SESELET BALI. Oleh: I Ketut Sida Arsa, S.Sn., M.Si

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. inspirasi untuk berkarya. Lahirnya suatu karya seni tidak hanya dilandasi oleh

SISI GELAP PENELITIAN PENCIPTAAN KRIYA SENI

EcoReality. Oleh: I Wayan Setem, S.Sn, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Pekalongan dikenal sebagai salah satu penghasil batik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

AKU MASIH MENCARI Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN

TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. tradisional di Sumatera Utara adalah seni tradisional etnis Batak Karo.

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

KONSEP PERANCANGAN. 1. Ide Desain Ide dari desain mebel yang akan dibuat berangkat dari keinginan desainer untuk memberikan makna terhadap sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Judul : Kreatifitas Desain Kaos dan Baju

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam perancangan sebuah karya seni, apapun bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB V PENUTUP. faktor yaitu faktor latar belakang, lingkungan dan pendidikan penulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan/Penciptaan

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: ENERJIK. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan dan kesenian tradisionalnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PELUANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TABANAN BERDASARKAN KONDISI EKSISTING, KUALITAS SDM, PELUANG KERJA, DAN KEBUTUHAN SDM YANG SESUAI*)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

KISI KISI UKG SENI RUPA (SMA) 2015

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

VISUALISASI SARANG LEBAH DENGAN TEKNIK BORDIR DAN BATIK PADA BUSANA PENGANTIN

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

Transkripsi:

SESELET BALI Oleh: I Ketut Sida Arsa, S.Sn., M.Si FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN (FSRD) INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012

Seselet Sebagai Repreasentasi Gaya Hidup Masyarakat Bali Oleh I Ketut Sida Arsa Pendahuluan Bali merupakan salah satu suku bangsa yang memiliki berbagai macam bentuk adat, tradisi, dan budaya yang sangat unik. Keunikan kebudaya bali lahir dari aktivitas budaya yang dijalankan berdasarkan pengembangakan konsepkonsep budaya lokal yang diwarisi secara turun-menurun. Konsep budaya lokal berintikan penganutan norma, nilai, keyakinan, simbol dan praktik budaya bersama melahirkan sebuah etnisitas. Pembentukan kelompok etnis berdasarkan penanda budaya bersama tumbuh dalam konteks sejarah, sosial, dan politik tertentu dan mendorong perasaan terlibat yang dilandasi oleh leluhur mitologis bersama. Etnisitas merupakan konsep relasional yang terkait dengan kategorikategori identifikasi diri dan askripsi sosial. Etnisitas tercipta melalui hubungan kuasa antar kelompok.(barker, 2005). Konsep budaya lokal masyarakat bali tercermin dalam setiap kegiatan ritual keagamaan, dimana dalam pelaksanaannya selalu mengedepankan asas kebersamaan, sehingga melahirkan sebuah budaya komunal. Kegiatan keagamaan tersebut menjadi tempat berlangsungnya interaksi sosial dan tempat penularan ilmu/tradisi/budaya kepada setiap generasi muda. Namun bentuk interaksi sosial masyarakat bali sekarang sudah cenderung mulai bergeser ke arah hal-hal yang bersifat praktis dan individual. Hal itu dapat dilihat pada berbagai kegiatan gotong royong dalam persiapan sebuah upacara, dimana dalam prakteknya kegiatan gotong royong tidak lagi menjadi aktivitas padat karya akan tetapi kini cenderung padat dengan wacana. Hal ini terjadi karena ada kecenderungan dalam masyarakat Bali khususnya di perkotaan yang berpikir paktis, sehingga dalam menyediakan berbagai macam sarana upacara mereka lebih senang mengkonsumsi semuanya dari para penyedia jasa. Kegiatan gotong royong dalam persiapan sarana upacara kini hanya dipakai sebagai sebagai tempat untuk unjuk diri atau menunjukkan status sosial.

Perkembangan zaman dan globalisasi saat ini telah banyak membawa perubahan pada budaya Bali. Kini ada kecenderungan masyarakat bali di daerah perkotaan atau daerah-daerah yang menjadi tujuan pariwisata yang selalu bersentuhan dengan pengaruh globalisasi senang menonjolkan identitas pribadinya dalam berbagai kegiatan keagamaan. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai macam cara baik tidak saja hanya dari segi berpakaian akan tetapi juga dengan menggunakan berbagai macam atribut/penanda yang dianggap mampu memberikan prestise tersendiri bagi pemakainya. Hal semacam ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk dan jenis seselet yang dibawa masyarakat ketika akan gotong-royong dalam kegiatan keagamaan (ngayah/mebat). Dalam masyarakat bali seselet bukanlah benda yang asing, seselet adalah sebuah sebuah perkakas rumah tangga berupa pisau yang digunakan untuk membuat berbagai macam saran upacara. Seselet dalam masyarakat bali ada beberapa jenis diantaranya adalah blakas yaitu sejenis pisau besar, pendek dan tebal dengan bentuk bersahaja, namun khas. Ada juga yang disebut golok atau dibeberapa tempat juga disebut prukpak. Golok/prukpak memiliki bentuk dasar yang hampir sama dengan blakas tetapi golok memiliki bentuk yang runcing. Jenis yang terakhir adalah mutik/pengutik, memiliki bentu yang hampir sama dengan golok namun ukurannya lebih kecil. Pada umumnya seselet digunakan untuk berbagai keperluan kerja, terutama yang terkait dengan keperluan upacara adat dan agama. Mulai dari untuk ngebah tiying (memotong bambu) untuk rompok (bangunan darurat) upacara, membuat katik sate, membuat klatkat hingga untuk merajang bahan lawar (makanan khas Bali). Namun kini seselet tidak hanya dipakai sesuai dengan fungsinya, namun seselet juga dipakai sebagai sebuah gengsi, sehingga seselet dibuat dibuat tidak lagi hanya berdasarkan fungsi saja melainkan seselet juga harus memiliki bentuk dan tampilan yang menarik, sehingga mampu memberikan pencitraan terhadap pemakainya. Kondisi ini sejalan dengan gagasan Piliang (2011:416) dimana telah terjadi proses pencitraan melalui pemanfaatan kuasa simbolik yang medilekatkan pada seselet yang dibawa pada kegiatan pembuatan sarana ritual keagamaan. Demi memperoleh pencitraan simbolik seseorang rela

membeli sebuah seselet sampai ratusan ribu bahkan tidak jarang ada yang mengaku membeli sampai jutaan rupiah. Meminjam gagasan gagasan Freud (dalam Atmadja,2010:64) secara implisit kenyataan tersebut telah memperlihatkan bahwa kemajuan ekonomi telah menyebabkan terjadinya pergeseran pemaknaan suatu budaya. Dimana masalah ekonomi bisa mempengaruhi prilaku manusia. Dengan semakin majunya perkembangan ekonomi orang cenderung mengkonsumsi sesuatu tidak lagi berdasarkan kebutuhannya akan tetapi selalu mengikuti hasratnya dan terjebak ke dalam suatu gaya hidup. Seselet sebagai representasi gaya hidup menari untuk digarap menjadi sebuah produk kriya seni. Karena di dalamnya tidak saja berisikan fungsi praktis semata melainkan juga terkandung suatu muatan simbolik. Sehinga jika ditijau dari sisi segmen pasar jika seselet dikemas menjadi sebuah produk kriya seni bukan tidak mungkin akan memiliki prospek yang bagus. PROSES PENCIPTAAN Proses dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan atau perbuatan yang dilakukan guna menghasilkan produk, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012). Jadi dalam hal ini proses penciptaan yang dimaksud adalah serangkainan tindakan yang digunakan dalam mewujudkan karya seni yang berupa seselet. Dalam hal ini dilakukan beberapa proses yaitu, secara intuitif, dan melalui metode ilmiah yang dilakukan secara seksama, analitis, dan sistematis. Dalam konteks metodologis, terdapat tiga tahap penciptaan seni yaitu: eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Pertama tahap eksplorasi meliputi aktifitas penjelajahan menggali sumber ide dengan langkah identifikasi dan perumusan masalah, penelusuran, penggalian, pengumpulan data dan referensi, berikut pengolahan dan analisis data untuk mendapatkan simpul penting konsep pemecahan masalah secara teoritis, yang hasilnya dipakai sebagai dasar perancangan. Eksplorasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu eksplorasi ide dan eksplorasi fisik. Eksplorasi ide dilakukan untuk

menemukan gagasan-gagasan yang menarik berupa fenomena-fenomena yang terbaru yang bisa dijadikan sebagai sumber inspiratif diolah sehingga mendapatkan suatu bentuk analisis gagasan yang siap diwujudkan secara nyata. Kedua adalah eksplorasi fisik dilakukan untuk menemukan bentuk atau wujud yang cocok untuk mewakili gagasan yang sudah ada dan diwujudkan secara visual melalui bentuk yang ditetapkan sebagai metaphor dari makna yang ingin disampaikan (Gustami, 2004: 29. Produk yang dianggap sesuai untuk diwujudkan adalah sebuah bentuk seselet yang tidak saja memiliki fungsi praktis sebagai sebuah perkakas rumah tangga tetapi juga mampu memberika sebuah pencitraan (image,prestise) terhadap menggunanya. Tahap perancangan dibangun berdasarkan analisis hasil observasi, dirumuskan gagasan dalam bentuk sketsa alternatif, dituangkan melalui sket-sket dasar, diolah dan diramu sehingga mendapatkan suatu sketsa-sketsa yang nantinya diwujudkan secara nyata kemudian ditetapkan pilihan sketsa terbaik sebagai acuan reka bentuk atau dengan gambar teknik yang berguna bagi perwujudannya. Ketiga, tahap perwujudan, bermula dari pembuatan model sesuai dengan sketsa alternatif yang telah disiapkan menjadi model prototipe sampai ditemukan karya yang dikehendaki (Gustami, 2004: 29).

ULASAN KARYA Seselet Bali Di Pamerkan Pada Pameran Kriya Seni Inovasi Produk Kriya Menuju Industri Kreatif Di Museum Bali, 2012 Karya ini menampilkan bentuk seselet yang tidak hanya mempertimbangkan sisi fungsi praktisnya saja, namun juga ingin menampilkan sisi mewah dan elegan dari sebuah seselet. Dalam hal ini sisi elegan ditampilkan melalui bentuk seselet yang estetis terlihat pada bilah/mata pisaunya yang dibuat seindah mungkin tanpa mengurangi fungsi praktisnya, selain itu bentuk ring/cincin pengunci gagang dibuat deri bahan kuningan dan alpaka yaitu logam campuran antara nikel dan kuningan. Ring tersebut dihiasi dengan ornamen bali, sehingga mampu menampilkan kesan mewah dan unik. Selain itu gagangnya juga dibuat dengan jenis kayu yang dianggap bertuah dalam hal ini kayu yang digunakan antara lain kayu tiga kancu, kasua, birak ketemu, sentigi dan beberapa kayu lainnya yang dianggap memiliki kasiat tertentu. Semuanya diramu sedemikian rupa sehingga menampilkan bentuk seselet yang unik dan menarik

Daftar Pustaka Atmadja, Nengah Bawa. 2010. Komodifikasi Tubuh Perempuan Joged Ngebor Bali. Denpasar: Pustaka Larasan. Gustami, SP, (2004), Proses Penciptaan Seni Kriya Untaian Metodologis, Makalah, PPS.ISI., Yogyakarta. Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaa. Bandung: Matahari