BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. perlu dalam perkembangan zaman untuk menghadapi permasalahan-permasalah yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kemajuan suatu negara berbeda antara negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

Judul BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 berfungsi

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang penting bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia. Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

SURVEY PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

Hj. Yusida Gloriani & Teti Tresnawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting bagi setiap individu.tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak menimbulkan masalah pada diri individu.dalam kehidupan bersosial kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang.karena dengan adanya kepercayaan diri seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya.menurut Arif Hadipranata, orang yang percaya diri adalah orang yang yakin atau memastikan benar akan kemampuan atau kelebihan dirinya, mandiri, dan tidak suka meminta bantuan kepada orang lain.1 Kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga seseorang mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.2 Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua baik secara kelompok maupun individu. Peserta didik yang termasuk salah satu bagian dari individu juga sangatlah penting untuk memiliki kepercayaan diri.kepercayaan diri bagi peserta didik adalah ibarat dua sisi mata uang.karena rasa percaya diri mencerminkan bahwa peserta didik sudah mengambil langkah-langkah positif dalam hidupnya. Begitu sebaliknya peserta didik yang kurang mempunyai kepercayaan diri justru akan menjadi masalah baru bagi peserta didik itu sendiri. Masalah yang biasanya dialami oleh peserta didik terkait kepercayaan diri adalah kurangnya kemampuan bergaul dengan teman sebaya, kurangnya kemampuan dalam bersosial dengan lingkungan sekolah, dan kurangnya keyakinan diri terhadap tugas sekolah yang dikerjakan sendiri.dan setiap peserta pasti didik mempunyai tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda. 1 Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2 M. Nur Ghufron, 2011, Psikologi, Kudus, Nora Media Enterprise, hlm. 154-155. 1

2 Dengan tingkat kepercayaan diri yang berbeda maka membutuhkan peran guru bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan demikian, selain guru Mapel peran guru BK juga sangatlah penting untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.hal ini dikuatkan dengan adanya pengakuan Konselor/ guru BK dalam UndangUndang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab I pasal I ayat 4 dinyatakan bahwa pendidik adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.3selain itu peranan bimbingan dan konseling dewasa ini sudah sangat penting bagi sistem pendidikan di Indonesia.Hal ini terbukti Bimbingan dan Konseling telah dimasukkan dalam kurikulum dan bahkan merupakan ciri khas dari kurikulum SMP dan SMA/SMK tahun 1975, 1984, 1994, 2004, dan KTSP di seluruh Indonesia.4 Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencananaan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku5. Melalui bimbingan dan konseling, peserta didik memiliki peluang untuk memecahkan permasalahan terkait kepercayaan diri dan berkesempatan mengembangkan diri secara optimal dan mampu mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Tujuan pendidikan dan bimbingan konseling mempunyai arti yang sama yaitu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif 3 M. M. Sri Hastuti, 2007, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta, Media Abadi, hlm. 15. 4 Dewa Ketut Sukardi, 2010, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 1. 5 Fenti Hikmawati, 2012, Bimbingan Konseling, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hlm. 1

3 (tingkah laku dan sikap) dalam diri peserta didik yang sedang berkembang menuju kearah kedewasaannya6. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang tidak hanya mampu menghantarkan anak didik pada pencapaian kemampuan akademis saja, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri peserta didik menjadi optimal. Kontribusi pendidikan terhadap perkembangan potensi peserta didik tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.7 Menurut Islam bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien yang mengalami masalah karena klien belum bisa menyelesaikan masalahnya sendiri serta mengembangkan potensi yang dimiliki klien yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT, sehingga individu atau klien dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.8 Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.sekolah merupakan suatu sistem yang komponen komponen didalamnya terintegrasi dengan baik.salah satunya adanya program-program di sekolah misalnya program layanan Bimbingan dan Konseling individual. Bimbingan konseling Islam individual adalah proses pemberian bantuan kepada individu secara langsung atau tatap muka (face to face) 6 Sofyan S. Willis, 2011, Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung, Alfabeta, hlm. 7. 7 Prof. Dr. Bimo Walgito, 2010, Bimbingan dan konseling (studi karier), CV Andi Offset, Yogyakarta,.hlm. 200. 8 Farida dan Saliyo, 2008, Teknik Layanan Bimbingan Konseling Islam, STAIN Kudus, Kudus, hlm. 18-19.

4 dengan guru BK dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan guna menjadikan individu lebih mandiri dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan adanya bimbingan konseling Islam Individual diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri pada peserta didik. kepercayaan diri yang merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga seseorang mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.9 Sekolah MTs Negeri 2 Kudus merupakan salah satu sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri yang ada di Kudus. Sekolah ini mempunyai program-program layanan BK yang sudah terlaksana dengat baik.salah satunya adalah pelaksanaan program layanan bimbingan konseling Islam individual.pelaksanaan layanan bimbingan konseling Islam individual di sekolah MTs Negeri 2 Kudus sudah sangat baik. Hal ini terlihat dengan adanya pemberian materi setiap seminggu sekali dalam kelas dan ada jadwal tersendiri untuk peserta didik yang membutuhkan bantuan seperti konsultasi mengenai masalah dalam belajar, konsultasi ekstrakurikuler apa yang harus diambil yang sesuai kemampuan masing-masing peserta didik.kelas VII di MTs Negeri 2 Kudus terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VII A - VII G, yang perkelas biasanya terdiri dari 40peserta didik. Jumlah guru BK di MTs Negeri 2 Kudus ada empat guru BK. Dan dari masing-masing guru BK mempunyai peranya masing-masing disetiap regular kelas namun walupun begitu keempat guru BK tersebut masih tetap berkorelasi satu sama lain. Masalah yang pernah ditangani guru BK terkait keprcayaan diri pada peserta didik biasanya berupa fisik atau penampilan, trauma akan masa lalu dan lain-lain. Dengan demikian, Setting yang peneliti ambil adalah peserta didik kelas VII MTs Negeri 2 Kudus. Dimana di sekolah tersebut banyak peserta didik khususnya kelas VII yang berada dalam proses transisi kearah remaja yang biasanya dalam hal kepercayaan diri masih kurang serta sedang menyesuaikan lingkungan sekolah yang baru serta membantu peserta didik untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dalam hal apapun. Oleh karena itu 9 M. Nur Ghufron, 2011, Psikologi, Kudus, Nora Media Enterprise, hlm. 154-155.

5 peneliti tetarik mengajukan judul Studi Analisis Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam Individual dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Peserta Didik Kelas VII Di MTSN 02 Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus penelitian Pandangan penelitian kualitatif, gejalanya bersifat holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga penelitian kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variable penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Maka peneliti menetapkan focus untuk mempertajam penelitian, focus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial. Penentuan focus penelitian didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial lapangan. Hal ini ditujukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh yang dapat peneliti jadikan sebagai latar belakang masalah, sehingga memudahkan focus penelitian. Kegiatan layanan bimbingan konseling Islam individu pada peserta didik kelas VII MTSN 02 Kudus, yang menjadi fokus penelitian adalah pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan konseling islam individual untuk membantu permasalahan bagi peserta didik kelas VII di MTSN 02 tersebut. Adapun kegiatan yang ada yaitu: kegiatan yang terkait dengan proses pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling individual. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diangkat, sebagai berikut: 1. Apa saja masalah-masalah kepercayaan diri peserta didik kelas VII di MTs Negeri 2 Kudus?

6 2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling Islam individual pada peserta didik kelas VII MTs Negeri 2 Kudus dalam meningkatkan kepercayaan diri? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan konseling Islam individual pada peserta didik kelas VII di MTs Negeri 2 Kudus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri. 2. Untuk mengetahui masalah- masalah kepercayaan diri peserta didik kelas VII di MTs Negeri 2 Kudus. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini diantaranya: 1. Manfaat teoritis a. Bagi guru BK Dapat dijadikan sebagai literatur dan bahan kajian dalam meningkatkan kinerja guru BK. b. Bagi peserta didik Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan kepercayaan diri. 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah atau lokasi penelitian Sebagai sumbangan informasi untuk meningkatkan kinerja. b. Bagi peserta didik Dapat memberikan kontribusi pada khasanah keilmuan. c. Bagi masyarakat Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk meningkatkan kepercayaan diri pada setiap individu. membantu