2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

Powered by TCPDF (

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.04/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.599, 2014 BNPB. Lembaga Sertifikat. Penanggulangan Bencana. Profesi.

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

BUPATI BANDUNG BARAT

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 7 ayat (2) huruf b nomor 12 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia dalam tugas operasi militer selain perang adalah untuk membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan; b. bahwa dalam rangka pemberian bantuan penanggulangan bencana, belum adanya pengaturan pelibatan TNI dalam penanggulangan bencana; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Pedoman Pelibatan TNI Dalam Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

2015, No.696 2 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam, maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

3 2015, No.696 3. Pelibatan Tentara Nasional Indonesia dalam penanggulangan bencana adalah suatu proses keikutsertaan Tentara Nasional Indonesia sebagai bagian dari unsur BNPB/BPBD pada tahap pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. 4. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. 5. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang berpotensi dapat menimbulkan bencana. 6. Penanggulangan bencana adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada saat sebelum terjadinya bencana serta penyelamatan pada saat terjadinya bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi setelah terjadinya bencana. 7. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan. 8. Panglima adalah Panglima Tentara Nasional Indonesia. 9. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 10. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat BNPB adalah lembaga pemerintah non departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 11. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintahan daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. 12. Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. 13. Standarisasi dalam penanggulangan bencana adalah suatu ukuran tertentu dalam pelaksanaan pemberian bantuan kepada korban bencana sesuai kejadian bencana yang meliputi pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. 14. Kementerian Pertahanan yang selanjutnya disebut Kemhan adalah pelaksana fungsi pemerintahan dibidang urusan pertahanan. 15. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat TNI, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara adalah alat negara yang bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

2015, No.696 4 16. Komandan Satuan TNI setempat adalah Pimpinan TNI yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan Satuan TNI di daerah serendahrendahnya jabatan Dandim, Danlanal, dan Danlanud. Pasal 2 Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan pelibatan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencana yang dilakukan secara terintegrasi dan terkoordinasi, dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan tertib, aman dan lancar. Pasal 3 Prinsip yang digunakan dalam penanggulangan bencana sebagai berikut: a. Kesatuan Komando, adanya hirarkis garis komando yang jelas dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam satu kesatuan organisasi penanggulangan bencan b. Cepat dan Tepat, dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan dengan secepat mungkin dengan tepat waktu, tepat jumlah dan tepat dukungan sehingga hasil yang dicapai efektif serta optimal. c. Prioritas, bahwa apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia. d. Koordinasi, para pelaku penanggulangan bencana harus berkoordinasi dengan baik, saling mendukung dan bersinergi. e. Fleksibel, organisasi dan peralatan penanggulangan bencana harus sewaktu-waktu dapat direorganisasi sesuai tuntutan tugas yang dihadapi. f. Non Diskriminatif, dalam penanggulangan bencana memperlakukan masyarakat yang terkena bencana secara adil tanpa adanya perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). g. Berdaya guna dan berhasil guna, dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. h. Akuntabilitas, penggunaan anggaran dalam penanggulangan bencana harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 (1) Standar kemampuan personel TNI yang tergabung dalam satuan tugas penanggulangan bencana harus memiliki kemampuan/keterampilan penanggulangan bencana serta sertifikasi pencarian dan pertolongan korban.

5 2015, No.696 (2) Dalam hal standar kemampuan/keterampilan personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan melalui kerjasama Kemhan, TNI, dan BNPB. (3) Dalam hal sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sertifikasi yang berlaku secara Internasional yang diterbitkan oleh Badan yang berwenang. Pasal 5 (1) Kemampuan/keterampilan penanggulangan bencana serta pencarian dan pertolongan korban personel tingkat daerah, dapat diselenggarakan melalui pendidikan dan pelatihan pada lembaga pendidikan TNI di daerah berkerjasama dengan BPBD. (2) Dalam hal belum terpenuhinya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI dapat menyelenggarakan latihan di satuan dengan memanfaatkan personel yang telah mengikuti pendidikan dan latihan penanggulangan bencana. Pasal 6 (1) Personel TNI yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di dalam negeri, minimal telah mengikuti latihan dasar penanggulangan bencana di satuan dan mendapatkan rekomendasi dari komandan satuan. (2) Personel TNI yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana ke luar negeri, harus memiliki kemampuan/keterampilan penanggulangan bencana serta sertifikasi pertolongan dan penyelamatan korban, dan menguasai bahasa asing. Pasal 7 Standar Peralatan yang harus dimiliki sebagai berikut: a. Standar kebutuhan peralatan yang harus disiapkan oleh TNI disesuaikan dengan jenis bencana, wilayah bencana yang dihadapi dengan mempertimbangkan Pedoman Standarisasi Peralatan Penanggulangan Bencana yang diterbitkan oleh BNPB. b. Dalam hal kebutuhan peralatan penanggulangan bencana yang memerlukan peralatan khusus dan tidak dimiliki TNI dapat dikoordinasikan dengan Kementerian/Lembaga terkait.

2015, No.696 6 BAB II PELIBATAN TNI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA Pasal 8 Pelibatan TNI dalam penanggulangan bencana di dalam negeri dan di luar negeri dapat dilaksanakan pada tahap: a. Pra Bencana; b. Tanggap Darurat; dan c. Pasca Bencana. Pasal 9 (1) Pra Bencana merupakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada situasi tidak terjadi bencana, yang meliputi kegiatan perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan resiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis resiko bencana, pelaksanaan dan penegakan perencanaan tata ruang, pendidikan dan pelatihan, dan persyaratan teknis penanggulangan bencana. Serta pada situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi kegiatan kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi, yang merupakan serangkaian kegiatan untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi, dalam rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat, untuk mengurangi resiko dari dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana. (2) Tanggap Darurat Bencana merupakan serangkaian kegiatan penanggulangan bencana yang meliputi : pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya, penentuan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. (3) Pasca Bencana merupakan rangkaian penanggulangan bencana yang meliputi rehabilitasi dengan kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pemulihan sosial, ekonomi dan budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik. Untuk kegiatan rekonstruksi meliputi pembangunan kembali prasarana dan sarana, pembangunan kembali sarana sosial masyarakat, penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana,

7 2015, No.696 peningkatan kondisi sosisal, ekonomi, budaya, fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam masyarakat. BagianKesatu Di Dalam Negeri Pasal 10 Pelaksanaan pelibatan TNI pada tahap Pra Bencana dalam situasi tidak terjadi bencana dan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, dilaksanakan sebagai berikut: a. Tingkat Nasional. 1. Kepala BNPB menyampaikan permintaan tertulis kepada Panglima TNI. 2. Permintaan, berisi tentang macam kegiatan, kekuatan TNI, waktu, tempat, dan dukungan logistik. 3. Dalam hal terdapat permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Panglima TNI memberikan jawaban kepada Kepala BNPB. 4. TNI yang terlibat dalam kegiatan Pra Bencana di koordinir oleh BNPB. b. Tingkat Daerah. 1. Kepala Daerah/BPBD menyampaikan permintaan tertulis kepada Komandan Satuan TNI setempat. 2. Permintaan, berisi tentang macam kegiatan, kekuatan TNI, waktu, tempat, dan dukungan logistik 3. Dalam hal terdapat permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Komandan Satuan TNI setempat memberikan jawaban kepada Kepala Daerah/BPBD. 4. TNI yang terlibat dalam kegiatan Pra Bencana dikoordinir oleh BPBD. Pasal 11 Pelaksanaan pelibatan kekuatan TNI pada tahap tanggap darurat dalam penanggulangan bencana, dilaksanakan sebagai berikut: a. Tingkat Nasional. 1. Dalam hal Presiden belum menetapkan status tanggap darurat tingkat nasional, dengan pertimbangan kemanusiaan TNI dapat melaksanakan tindakan awal penanggulangan bencana secara proporsional setelah berkoordinasi dengan BNPB.

2015, No.696 8 2. Dalam hal Pelibatan Kekuatan TNI sebagaimana dimaksud pada angka 1, Kepala BNPB mengajukan permintaan secara lisan kepada Panglima TNI, dilanjutkan permintaan secara tertulis paling lambat 1 x 24 jam yang meliputi: macam kegiatan, kekuatan TNI, waktu, tempat, dan dukungan logistik. 3. Panglima TNI wajib memberikan bantuan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencana sesuai dengan permintaan BNPB. 4. Satuan Tugas TNI selama keadaan tanggap darurat, dibawah koordinasi Komandan Tanggap Darurat (Incident Commander) yang ditunjuk. b. Tingkat Daerah. 1. Dalam hal terjadi bencana Gubernur/Bupati/Walikota belum menetapkan status tanggap darurat tingkat daerah, dengan pertimbangan kemanusiaan TNI dapat melaksanakan tindakan awal penanggulangan bencana secara proporsional, setelah berkoordinasi dengan BPBD. 2. Dalam hal Pelibatan Kekuatan TNI sebagaimana dimaksud pada angka 1, Gubernur/Bupati/Walikota mengajukan permintaan secara lisan kepada komandan Satuan TNI, dilanjutkan permintaan secara tertulis paling lambat 1 x 24 jam yang meliputi: macam kegiatan, kekuatan TNI, waktu, tempat, dan dukungan logistik. 3. Komandan Satuan TNI setempat wajib memberikan bantuan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencana sesuai dengan permintaan BPBD. 4. Dalam hal daerah menambah pelibatan kekuatan TNI yang lebih besar, Kepala BNPB atas permohonan Kepala BPBD, mengajukan permintaan secara tertulis kepada Panglima TNI. 5. Satuan Tugas TNI selama keadaan tanggap darurat dibawah koordinasi Komandan Tanggap Darurat (Incident Commander) yang ditunjuk. Pasal 12 Pelaksanaan pelibatan kekuatan TNI pada tahap pasca bencana, yang meliputi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan sebagai berikut: a. Tingkat Nasional. 1. Kepala BNPB mengajukan permintaan tertulis pelibatan kekuatan TNI kepada Panglima TNI dalam penanggulangan bencana untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

9 2015, No.696 2. Permintaan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 1, berisi: macam kegiatan, kekuatan TNI, waktu, tempat, dan dukungan logistik. 3. Dalam hal terdapat permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 2, Panglima TNI memberikan jawaban kepada Kepala BNPB. 4. Satgas TNI selama pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, dikoordinir oleh BNPB. b. Tingkat Daerah. 1. Kepala Daerah/BPBD mengajukan permintaan tertulis pelibatan kekuatan TNI kepada Komandan Satuan TNI setempat dalam penanggulangan bencana untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. 2. Permintaan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 1, berisi; macam kegiatan, kekuatan TNI, waktu, tempat, dan dukungan logistik. 3. Dalam hal terdapat permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 2, Komandan Satuan TNI setempat memberikan jawaban kepada Kepala BNPB. 4. Satgas TNI selama pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, dikoordinir oleh BPBD. BagianKedua Di LuarNegeri Pasal 13 Pelaksanaan pelibatan kekuatan TNI pada tahap Pra Bencana dilaksanakan sebagai berikut: a. TNI ikut serta berdasarkan kesepakatan/kerjasama dalam forum Internasional tentang penanggulanganbencan b. Peran TNI dalam forum Internasional tentang penanggulangan bencana dibahas bersama K/L terkait. c. Keterlibatan TNI dalam forum Internasional tentang penanggulangan bencana bekerjasama dengan Kemhan, Kemlu dan BNPB. Pasal 14 Pelaksanaan pelibatan kekuatan TNI pada tahap Tanggap Darurat penanggulangan bencana, dilaksanakan sebagai berikut: a. Pelibatan TNI dilaksanakan setelah mendapat keputusan/ persetujuan Pemerintah.

2015, No.696 10 b. Panglima TNI menyiapkan pelibatan kekuatan TNI dalam rangka penanggulangan bencana sesuai dengan kebutuhan pemeritah negara yang dilanda bencana. c. Pelaksanaan pelibatan TNI berdasarkan permintaan pemerintah negara yang dilanda bencana, dikoordinir oleh BNPB. d. Pelaksanaan pelibatan TNI berdasarkan permintaan Lembaga Internasional, dikoordinir oleh Lembaga Internasional. Pasal 15 Pelaksanaan pelibatan kekuatan TNI pada tahap Pasca Bencana dilaksanakan sebagai berikut: a. Pelibatan TNI dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dilaksanakan setelah mendapat keputusan/persetujuan Pemerintah. b. Panglima TNI menyiapkan pelibatan kekuatan TNI dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan kebutuhan negara yang dilanda bencana. c. Pelibatan TNI berdasarkan permintaan Pemerintah Negara tertimpa bencana dikoordinir oleh BNPB. d. Pelaksanaan pelibatan TNI berdasarkan permintaan Lembaga Internasional dikoordinir oleh Lembaga Internasional. BAB III TATARAN KEWENANGAN DAN KOMANDO PENGENDALIAN Menteri Pertahanan berwenang: Bagian Kesatu Tataran Kewenangan. Pasal 16 a. Merumuskan kebijakan pelibatan kekuatan TNI pada penanggulangan bencana baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. b. Merumuskan kebijakan pelibatan bantuan militer asing pada penanggulangan bencana di dalam negeri. c. Melaksanakan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga dalam rangka pelibatan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencana. Panglima TNI berwenang: Pasal 17 a. Merumuskan kebijakan operasional penggunaan kekuatan TNI dalam penanggulangan bencan

11 2015, No.696 b. Menyusun organisasi tugas, personel, alat peralatan dan merencanakan dukungan anggaran penggunaan TNI. c. Mengkoordinasikan pelibatan militer asing dalam penanggulangan bencana di dalam negeri. d. Mengkoordinasikan dengan Kementerian Pertahanan dan BNPB serta Kementerian/Lembaga terkait. e. Menyelenggarakan pelatihan internal TNI dan latihan bersama dengan K/L terkait. Kepala Staf Angkatan berwenang: Pasal 18 a. Merumuskan kebijakan pembinaan organisasi, kekuatan dan merencanakan dukungan anggaran masing-masing angkatan. b. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait ditingkat pusat dan tingkat daerah. c. Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi setiap kegiatan satuan dalam rangka kesiapan operasional. Bagian Kedua Komando Pengendalian Pasal 19 (1) Komando operasional TNI di dalam negeri dan ke luar negeri berada pada Panglima TNI. (2) Kendali taktis berada pada Komandan Satgas TNI dibawah koordinasi Incident Commander/BNPB/Komandan Misi. (3) Komunikasi menggunakan sarana komunikasi TNI yang telah digelar. (4) Informasi menggunakan sarana informasi di jajaran TNI. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 20 Pembiayaan untuk mendukung kegiatan pelibatan TNI dalam penanggulangan bencana dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau sumber anggaran lainnya yang sah serta tidak mengikat.

2015, No.696 12 BAB V PENUTUP Pasal 21 Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 April 2015 MENTERI PERATAHANAN REPUBLIK INDONESIA RYAMIZARD RYACUDU Diundangak di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA YASONNA H. LAOLY