1. PENDAHULUAN MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS Nama Mahasiswa : Aan Fauzi NRP : 3109 105 018 Jurusan : Teknik Sipil, FTSP-ITS Dosen Konsultasi : Data Iranata, ST, MT, Ph.D ABSTRAK Apartemen Metropolis merupakan gedung yang terdiri dari 15 lantai yang pada awalnya didesain dengan menggunakan struktur beton bertulang. Sebagai bahan studi perancangan bangunan ini dimodifikasi menjadi 25 lantai menggunakan struktur baja. Konstruksi baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur lainnya berdasarkan pertimbangan ekonomi, sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil Dalam Tugas Akhir ini dilakukan perencanaan ulang menggunakan struktur baja dengan sistem rangka bresing konsentris khusus (SRBKK) memakai jenis bresing inverted V. Sistem Rangka Bresing Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tidak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Pada struktur gedung tinggi, kekakuan merupakan syarat penting untuk diperhatikan, karena kekakuan dapat menahan gaya beban lateral. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku bresing yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Tujuan dari Tugas akhir ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung baja meliputi perencanaan pelat lantai, tangga, atap beton, balok anak, balok induk,kolom dan pondasi yang memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan SNI 03-2847-2, SNI 03-1729-2, SNI 03-1726-2, dan PPIUG 1983. Kata kunci : baja, bresing, konsentris 1.1 Latar Belakang BAB I Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ancaman gempa bumi cukup tinggi. Oleh karena itu, dalam merencanakan bangunan di daerah gempa gaya gempa yang terjadi harus diperhitungkan dan digunakan dalam mendesain supaya struktur tetap memiliki kekakuan yang cukup untuk dapat berdiri (tidak runtuh) sehingga keselamatan pengguna bangunan saat terjadi gempa dapat terjamin. Perencanaan struktur ini dapat dilakukan dengan dua alternatif desain yaitu membuat sistem struktur yang berperilaku elastis saat memikul beban gempa dan sistem struktur yang berperilaku inelastis saat terjadi gempa. Desain struktur yang berperilaku tetap elastis mempunyai keunggulan saat terjadi beban gempa tidak ada satupun bagian dari struktur yang mengalami deformasi permanen, sehingga elemen struktur yang digunakan akan memerlukan penampang yang jauh lebih besar dan struktur akan menjadi sangat tidak ekonomis. Sedangkan desain struktur yang berperilaku inelastis Page 1 of 11
mempunyai keunggulan pada saat terjadi gempa terdapat bagian tertentu dari struktur tersebut yang akan mengalami plastifikasi akibat penyerapan energi gempa. Sistem struktur tersebut tentunya akan mengalami deformasi plastis pada bagianbagian tertentu namun tetap memiliki kekakuan yang cukup untuk dapat bertahan. Oleh sebab itu perlu dilakukan perencanaan kapasitas untuk menjamin bahwa struktur mampu bertahan terhadap gempa yang sangat kuat dengan melakukan perubahan bentuk secara daktail. Konstruksi baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur lainnya berdasarkan pertimbangan ekonomi, sifat, dan kekuatannya, cocok untuk pemikul beban. Oleh karena itu baja banyak dipakai sebagai bahan struktur, misalnya untuk rangka utama bangunan bertingkat sebagai kolom dan balok, sistem penyangga atap dengan bentangan panjang seperti gedung olahraga, hanggar, menara antena, dan jembatan. Beberapa keunggulan baja sebagai bahan struktur dapat diuraikan sebagai berikut. Batang struktur dari baja mempunyai ukuran tampang yang lebih kecil daripada batang struktur dengan bahan lain, karena kekuatan baja jauh lebih tinggi daripada beton maupun kayu. Kekuatan yang tinggi ini terdistribusi secara merata. (The Kozai Club 1983) menyatakan kekuatan baja bervariasi dari 300 Mpa sampai 0 Mpa. Kekuatan yang tinggi ini mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja lebih ringan daripada struktur dengan bahan lain. Dengan demikian kebutuhan fondasi juga lebih kecil. Selain itu baja mempunyai sifat mudah dibentuk. Struktur dari baja dapat dibongkar untuk kemudian dipasang kembali, sehingga elemen struktur baja dapat dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk. Kebanyakan struktur bangunan dengan material baja menggunakan profil baja solid. SNI 03-1729-2 mengkiasifikasikan beberapa macam sistem struktur untuk bangunan baja tahan gempa, yang meliputi: 1. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus 2. Sistem Rangka Pemikul Momen Terbatas 3. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa 4. Sistem Rangka Batang Pemikul Momen Khusus 5. Sistem Rangka Bresing Konsentris Khusus 6. Sistem Rangka Bresing Konsentris Biasa 7. Sistem Rangka Bresing Eksentrik Pada tugas akhir ini digunakan tipe SRBKK karena memiliki salah satu keuntungan yang tidak dimiliki sistem yang lain, yaitu Iebih mudah dalam hal perbaikan kerusakan struktur. Hal ini disebabkan karena pada SRBKK, elemen bresing yang direncanakan leleh terlebih dahulu sehingga lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan elemen link pada SRBE dan elemen balok pada SRPM. Dengan menggunakan konfigurasi bresing tipe V terbalik. 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan utama dalam penyusunan tugas akhir ini adalah Bagaimana melakukan perancangan modifikasi gedung Apartemen Metropolis menggunakan struktur rangka bresing konsentris khusus (SRBKK), Sedangkan permasalahan detil dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana menentukan Preliminary desain penampang struktur baja. 2. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak dan tangga. 3. Bagaimana memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS 9.7.1 4. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 5. Bagaimana merencanakan Bresing konsentris pada struktur bangunan. 6. Bagaimana merencanakan hubungan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar tenik. 1.3 Batasan Masalah Perencanaan struktur gedung ditinjau dari segi teknis saja, yaitu: 1. Perencanaan tidak meninjau metode pelaksanaan dan biaya konstruksi. 2. Perencanaan ini tidak termasuk memperhitungkan sistem utilitas bangunan, perencanaan pembuangan saluran air bersih dan kotor, instalasi/ jaringan listrik, finishing, dsb. 1.4 Tujuan Tujuan yang diharapkan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Preliminary desain penampang struktur baja. 2. Merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok anak dan tangga. Page 2 of 11
2. TINJAUAN 3. Memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS 9.7.1 4. Merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom. 5. Merencanakan Bresing Konsentris pada struktur bangunan. 6. Merencanakan hubungan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur, yaitu kekuatan (strength), kekakuan dan stabilitas (stability). 7. Menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar tenik. 1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari perancangan ini adalah : 1. Hasil perencanaan ini dapat dijadikan acuan untuk perencanaan bangunan yang akan dirancang ulang dengan struktur baja. 2. Dari Perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat perancangan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisasi. 2.1 Umum BAB II PUSTAKA Indonesia merupakan daerah gempa aktif, berdasarkan SNI 03-1726-2 wilayah gempa di Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah. Bangunan harus didesain supaya mampu menahan gempa yang kira-kira akan terjadi di daerahnya. Dalam memilih sistem stniktur yang tepat, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan misalnya tinggi bangunan, arsitektural, dan fungsi bangunan. Dengan mendesain bangunan sesuai dengan berbagai ketentuan yang ada di SNI diharapkan struktur bangunan tersebut tidak mengalami keruntuhan pada saat terjadi gempa. Di dalam SNI 03-1726-2 dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan mengenai pengelompokan gedung beraturan dan tidak beraturan, daktilitas struktur, pembehanan gempa nominal, wilayah gempa Indonesia beserta respons spektrum gempa untuk masing-masing wilayah. kinerja struktur gedung, dan lain-lain. 2.2 Konsep Perencanaan Struktur Baja Tahan Gempa Struktur suatu bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja Page 3 of 11 pada struktur tersebut, di antaranya beban gravitasional dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa. Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai berikut: 1. Gempa ringan Bangunan tidak boleh rusak secara struktural dan arsitektural (komponen arsitektural diperbolehkan terjadi kerusakan seminimum mungkin) 2. Gempa sedang Komponen struktural (balok dan kolom) tidak diperbolehkan rusak sama sekali tetapi komponen arsiektural diperbolehkan terjadi kerusakan (seperti : kaca) 3. Gempa Berat Boleh terjadi kerusakan pada komponen struktural tetapi tidak menyebabkan keruntuhan bangunan. 2.2.1 Perencanaan LRFD (Load Resistance Factor Design) Perencanaan struktur baja yang selama ini dilakukan di Indonesia menganut konsep tegangan ijin atau lebih dikenal dengan Allowable Stress Design (ASD). Metode ASD telah digunakan selama kurun waktu 100 tahun, dan dalam 20 tahun terakhir telah bergeser ke perencanaan batas (LRFD) yang lebih rasional dan berdasarkan konsep probabilitas. Keadaan batas adalah kondisi struktur diambang batas kemampuan dalam memenuhi fungsi-fungsinya. Keadaan batas dibagi dalam dua katagori yaitu tahanan dan kemampuan layan. Keadaan batas tahanan (atau keamanan) adalah perilaku struktur saat mencapai tahanan plastis, tekuk, leleh, fraktur, guling, dan gelincir. Keadaan batas kemampuan layan berkaitan dengan kenyamanan penggunaan bangunan, antara lain masalah lendutan, getaran, perpindahan permanen, dan retak-retak. Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan LRFD Ru. Rn Dimana : R u = kekuatan yang dibutuhkan (LRFD) R n = kekuatan nominal φ =faktor tahanan (< 1.0) (SNI: faktor reduksi)
2.3 Perencanaan Elemen Struktur 2.3.1 Kolom Komposit Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja yang dibuat dari potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di dalam beton struktural atau terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan beton struktural (Salmon & Jonson 1996). Adapun batasan digolongkannya sebagai kolom komposit mengacu SNI-03-1729-2 Pasal 12.3.1 2.3.2 Balok Sebuah balok yang memikul beban lentur murni terfaktor, Mu harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan : M u φm n di mana : M u adalah momen lentur terfaktor, φ adalah faktor reduksi = 0,9 M n adalah kuat nominal dari momen lentur penampang 2.3.3 Sambungan Sambungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah struktur baja. Sambungan berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam (momen, lintang/geser, dan/atau aksial) antar komponen-komponen struktur yang disambung, sesuai dengan perilaku struktur yang direncanakan. Keandalan sebuah struktur baja untuk bekerja dengan mekanisme yang direncanakan sangat tergantung oleh keandalan sambungan. Berdasarkan perilaku struktur yang direncanakan, sambungan dapat dibagi menjadi: 1. Sambungan kaku 2. Sambungan semi-kaku 3. Sambungan sederhana 2.4 Konsep Desain Bresing Konsentris Sistem Rangka Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK) sesuai dengan SNI 02-1729-2 butir 15.1. Pada struktur gedung tinggi, kekakuan merupakan syarat penting untuk diperhatikan, karena kekakuan dapat menahan gaya beban lateral. Adanya aksi gaya beban lateral pada portal (frame) dapat menimbulkan momen lentur, momen puntir, gaya geser dan gaya aksial pada semua elemen struktur. Sehingga gaya-gaya tersebut menyebabkan perlemahan pada struktur tersebut. Dan untuk mengatasinya ádalah dengan menggunakan rangka pengaku brasing. Sistem Rangka Bresing Konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tidak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan sistem MRF yang hanya bisa digunakan sebagai penahan momen. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Sistem ini penyerapan energinya dilakukan melalui pelelehan yang dirancang terjadi pada pelat buhul. Sistem ini daktilitasnya kurang begitu baik sehingga kegagalannya ditentukan oleh tekuk bresing. Pengembangan daktilitas dilakukan melalui aksi yang terjadi pada bresing dengan cara: 1. Bresing leleh pada bagian yang tertarik 2. Bresing mengalami tekuk pada bagian yang tertekan Gambar 2.1 Kekakuan struktur setelah dipakai bresing. Charles G. Salmon dan John E. Jonson menyatakan bahwa pada dasarnya kerangka berpenopang lebih tepat didefinisikan sebagai sebagai kerangka dimana tekuk goyangan (sideway buckling) dicegah oleh elemen-elemen topangan struktur tersebut dan bukan oleh kerangka struktural itu sendiri. Gambar 2.2 Macam-macam bresing Konsep batang bresing dalam menerima gaya gempa dapat dilihat pada gambar berikut. Page 4 of 11
4. PERENCANAAN 3. METODOLOGI Gambar 2.3 Batang bresing menerima gaya gempa. BAB III 3.1 Diagram Alur Penyelesaian Tugas Akhir - Beban mati (berat sendiri bondek dan pelat beton) sudah diperhitungkan - Berat berguna yang digunakan adalah jumlah beban hidup dan beban-beban finishing lainya. - Beton menggunakan mutu K-225 kg/cm 2 - Bondex Menggunakan Tebal 0,75 mm - Tulangan susut menggunakan Wiremesh M5 4.1.1 Pelat Lantai Atap Data-Data Bondek : - bentang = 2,67 m 2,75 m - beban berguna = kg/m 2 - bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat diambil 9 cm, dan tulangan negatif 2,09 cm2/m Digunakan tulangan Ø 10-300 WATER PROOFING TULANGAN SUSUT WIREMESH M5 TULANGAN UTAMA Ø10-300 90 BETON K-225 BONDEX LYSAGHT T=0,75 mm Gambar 4.1 Penulangan Bondek Atap 4.1.2 Perencanaan Pelat Lantai Apartemen. Data-Data Bondek - bentang = 2,67 m 2,75 m - beban berguna = 0 kg/m2 - bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat diambil 9 cm, dan tulangan negatif 3,02 cm2/m Digunakan tulangan Ø 10-250 KERAMIK SPESI LANTAI TULANGAN SUSUT WIREMESH M5 TULANGAN UTAMA Ø10-250 90 Gambar 3.1 Diagram alur metodologi penyelesaian Tugas Akhir BAB IV STRUKTUR SEKUNDER 4.1 Perencanaan Dimensi Pelat Lantai Gedung Perencanaan pelat lantai pada gedung ini menggunakan bantuan tabel perencanaan praktis yang ada dari PT BRC LYSAGHT INDONESIA. Spesifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut : Gambar 4.2 Penulangan Bondek Lantai Apartemen 4.1.3 Perencanaan Pelat Lantai Parkir. Data-Data Bondek - bentang = 2,67 m 2,75 m - beban berguna = 500 kg/m2 - bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat diambil 10 cm, dan tulangan negatif 3,11 cm2/m Digunakan tulangan Ø 10 250 FLOOR HARDENER Gambar 4.3 BETON K-225 TULANGAN SUSUT WIREMESH M5 BETON K-225 BONDEX LYSAGHT T=0,75 mm BONDEX LYSAGHT T=0,75 mm TULANGAN UTAMA Ø10-300 70 100 Penulangan Bondek Lantai Parkir Page 5 of 11
4.2 Perencanaan balok anak Fungsi dari balok anak adalah meneruskan beban yang dipikul plat lantai ke balok induk BALOK ANAK 6450 2667 2667 2667 2667 8000 Gambar 4.4Denah pembebanan balok anak Dari hasil perhitungan didapatkan : a. Balok anak atap menggunakan Profil WF 300 x 150 x 6,5 x 9 b. Balok anak lantai apartemenm enggunakan Profil 350 x 175 x 7 x 11 c. Balok anak lantai apartemenm enggunakan Profil 350 x 175 x 7 x 11 4.3 Perencanaan Balok Lift PELAT Pada perencanaan Balok Lift ini meliputi balok-balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift yaitu terdiri dari balok penumpu dan balok penggantung lift. Pada bangunan ini menggunakan lift penumpang dengan data-data sebagai berikut : Gambar 4.5 Denah Struktur Lift 4.4 Perencanaan Tangga Data perencanaan tangga lantai 1-25 tipikal - Tinggi antar lantai = 300 cm - Tinggi bordes = 150 cm - Lebar injakan( i ) = 28 cm - Panjang tangga = 265 cm - Lebar pegangan tangga = 10 cm - Perecanaan Jumlah Injakan Tangga : Tinggi injakan ( t ) = 18 cm Jumlah tanjakan = 150 = 8,33 8 buah 18 Jumlah injakan ( n ) = 8-1= 7 buah cm < ( 2 x 18 +28 ) < 65 cm cm < (64) < 65 cm...ok Lebar bordes = 100 cm Lebar tangga = 125 cm a = arc tg 150 = 32,73º 265 25º < 29,51º < º...Ok - Tipe lift : Passenger Elevators - Merk : HYUNDAI - Kapasitas : 10 Orang 700 kg - Lebar pintu (opening width) : 800 mm - Dimensi ruang luncur (hoistway Inside) 2 Car : 3700 x 1830 mm 2 - Dimensi sangkar (car size) Internal : 10 x 1250 mm 2 External : 14 x 15 mm 2 - Dimensi ruang mesin : 00 x 30 mm 2 - Beban reaksi ruang mesin R 1 = 4 kg R 2 = 2700 kg - Balok Penumpu lift WF 300 x 150 x 6,5 x 9 Gambar 4.6 Denah tangga Page 6 of 11
5. PERENCANAAN Gambar 4.7 Potongan tangga tebal plat injak t = 3 mm Balok bordes WF 100 x 50 x 5 x 7 Balok tangga WF x 100 x 4,5 x 7 Balok penumpu WF 250 x 125 x 6 x 9 BAB V STRUKTUR UTAMA 5.1 Kontrol Desain Sesuai dengan peraturan SNI 03-1726-2, maka hasil analisis struktur harus dikontrol terhadap suatu batasan-batasan tertentu untuk menentukan kelayakan sistem struktur tersebut. Adapun hal-hal yang harus dikontrol adalah sebagai berikut : Kontrol Partisipasi Massa (SNI 1726 ps 7.2.1) Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ 1 2.3898 0.004 59.664 0 0.004 59.664 0 2 2.2775 58.193 0.014 0 58.197 59.677 0 3 2.1448 2.185 0.078 0.381 59.755 0 4 0.761 0.001 16.2 0.382 76.157 0 5 0.7286 16.248 0.004 0 76.630 76.161 0 6 0.6893 0.254 0.065 0 76.884 76.226 0 7 0.4176 0.001 8.6 0 76.885 84.866 0 8 0.14 6.558 0.003 0 83.443 84.868 0 9 0.3977 2.054 0.001 0 85.496 84.870 0 10 0.2871 0.008 4.350 0 85.504 89.220 0 11 0.2804 0.133 0.697 0 85.637 89.917 0 12 0.2743 4.736 0.003 0 90.372 89.920 0 13 0.2144 0.000 2.611 0 90.373 92.531 0 14 0.2066 0.834 0.026 0 91.207 92.557 0 15 0.2051 1.630 0.009 0 92.837 92.566 0 16 0.169 0.000 1.476 0 92.837 94.042 0 17 0.1625 1.353 0.000 0 94.190 94.042 0 18 0.12 0.066 0.000 0 94.255 94.042 0 19 0.1383 0.000 1.067 0 94.255 95.110 0 20 0.1334 0.994 0.000 0 95.250 95.110 0 21 0.1315 0.041 0.001 0 95.291 95.111 0 22 0.1168 0.000 0.878 0 95.291 95.988 0 23 0.1129 0.663 0.000 0 95.954 95.988 0 24 0.1122 0.190 0.000 0 96.144 95.988 0 25 0.1007 0.000 0.719 0 96.144 96.707 0 Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum (SNI 1726 ps 7.1.3) Dari persamaan respon spektrum wilayah gempa 6 0,95 tanah lunak nilai C1 sehingga didapat nilai T 0,95 0, 95 C 1 0,39752 T 2,3898 Base reactions gempa ragam pertama dihitung sebagai berikut : C1. I 0,397521 V1 Wt 18873448,16 kg R. 6,4 1172290,72kg Dari analisa struktur menggunakan program ETABS 9.7.1 dengan asumsi asumsi yang telah dijelaskan diatas, maka didapatkan output untuk nilai gaya geser dasar (base shear) sebagai berikut Tabel 5.1 Beban Gempa Base shear respon spektrum. Global FX kg Global FY kg RSP X 1,244,353.25 363,939.05 RSP Y 373,347.35 1,212,983.15 Maka untuk arah X, VRSPX 0,8. V1 1244353,25 937832,57 kg... Oke Maka untuk arah Y, VRSPY 0,8. V1 1212983,15 937832,57 kg... Oke Sehingga nilai akhir respon spektrum memenuhin persyaratan SNI 03 1726 2 Ps. 7.1.3. Periode waktu getar alami secara empiris (T 1 ) Rumus Empiris pakai methode A dari UBC section1630.2.2. Tinggi gedung hn = 80 m Ct = 0,0488 T = 0,0488 x (80) 3/4 = 1,31 detik Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental (SNI 03 1726 2 Ps.5.6) T < ζ n = 0,15 x 26 = 3,90 detik > T empiris... OK Dimana : = 0,15 (Tabel 8 SNI 03-1726-2) n = jumlah tingkat = 26 Dari hasil analisa ETABS 9.7.1 didapat, T 1 = 2,33 detik < (0,15 26) = 3,90 dt OK Page 7 of 11 Kontrol Kinerja Struktur Gedung ( SNI 1726 ps 8)
Tabel 5.2 Kontrol batas layan dan kinerja batas ultimat akibat beban gempa RSPX Tingkat Tingg Drift Syarat Drift Syarat s Bangun i Zi s Drift Ket. m Drift Ket. an s m m mm mm mm mm mm Atap 80 124.73 3.42 14.06 OK 15.33.00 OK Lt.25 77 121.31 3.67 14.06 OK 16.44.00 OK Lt.24 74 117.64 3.95 14.06 OK 17.68.00 OK Lt.23 71 113.69 4.22 14.06 OK 18.89.00 OK Lt.22 68 109.47 4.47 14.06 OK 20.03.00 OK Lt.21 65 105.00 4.71 14.06 OK 21.09.00 OK Lt.20 62 100.30 4.97 14.06 OK 22.26.00 OK Lt.19 59 95.33 4.98 14.06 OK 22.32.00 OK Lt.18 56 90.34 5.17 14.06 OK 23.17.00 OK Lt.17 53 85.17 5.31 14.06 OK 23.81.00 OK Lt.16 50 79.86 5.43 14.06 OK 24.35.00 OK Lt.15 47 74.42 5.53 14.06 OK 24.78.00 OK Lt.14 44 68.89 5. 14.06 OK 25.10.00 OK Lt.13 41 63.29 5.69 14.06 OK 25.49.00 OK Lt.12 38 57. 5.57 14.06 OK 24.95.00 OK Lt.11 35 52.03 5. 14.06 OK 25.11.00 OK Lt.10 32 46.43 5.57 14.06 OK 24.98.00 OK Lt.9 29.85 5.47 14.06 OK 24.52.00 OK Lt.8 26 35.38 5.36 14.06 OK 24.02.00 OK Lt.7 23 30.02 5.22 14.06 OK 23.39.00 OK Lt.6 20 24.80 5.03 14.06 OK 22.53.00 OK Lt.5 17 19.77 4.66 14.06 OK 20.85.00 OK Lt.4 14 15.11 4.97 16.41 OK 22.29 70.00 OK Lt.3 10 10.14 4.38 16.41 OK 19.63 70.00 OK Lt.2 6 5.76 3.78 16.41 OK 16.93 70.00 OK Lt.1 3 1.98 1.98 16.41 OK 8.86 70.00 OK Tabel 5.3 Kontrol batas layan dan kinerja batas ultimat akibat beban gempa RSPX Tingkat Tingg Drift Syarat Drift Syarat s Banguna i Zi s Ket Drift m Drift. n s m Ket. m mm mm mm mm mm Atap 80 135.56 3.72 14.06 OK 16.68.00 OK Lt.25 77 131.83 4.00 14.06 OK 17.90.00 OK Lt.24 74 127.84 4.30 14.06 OK 19.27.00 OK Lt.23 71 123.54 4. 14.06 OK 20..00 OK Lt.22 68 118.94 4.88 14.06 OK 21.86.00 OK Lt.21 65 114.06 5.14 14.06 OK 23.02.00 OK Lt.20 62 108.92 5.41 14.06 OK 24.25.00 OK Lt.19 59 103.51 5.44 14.06 OK 24.36.00 OK Lt.18 56 98.07 5.63 14.06 OK 25.23.00 OK Lt.17 53 92.44 5.78 14.06 OK 25.92.00 OK Lt.16 50 86.65 5.91 14.06 OK 26.49.00 OK Lt.15 47 80.74 6.02 14.06 OK 26.95.00 OK Lt.14 44 74.73 6.10 14.06 OK 27.32.00 OK Lt.13 41 68.63 6.20 14.06 OK 27.76.00 OK Lt.12 38 62.43 6.07 14.06 OK 27.20.00 OK Lt.11 35 56.36 6.11 14.06 OK 27.38.00 OK Lt.10 32 50.25 6.07 14.06 OK 27.20.00 OK Lt.9 29 44.18 5.92 14.06 OK 26.54.00 OK Lt.8 26 38.25 5.79 14.06 OK 25.96.00 OK Lt.7 23 32.46 5.64 14.06 OK 25.27.00 OK Lt.6 20 26.82 5.44 14.06 OK 24.39.00 OK Lt.5 17 21.38 5.09 14.06 OK 22.82.00 OK Lt.4 14 16.28 5.48 16.41 OK 24.54 70.00 OK Lt.3 10 10.80 4.73 16.41 OK 21.18 70.00 OK Lt.2 6 6.08 4.01 16.41 OK 17.96 70.00 OK Lt.1 3 2.07 2.07 16.41 OK 9.26 70.00 OK 5.2 Perencanaan Elemen Struktur Primer 5.2.1 Bresing Konsentris Khusus Sesuai dengan SNI 03-1729-2 butir 15.1 batang-bantng breisng mempunyai persyaratan khusus yang harus dipenuhi. 1. Kontrol distribusi beban lateral Lantai RSP X RSPY Bresing X (%) Ket. Bresing Y (%) Ket. Atap 49.58 OK 50.29 OK 25 36.55 OK 50.07 OK 24 38.76 OK 50.42 OK 23 41.23 OK 52.36 OK 22 42.57 OK 53.39 OK 21.71 OK 50.30 OK 20 34.82 OK 42.08 OK 19 35. OK 43.10 OK 18 36.34 OK 44.16 OK 17 37.13 OK 45.39 OK 16 38.02 OK 46.78 OK 15 39.03 OK 48.29 OK 14.17 OK 49.88 OK 13 41.34 OK 51.43 OK 12 42.09 OK 52.36 OK 11.49 OK 50.02 OK 10 36.95 OK 45.39 OK 9 39.84 OK 47.21 OK 8 41.25 OK 49.26 OK 7 42.78 OK 51.16 OK 6 43.96 OK 52.42 OK 5 43.90 OK 51.57 OK 4 46.68 OK 53.59 OK 3 43.55 OK 48.24 OK 2 41.41 OK 47.24 OK 1 36.24 OK 33.76 OK Persentase gaya horisontal yang dipikul oleh batang bresing tarik pada tabel diatas berkisar pada (33,76%-53,59%). Maka, batang bresing telah memenuhi syarat distribusi beban lateral SNI 03-1729-2 Pasal 15.11.2.3. yakni masing-masing arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang bresing, minimal 30% tapi tidak lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul oleh batang bresing tarik. 2. Kontrol penampang ][ 300.100.10.16 d 300 mm Ix 16127 cm 4 bf 100 mm Iy 2527.4 cm 4 tw 10 mm ix 11.71 cm 3 tf 16 mm iy 4.64 cm 3 Ag 117,6 cm 2 Sx 1075.12 cm 3 r 16 mm Sy 2.7 cm 3 tp 10 mm Zx 1267.92 cm 3 h 230,8 mm Zy 5.6 cm 3 Page 8 of 11
Persyaratan kelangsingan batang bresing untuk SRBKK sesuai SNI 03-1729-2 Butir 15.11.2.1 yaitu : kondisi tumpuan sendi-sendi, k c = 1 kl c 2625 2 2 dengan L 350 0 531,51cm r f y 1.531,51 2625 55,64 169, 44... oke 9,552 2 5.2.2 Perhitungan Elemen Balok 1 Balok bresing WF 500..10.16 rasio kapasitas momen M u 34636,536 0,77 1(memenuhi). M 45273,6 n rasio kapasitas geser Vu 26891,33 0,48 1 (memenuhi). V 55468,8 n 5.2.3 Perhitungan Kolom d 500 mm Ix 47800 cm 4 bf mm Iy 21 cm 4 tw 10 mm ix 20.50 cm 3 tf 16 mm iy 4.33 cm 3 Ag 89.65 cm 2 Sx 1910.0 cm 3 r 20 mm Sy 214.0 cm 3 h 428 mm Zx 2096.00 cm 3 Zy 332.00 cm 3 Persyaratan SNI 03-1729-2 Butir 15.11.5.1 Kolom SRBKK perbandingan lebar terhadap tebal penampang kolom dalam tekan sesuai butir 15.11.2.4. harus bersifat kompak. Untuk Pu > 0,2...rumus 2 SNI 03-1729. Pn ps.12.5-2 Pu 8 Mux Muy 1, 0. Pn 9. Mnx. Mny 8 42232 1482618 0, 65 1,0 9 0,9 20662707,48 0,9 20931243,48 0.92 1,0... oke Jadi kolom komposit interior digunakan profil King cros H 588..12.20 dengan beton 80cm x 80 cm. 5.3 Perencanaan sambungan PLATE t=15 mm ASTM A-325 16 M22 KC 588x300x12x20 PLATE t=15 mm ASTM A-325 16 M22 PLATE t=15 mm ASTM A-325 16 M22 KC 588x300x12x20 A 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 A ASTM A-325 12 M22 PLATE t=15 mm K 588.300.12.20 f y 2 Mpa Ix 127020 cm 4 d 588 mm Iy 132585 cm 4 bf 300 mm ix 18,16 cm 3 tw 12 mm iy 18,16 cm 3 tf 20 mm Sx 4320,4 cm 3 Ag 385 cm 2 Sy 4419,5 cm 3 r 28 mm Zx 5228.64 cm 3 h 492 mm Zy 53.53 cm 3 4D22 Gambar 5.2 Sambungan kolom dengan kolom KOLOM KC 588x300x12x20 CONTINUITY PLATE t=16 mm BOLT ASTM A-325 4 M24 BOLT ASTM A-325 6 M24 100 80 30 70 K 0..11.17 2 L 70x70x7 30 BOLT ASTM A-325 M24 435 Ø12-250 100 80 70 290 WF 500xx10x16 T 350x350x14x22 BOLT ASTM A-325 M24 BALOK INDUK PARKIR WF 500xx10x16 Gambar 5.1 Penampang Kolom Komposit Gambar 5.3 Sambungan Balok dan Kolom Page 9 of 11
6. PERENCANAAN 30 30 7. PENUTUP 6.2 Sloof KOLOM KC 588x300x12x20 0 0 6 4D22 4D22 100 80 70 2 L 70x70x7 BOLT ASTM A-325 M24 6 BOLT ASTM A325 6 M24 2tp BRESING DOUBLE CANAL 300x100x10x16 800 Gambar 6.2 Tumpuan Ø10-300 4D22 800 Lapangan Ø10-300 4D22 Penampang Sloof /80 daerah tumpuan & Lapangan 435 100 80 70 290 T 350x350x14x22 BOLT ASTM A-325 M24 BALOK INDUK PARKIR WF 500xx10x16 BAB VII Gambar 5.4 Sambungan Bracing pada Balok Kolom Gambar 5.5 Sambungan Bracing pada Balok BAB VI PONDASI 6.1 Pondasi group My Gambar 6.1 Pondasi tiang pancang 1. Kedalaman tiang pancang rencana = 24 m 2. Diameter tiang pancang = 50 cm q tiang X 2tp 1 2 4 5 7 Y Hy 75 125 125 75 0 Mx 3 8 9 6 Hx BRESING DOUBLE CANAL 300x100x10x16 75 125 125 75 6 0 BALOK INDUK WF 500xx10x16 = η P ijin tiang = 0,93 112135,58 kg = 104286,1 kg > P max = 84629,81 kg 100 6 75 125 BOLT ASTM A325 6 M24 My P 0 Mx 125 75 7.1 Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisa perhitungan struktur sekunder didapatkan : Pelat lantai menggunakan Bondex PT. BRC LYSAGHT INDONESIA t = 0,75 mm, dengan tebal plat beton : - Atap t = 90 mm - Lantai apartemen t = 90 mm - Lantai parkir t = 100 mm Balok anak - Atap Profil WF 300x150x6,5x9 - Lantai apartemen Profil WF 350x175x7x11 - Lantai parkir Profil WF 350 x175 x7 x11 2. Dari hasil analisa perhitungan struktur primer didapatkan : Profil baja dipakai dari PT. Gunung Garuda. Balok persilangan bresing : - Atap Profil WF 0 x x8 x13 - Lantai apartemen Profil WF 450 xx9x14 - Lantai parkir Profil WF 500 x x10 x116 Balok induk : - Atap Profil WF 0 x x8 x13 - Lantai apartemen Profil WF 450 x x9 x14 - Lantai parkir Profil WF 500 x x10 x116 Kolom komposit : - Lantai 1-5 King Cross 588 x300 x12 x20; beton 80 x 80 cm - Lantai 6-13 King Cross 500 x x10 x16; beton 70 x 70 cm - Lantai 14-20 King Cross 450 x x9 x14; beton x cm - Lantai 21-25 King Cross 0 x x8 x13; beton 50 x 50 cm Page 10 of 11 3. Bresing dipakai tipe Konsentris khusus dengan model inverted V menggunakan
8. DAFTAR profil Double Canal 300x100x10x16. Persentase gaya horisontal yang dipikul oleh batang bresing tarik dari analisa berkisar pada (30,05%-66,03%). Maka, berdasarkan hasil analisa batang bresing telah memenuhi syarat distribusi beban lateral SNI 03-1729- 2 Pasal 15.11.2.3. yakni masing-masing arah gaya lateral yang sejajar dengan bidang bresing, minimal 30% tapi tidak lebih dari 70% gaya horizontal total harus dipikul oleh batang bresing tarik. 4. Pondasi memakai tiang pancang PT. WIKA Beton untuk D = 50 cm (tipe A3 ) dengan kedalaman 24 m dari hasil penyelidikan tanah sondir. Lampiran. 7.2 Saran Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya. PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2. SNI 03 1729 2 Tata Cara Perencaaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Departemen Pekerjaan Umum Badan Standarisasi Nasional 2, SNI 03 2847 2, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum. Badan Standarisasi Nasional 2, SNI 03 1726 2, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum. Isdarmanu, dkk. 6. Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Salmon CG and John E. Johnson. 1992. Struktur Baja Desain dan Perilaku Edisi 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. The Kozai Club, 1983, Steel Construction Guidebook Civil Engineering, Tokyo. Page 11 of 11