim, dan termasuk tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

(Deficit Irrigation Application on Corn Plant)

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

Oleh : I.D.S Anggraeni *), D.K. Kalsim **)

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH :

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine Max. (L) MerrilI) TERHADAP PENIPISAN AIR TANAH TERSEDIA

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

Oleh: Liliya Dewi Susanawati 1), Bambang Suharto 1) Jl. Veteran Malang, Indonesia Komunikasi Penulis,

Transkripsi:

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 233-238 PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c KEDELAI (Glycine max (L Merril VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER ESTIMATION OF WATER REQUIREMENT AND CROP COEFFICIENT (K c OF SOYBEAN (Glycine max (L Merril VARIETY OF TANGGAMUS WITH LYSIMETER Tia Yuliawati 1, Tumiar Katarina Manik 2, R.A.Bustomi Rosadi 3 1 Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2 Staf Pengajar Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 3 Staf Pengajar Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi e-mail :tiayuliawati31@gmail.com Naskah ini diterima pada 16 Oktober 2014; revisi pada 22 Oktober 2014; disetujui untuk dipublikasikan pada 24 Oktober 2014 ABSTRACT Production of soybean is unbalanced. Increasing number and need of the population is one causes of soybeans scarcity. One factor needs to be considered in soybean cultivation is crop water requirement. This study aims to determine the water requirement of soybean by measuring evapotranspiration of soybean local varieties directly by lysimeter (2x3x1 meters. Field observations carried out at two lysimeters to measure crop evapotranspiration (ET c variety of Tanggamus and one plot planted with grass as standard evapotranspiration (potential. The results showed that total soybean crop water requirement (ET c for Tanggamus is 490.02 mm or 6.3 mm/hari and the total per-phase ET c is 5.4; 4.8; 6.7; 7.9 mm/hari. Soybean crop coefficient values (Kc in the early growth phase, active vegetative, fertilization or seed pod filling, and maturity for the varieties Tanggamus is 0:48; 0.69; 0.9; 0.78. Keywords: Soybean, lysimeter, evapotranspiration, crop coefficient. ABSTRAK Produksi kedelai yang tidak seimbang dengan bertambahnya jumlah dan kebutuhan penduduk merupakan salah satu penyebab kelangkaan komoditi kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman kedelai adalah kebutuhan air tanaman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air tanaman kedelai varietas Tanggamus dengan cara mengukur evapotranspirasi tanaman kedelai secara langsung dengan menggunakan lysimeter (2x3x1 meter. Penelitian ini dilakukan pada dua bangunan lysimeter untuk mengukur evapotranspirasi tanaman (ET c varietas Tanggamus dan yang satu petak ditanami rumput sebagai evapotranspirasi standar (potensial. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa total kebutuhan air tanaman kedelai (ET c untuk varietas Tanggamus adalah 490.02 mm dengan total ET c per-fase berturut-turut adalah 5.4; 4.8; 6.7; 7.9 mm/hari. Nilai koefisien tanaman kedelai (K c pada fase pertumbuhan awal, vegetatif aktif, pembuahan atau pengisian polong, dan kematangan biji untuk varietas Tanggamus yaitu 0.48; 0.69; 0.9; 0.78. Kata kunci : Kedelai, lysimeter, evapotranspirasi, koefisien tanaman. I. PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Namun, permasalahan yang baru-baru ini terjadi adalah produksi yang tidak seimbang seiring dengan bertambahnya jumlah dan kebutuhan penduduk, yang merupakan salah satu penyebab kelangkaan komoditi kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai maka perlu adanya peningkatan dalam produktivitas yaitu dengan cara menerapkan teknologi pembudidayaan yang lebih baik, ataupun dengan cara perluasaan areal tanaman. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam 233

Pendugaan kebutuhan air... (Tia Y, Tumiar M dan Bustomi R pembudidayaan tanaman kedelai adalah kebutuhan air tanaman. Oleh karena itu, kebutuhan air tanaman kedelai perlu diketahui agar pemberian air menjadi lebih efektif dan efisien serta memberikan hasil panen yang lebih baik. Kebutuhan air tanaman bagi satu rumpun tanaman kedelai adalah sama dengan banyaknya air yang hilang akibat proses evapotranspirasi dalam satu satuan waktu (Fagi dan Tangkuman, 1985. Kebutuhan air irigasi pada areal produksi dapat dihitung, jika kebutuhan air tanaman kedelai sudah diketahui. Metode pendugaan yang direkomendasikan oleh FAO (Food and Agriculture Organization dalam menghitung laju evapotranspirasi adalah metode Penman Monteith, tetapi metode ini dikembangkan di negara Sub-tropis dan membutuhkan banyak unsur iklim dalam perhitungannya. Oleh sebab itu, maka diperlukan penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan air tanaman kedelai dengan cara mengukur evapotranspirasi tanaman kedelai varietas lokal (varietas Tanggamus secara langsung dengan menggunakan Lysimeter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga evapotranspirasi tanaman (ET c kedelai varietas Tanggamus dan menghitung nilai koefisien tanaman (K c varietas Tanggamus pada setiap periode tumbuh dengan menggunakan Lysimeter. II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2013 sampai dengan bulan Januari tahun 2014, yang bertempat di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua bangunan Lysimeter dengan ukuran 2 x 3 x 1 meter. Lysimeter digunakan untuk mengukur evapotranspirasi tanaman (ET c varietas Tanggamus dengan jarak tanam 20 x 30 cm dan yang satu petak ditanami rumput sebagai evapotranspirasi standar (potensial dan 234 satu set ombrometer yang digunakan untuk mengukur curah hujan. Rumus yang digunakan untuk menghitung evapotranspirasi tanaman adalah sebagai berikut: ET = I + CH P ± ES. (1 Ket : ET I CH P ES = evapotranspirasi tanaman (mm/hari = irigasi (mm = curah hujan (mm = perkolasi = perubahan kadar air tanah (% volume Penelitian ini dilakukan di dalam dan di luar Lysimeter namun, untuk tanaman yang berada di luar lysimeter, air hanya di peroleh pada curah hujan yang turun. Data pengamatan harian yang diambil yaitu data curah hujan, data air irigasi, data perkolasi, dan kadar air tanah. Sedangkan data mingguan yang diambil adalah data tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, indeks luas daun (ILD, jumlah polong, berat berangkasan atas, berat berangkasan bawah, jumlah biji, dan berat kering biji. Data yang di didapat dianalisis dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengukuran Evapotranspirasi Standar (ET o Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian (4 November 2013 17 Januari 2014, didapatkan nilai ET o selama masa periode tumbuh tanaman kedelai adalah sebesar 658.82 mm air atau 8.45 mm air per hari (Lampiran Tabel 19, dengan jumlah ET o per-stadia adalah 167.9; 104.5; 254.7; 131.6 mm air dengan ratarata harian masing-masing adalah 11.2; 6.9; 7.3; 10.1 mm/hari. Menurut Linsey, dkk. (1985 beberapa faktor yang mempengaruhi laju evapotranspirasi adalah (1 faktor iklim; mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban, dan arah kecepatan angin, (2 faktor tanaman; mencakup jenis tanaman, derajat penutupannya, struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata serta mekanisme menutup dan membukanya stomata, dan (3 faktor tanah;

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 233-238 mencakup kondisi tanah, aerasi tanah, potensial air tanah, dan kecepatan aliran air tanah menuju akar tanaman. 3.2 Pengukuran Evapotranspirai Tanaman (ET c Nilai ET c didapat dari perhitungan nilai ET o yang didapat dari Lysimeter rumput dikalikan dengan koefisien tanaman kedelai menurut standar FAO. Menurut FAO, koefisien tanaman (K c untuk tanaman kedelai yaitu 0.3 pada pertumbuhan awal, 0.7 pada vegetatif aktif, 1.1 pada pertumbuhan maksimal, dan 0.7 pada akhir pertumbuhan. Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai ET c sesuai dengan fase pada tanaman kedelai yaitu pada fase pertumbuhan awal, vegetatif aktif, pembuahan dan kematangan biji masing-masing adalah 50.38; 73.17; 280.22 dan 92.12 mm air dengan total evapotranspirasi 495.9 mm air atau 6.4 mm per pertumbuhan lebih banyak membutuhkan air dibandingkan dengan prediksi FAO. Untuk fase vegetatif aktif, evapotranspirasi yang terjadi pada varietas Tanggamus tidak berbeda jauh dengan prediksi FAO. Sedangkan untuk fase pembuahan, evapotranspirasi yang terjadi lebih rendah dibandingkan yang di prediksi FAO. Dengan demikian, pada fase vegetatif aktif dan pembuahan varietas Tanggamus lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan prediksi FAO. Pada fase kematangan biji, evapotranspirasi yang terjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan evapotranspirasi menurut prediksi FAO. Jadi, dapat disimpulkan bahwa varietas Tanggamus membutuhkan lebih banyak air pada fase pertumbuhan awal dan kematangan biji dibandingkan dengan prediksi FAO. Evapotranspirasi tanaman yang meningkat dan menurun pada setiap fase menunjukkan bahwa tanaman dalam tahap perkembangan (development dan pertengahan (mid season Gambar 1. Grafik perbandingan evapotranspirasi tanaman (ET c varietas Tanggamus dan berdasarkan rekomendasi FAO Waktu yang diperlukan untuk varietas Tanggamus pada fase pertumbuhan awal, vegetatif aktif, pembuahan, dan kematangan biji masing-masing adalah 15 hari, 15 hari, 35 hari dan 13 hari. Dari Gambar 1, dapat diketahui adanya perbedaan hasil antara ET c pengukuran langsung dengan prediksi FAO. Evapotranspirasi yang diukur secara langsung pada Lysimeter pada fase pertumbuhan awal lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi FAO. Hal ini menunjukkan bahwa, kedelai pada awal dan kembali menurun pada tahap penuaan (end season. Hal ini disebabkan karena tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda-beda selama pertumbuhan sesuai proses dalam tanaman. Pada awal pertumbuhan, laju evapotransipasi lebih rendah karenakan permukaan transpirasi masih kecil, maka absorbsi air oleh tanaman rendah dan sebaliknya absorbsi tanaman akan meningkat dengan berkembangannya tanaman dan akan mencapai maksimum pada saat indeks luas daun maksimum. Selanjutnya dengan gugurnya daun 235

Pendugaan kebutuhan air... (Tia Y, Tumiar M dan Bustomi R tua, maka indeks luas daun akan turun diikuti dengan penurunan kebutuhan air (Islami dan Utomo, 1995. Hasil yang sama didapat pada penelitian Oktaviani, dkk. (2013 dengan menggunakan varietas Anjasmoro. Evapotranspirasi yang dihasilkan memberikan hasil yang berbeda pada setiap fase. Hal ini membuktikan bahwa, setiap varietas kedelai memiliki nilai evapotranspirasi yang berbedabeda. Menurut Islami dan Utomo (1995 besarnya evapotranspirasi yang terjadi dipengaruhi oleh absorbsi air oleh akar ke tanaman. Selain itu besarnya evapotranspirasi aktual lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah (Asdak, 1995. 3.3 Penentuan Koefisien Tanaman (K c Kedelai Berikut merupakan nilai koefisien tanaman (K c varietas Tanggamus yang didapat dari pengukuran langsung dengan Lysimeter (ET c dibagi dengan pengukuran evapotranspirasi pada lysimeter rumput (ET o. Tabel 1. Nilai Koefisien Tanaman (K c pada Lysimeter K c nilai K c < 1, maka dapat dipastikan bahwa, kebutuhan air kedelai lokal ini lebih rendah daripada nilai ET potensial, sehingga penanaman kedelai dapat dilakukan selama CH > ET o. Tabel 1 menunjukkan bahwa K c FAO pada fase awal pertumbuhan lebih rendah dibandingkan K c pengukuran langsung. Pada fase selanjutnya, yaitu fase vegetatif aktif K c tanaman kedelai nilainya hampir sama, sedangkan pada fase pembuahan K c FAO lebih tinggi jika dibandingkan dengan K c yang didapat dari pengukuran langsung. Selanjutnya, nilai K c mendekati sama pada fase akhir (kematangan biji. Berbeda dengan hasil penelitian Manik, dkk. (2012, nilai K c yang didapat dari Panci Evaporasi dan Penman-Monteith pada awal pertumbuhan dan di akhir pertumbuhan lebih rendah daripada nilai K c yang diperoleh pada penelitian ini. Nilai K c yang berbeda juga didapatkan dari penelitian Sanjaya (2014. F a se Pert u m b u h an Aw al V e getat if A ktif P em b u ah an K em ata n gan B iji Ta n g ga m u s 0.4 8 0.6 9 0.9 2 0.7 8 F A O 0.3 0.7 1.1 0.7 Nilai K c yang diperoleh (Tabel 1, dapat dikalikan dengan data evapotranspirasi yang bisa didapat dari stasiun klimatologi terdekat, seperti pada panci evaporasi sehingga dapat digunakan untuk menduga kebutuhan air tanaman kedelai. Karena Pada penelitian Sanjaya (2014, nilai K c yang didapat pada fase pertumbuhan awal, vegetatif aktif, pembuahan, dan kematangan biji masingmasing adalah 0.18; 0.65; 0.85 dan 0.51. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, nilai K c Gambar 2. Perbandingan tinggi tanaman pada Lysimeter dan Petak Lapang 236

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 3: 233-238 yang didapat dari beberapa penelitian cukup beragam. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian lokasi dan kondisi cuaca yang berbeda untuk menghitung nilai K c (Bamber and Mc Glinchey, 2003. 3.4 Pertumbuhan tanaman Berikut merupakan hasil pengamatan varietas Tanggamus selama masa pertumbuhan. Dari hasil pengamatan pada Lysimeter dan petak lapang (Gambar 2,3 dan 4 dapat diketahui bahwa, tanaman di dalam lysimeter menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan petak lapang. Tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun memberikan hasil yang lebih baik pada lysimeter. Hal ini membuktikan bahwa, tanaman di dalam Lysimeter selalu dalam keadaan air tersedia sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal. Gambar 3. Perbandingan jumlah daun pada Lysimeter dan Petak Lapang Gambar 4. Perbandingan Indeks Luas Daun (ILD pada Lysimeter dan Petak Lapang Tabel 2. Hasil (panen varietas Tanggamus pada lysimeter dan petak lapang H a s i l P e n g a m a t a n J u m l a h P o l o n g ( b u a h B e r a n g k a s a n A t a s ( g r a m B e r a n g k a s a n B a w a h ( g r a m J u m l a h B i j i ( b u a h B e r a t K e r i n g B i j i ( g r a m L y s i m e t e r ( a P e t a k L a p a n g ( b R a s i o ( a / b 2 5 1 1 4 9 1 6 8.5 % 8 1. 6 5 4. 4 1 5 0 % 1 8. 4 1 9. 7 9 3. 4 % 7 5 4 4 4 6 1 6 9.1 % 9 0. 7 4 7. 1 1 9 2.6 % 237

Pendugaan kebutuhan air... (Tia Y, Tumiar M dan Bustomi R Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa berangkasan atas pada Lysimeter lebih berat dibandingkan dengan petak lapang sedangkan pada berat berangkasan bawah hasil yang didapat lebih berat pada petak lapang dibandingkan Lysimeter. Menurut Islami, dkk. (1995 perkembangan sistem perakaran dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas dan faktor luar (lingkungan, di antaranya adalah kelembaban tanah, suhu tanah, kesuburan tanah, keasaman tanah (ph, aerasi tanah, hambatan mekanis tanah, kompetisi, dan interaksi perakaran. Sehingga dapat dikatakkan bahwa, pada petak lapang air tidak cukup tersedia sehingga akar mencari sumber air ke segala arah sedangkan pada Lysimeter keadaan air selalu berada pada air segera tersedia (RAW sehingga, berangkasan bawah pada petak lapang lebih berat jika dibandingkan dengan Lysimeter. Untuk jumlah polong, jumlah biji dan berat kering biji pada lysimeter menunjukkan hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan petak lapang. Hal ini menunjukkan, air sangat diperlukan dalam pembentukkan biji. IV.KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Fagi, A.M dan Tangkuman, F. 1985. Pengolahan Air untuk Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Sukamandi. Islami, T., dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP : Semarang Press. Semarang. Linsley, R.K. dan J.B. Franzini. 1985. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta. Manik, T. K., R. B. Rosadi, dan A. Karyanto. 2012. Evaluasi Metode Penman-Monteith dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET o di Dataran Rendah Propinsi Lampung, Indonesia. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol 26 (2 : 121-128. Oktaviani, S. Triyono, dan N. Haryono. 2013. Analisi Neraca Air BudidayaTanaman Kedelai (Glycine max [L] Merr.pada Lahan Kering. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol 2 No. 1:7-16. 4.1 Kesimpulan Total kebutuhan air tanaman kedelai (ET c untuk varietas Tanggamus adalah 490.02 mm air atau 6.3 mm/hari dengan total ET c per-fase berturutturut adalah 80.3 ; 72.2; 234,5 dan 102.5 mm air atau 5.4; 4.8; 6.7; 7.9 mm/hari dengan nilai koefisien tanaman kedelai (K c pada fase pertumbuhan awal, vegetatif aktif, pembuahan atau pengisian polong dan kematangan biji berturut-turut adalah 0.48; 0.69; 0.9; 0.78. Selain itu, dari hasil pengamatan yang dilakukan tanaman di dalam lysimeter tumbuh lebih baik jika dibandingkan dengan petak lapang. Ini membuktikan bahwa tanaman kedelai tetap lebih baik jika kebutuhan air tersedia. 238