BAB II LEGALITAS DAN PENGELOLAAN LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN UU NO. 23 TAHUN 2011 DAN PP NO. 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

NOMOR 23 TAHUN Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Tahun 1945;

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB II TINJAUN UMUM TENTANG ZAKAT, EFEKTIVITAS DAN KESEJAHTERAAN

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

PEMERINTAH KOTA PADANG


BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesama manusia atau hablun minannas. Hubungan manusia dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYALURAN ZAKAT FITRAH UNTUK KEPENTINGAN MASJID DI DESA SOLOKURO KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ensiklopedi Islam Indonesia Zakat menurut bahasa bererti tumbuh

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

RINGKASAN SKRIPSI A. ABSTRAK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

Pedoman Pengajuan. Lembaga Zakat Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencari harta, hanya sekali saja ketika seseorang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5'5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN PEMBENTUKAN LEMBAGA AMIL ZAK.AT

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

RELASI ZAKAT DAN PAJAK PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGUMPULAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA PEKALONGAN. Analisis manajemen pengumpulan dana zakat di BAZNAS Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

Transkripsi:

BAB II LEGALITAS DAN PENGELOLAAN LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN UU NO. 23 TAHUN 2011 DAN PP NO. 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT A. Sejarah Lahirnya UU No. 23 Tahun 2011 dan PP No. 14 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Zakat Pengelolaan zakat pada masa penjajahan dan kemerdekaan memberikan gambaran buram akan fungsi zakat di Indonesia. Antara komunitas muslim dengan hasil zakat tidak memberikan gambaran seimbang. Pada masa orde baru, kekhawatiran terhadap Islam ideologis memaksa pemerintah untuk tidak terlibat dalam urusan zakat. Bahkan secara struktural, pemerintah tidak secara tegas memberikan dukungan secara legal formal. Zakat sering dikumpulkan masih dengan cara konvensional dan musiman. Namun dimulainya sistem demokrasi setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada tahun 1998, UU Zakat No. 38 Tahun 1998, adalah awal dari terbukanya keterlibatan publik secara aktif. Peran lembaga zakat, bersama dengan struktur negara telah memfasilitasi pengaturan zakat dengan lembagalembaga khusus yang dilindungi oleh UU. Namun, UU zakat No. 38 tahun 1998 tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti dengan UU zakat no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. 20

21 Namun lahirnya UU Zakat No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat belum menjawab permasalahan pengelolaan zakat karena UU No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat hanya penambahan pasal pasal dari UU no. 38/1999 yaitu : 1. Terdapat penambahan ayat, penjabaran definisi yang terkait dengan pengelolaan zakat. 2. Pasal 5 ayat (1), untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS. 3. Pasal 7 ayat (1), dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi: a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,dan pendayagunaan zakat; c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. 4. Pasal 17, untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. 5. Pasal 18, penjelasan mengenai : Ayat 1, pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. Ayat 2, izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:

22 a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial; b. berbentuk lembaga berbadan hukum; c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS; d. memiliki pengawas syariat; e. memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya; f. bersifat nirlaba; g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan h. bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala. 6. Pasal 38, setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang. 7. Setiap orang dan dengan sengaja melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau didenda paling banyak Rp 50.000.000,00. Kemudian untuk mengatur lebih jelas pelaksanaan undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat serta mengatur lebih rinci susunan kepengurusan anggota BAZ dan tata kelola zakat terbitlah

23 PP nomor 14 tahun 2014 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. 1 B. Penjelasan UU No. 23 Tahun 2011 dan PP No. 14 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Zakat 1. Pengelolaaan Zakat Zakat merupakan salah satu instrumen dalam mengentas kemiskinan. Zakat juga sumber dana yang dipercaya dan harus dikelola agar tepat sasaran. Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Pasal 2 pengelolaan zakat berasaskan: a. Shari@ at al-isla@m; b. Amanah; c. Kemanfaatan; d. Keadilan; e. Kepastian hukum; f. Terintegrasi; dan g. Akuntabilitas. Terdapat beberapa unsur dalam pengelolaan zakat yaitu: 2 a. Jenis-jenis zakat. 1 Trie Anis Rosyidah dkk., Sejarah uu no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dalam http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/188, diakses 4 Nopember 2014. 2 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, ( Malang: UIN Maliki Press, 2010), 60.

24 b. Dana zakat. c. Orang-orang yang wajib membayar zakat (muzaki). d. orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik). e. Orang-orang atau kumpulan orang yang mengelola zakat). f. Fungsi pengelolaan, pendayagunaan dan pertanggungjawaban dana zakat. Pasal 3 pengelolaan zakat bertujuan: meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. 3 2. Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan Zakat UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat: 4 a. Pengumpulan Pasal 21 Ayat (1) dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya; Ayat (2) dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta bantuan BAZNAZ. Pasal 22 zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Pasal 23 ayat (1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki; ayat (2) bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Pasal 24 lingkup kewenangan 3 Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 4 Ibid., 28.

25 pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Pemerintah. b. Pendistribusian Pasal 25 zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat Islam. Pasal 26 pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. c. Pendayagunaan Pasal 27 ayat (1) zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat; ayat (2) pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik terpenuhi, dan ayat (3) ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. d. Pelaporan Pasal 29 ayat (1) BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala; ayat (2) BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan zakat, infak, sedekah dan dana keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala; ayat (3) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan

26 zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala; ayat (4) BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana keagamaan lainnya kepada Menteri secara berkala; ayat (5) laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media elektronik; ayat (6) ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan BAZNAS kabupaten/kota, BAZNAS provinsi, LAZ, dan BAZNAS diatur dengan Peraturan Pemerintah. 3. Persyaratan Pendirian Lembaga Amil Zakat a. Persyaratan Organisasi Pengelola Zakat Organisasi pengelola zakat di Indonesia ada dua. Pertama, Badan Amil Zakat (BAZ) merupakan organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang pembentukannya sesuai mekanisme yang diatur dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 dan PP No. 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan zakat. Kedua, Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan organisasi pengelola zakat yang dibentuk sepenuhnya atas prakarsa masyarakat dan merupakan badan hukum tersendiri, serta dikukuhkan pemerintah. PP No. 14 tahun 2014, Pasal 56 yang berisi untuk membantu BAZNAZ dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. Pasal 57, pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 wajib

27 mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan: 1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, atau lembaga berbadan hukum; 2) Mendapat rekomendasi dari BAZNAZ; 3) Memiliki pengawas syariat; 4) Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya; 5) Bersifat nirlaba; 6) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan 7) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. Yusuf al-qard}awi dalam bukunya, Fiqh al-zakat, 5 menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki persyaratan sebagai berikut: 1) Beragama Islam. Zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin. 2) Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat. 3) Memiliki sifat amanah atau jujur. 5 Yusuf al-qard}awi, Fiqh al-zakat, Mu assasah Risalah, Juz II, (Beirut:t.p., 1991), 586.

28 4) Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparansi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariah. Di dalam Al- Qur an dikisahkan sifat utama Nabi Yusuf a.s. yang mendapatkan kepercayaan menjadi bendaharawan negara Mesir, yang saat itu Mesir terlanda musim paceklik sebagai akibat kemarau yang panjang. Beliau berhasil membangun kembali kesejahteraan masyarakat, karena kemampuannya menjaga amanah. Firman Allah dalam surah Yusuf ayat 55: Artinya: Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". 6 Demikian pula sifat keamanahan yang sangat menonjol dari para petugas zakat di zaman Rasulullah saw. Dan pada zaman khalifah al-rasyidin yang empat, menyebabkan baitul-maal tempat menampung zakat selalu penuh terisi dengan harta zakat, 6 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemah, (Bandung : J-Art, 2004), 311.

29 kemudian segera disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya. 5) Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. Dengan pengetahuan tentang zakat yang relatif memadai, para amil zakat diharapkan terbebas dari kesalahan dan kekeliruan yang diakibatkan dari kebodohannya pada masalah zakat tersebut. Pengetahuan yang memadai tentang zakat inipun akan mengundang kepercayaan dari masyarakat. 6) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang sangat penting, akan tetapi juga harus ditunjang oleh kemampuan dalam melaksanakan tugas. Perpaduan antara amanah dan kemampuan inilah yang akan menghasilkan kinerja optimal. 7) Syarat yang tidak kalah pentingnya, hemat penulis, adalah kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil zakat yang baik adalah amil zakat yang full-time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan. Banyaknya amil zakat yang sambilan dalam masyarakat kita menyebabkan amil zakat tersebut pasif dan hanya menunggu kedatangan muzakki untuk membayarkan zakatnya atau infaknya. Dan sebagian besar adalah bekerja pada bulan Ramadhan saja.

30 Amil-amil yang serius, sungguh-sungguh dan menjadikan pekerjaan amil zakat sebagai pilihan hidupnya. Insya Allah, jika ditekuni akan menyebabkan amil zakat tersebut menjadi besar dan dipercaya oleh masyarakat. Syarat-syarat amil seperti diungkapkan Quraish Shihab yaitu: 7 1) Muslim. Imam Ahmad tidak menetapkannya sebagai syarat dengan alasan kata al- amili@n alaiha bersifat umum, sehingga mencakup Muslimin dan Kafir. 2) Akil baligh dan terpercaya. 3) Mengetahui hukum-hukum menyangkut zakat. 4) Mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankannya. b. Mekanisme perizinan Mengenai mekanisme perizinan pendirian lembaga amil zakat di atur dalam PP No. 14 tahun 2014 Pasal 58, 59, 60. 1) Izin yang dimaksud dalam pasal 58 adalah: a) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis; b) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam dengan melampirkan: c) Anggaran dasar organisasi; 7 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: 1992), 328.

31 d) Surat keterangan terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan dari kementrian di bidang dalam negeri; e) Surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum dari kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia; f) Surat rekomendasi dari BAZNAZ; g) Susunan dan pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat; h) Surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala; dan i) Program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat. 2) Mekanisme izin pasal 59 a) Izin pembentukan LAZ yang diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional diberikan oleh Menteri. b) Izin pembentukan LAZ yang diajukan oleh organisasi masyarakat Islam berskala provinsi diberikan oleh direktur jendral yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama. c) Izin pembentukan LAZ yang diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala kabupaten/ kota diberikan oleh kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi. 3) Pasal 60

32 a) Menteri, direktur jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, atau kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 berwenang mengabulkan atau menolak permohonan izin pembentukan LAZ. b) Dalam hal permohonan pembentukan LAZ memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 57, Menteri, direktur jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, atau kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi menerbitkan izin pembemntukan LAZ. c) Dalam hal permohonan pembentukan LAZ tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pasal 57, Menteri, direktur jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, atau kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi menolak permohonan izin pembentukan LAZ disertai dengan alasan. 4) Pasal 61

33 Proses penyelesaian pemberian izin pembentukan LAZ dilakukan dalam jangka waktu paling lama lima belas hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan tertulis diterima. 8 c. Pembentukan Perwakilan LAZ Pembentukan perwakilan LAZ diatur dalam PP No. 14 tahun 2014 pasal 62,63, 64, dan 65. 1) Pasal 62 berisi: a) LAZ berskala nasional dapat membuka perwakilan; b) Pembukaan perwakilan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan disetiap provinsi untuk satu perwakilan. c) Pembukaan perwakilan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat izin dari kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi. d) Izin pembukaan perwakilan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis. e) Permohonan tertulis sebagaiman dimaksud pada ayat (4) diajukan oleh pimpinan LAZ kepada kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi dengan melampirkan: 1) Izin pembentukan LAZ dari menteri; 2) Rekomendasi dari BAZNAZ provinsi; 3) Data muzaki dan mustahik; 8 PP No. 14 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 23 tahun 2011.

34 4) Program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat. 2) Pasal 63 berisi: a) LAZ berskala provinsi hanya dapat membuka 1 (satu) perwakilan di setiap kabupaten/kota. b) Pembukaan perwakilan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari kepala kantor kementrian agama kabupaten/kota. c) Izin pembukaan perwakilan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis. d) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan oleh pimpinan LAZ kepada kepala kantor kementrian agama kabupaten/kota dengan melampirkan; a) Izin pembentukan LAZ dari direktur jenderal yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang agama; b) Rekomendasi dari BAZNAZ kabupaten/kota; c) Data muzaki dan mustahik; dan d) Program pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umat. 3) Pasal 64 berisi: a) Kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi atau kepala kantor kementrian agama kabupaten/kota mengabulkan permohonan pembukaan perwakilan LAZ yang telah

35 memenuhi persyaratan dengan menerbitkan izin pembukaan perwakilan LAZ. b) Dimaksud dalam pasal 62 dan 63 tidak memenuhi persyaratan, kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi atau kepala kantor kementrian agama kanupaten/kota menolak permohonan pembukaan perwakilan LAZ disertai dengan alasan. 4) Pasal 65 Proses penyelesaian izin pembukaan perwakilan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan tertulis diterima. 9 C. Lembaga Amil Zakat Pasal 1 UU No. 23 tahun 2011 Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Pasal 17 menjelaskan bahwa untuk membantu BAZNAZ dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. Dana zakat (termasuk infak, Sedekah, wakaf dan sejenisnya) berpotensi besar untuk dioptimalkan manfaatnya. Organisasi amil zakat berperan membantu pemerintah dalam mengatasi berbagai problem sosial ekonomi 9 Ibid., 29.

36 masyarakat. Peran para amil zakat selaku pengemban amanah pengelolaan dana zakat. Jika amil zakat baik dalam sikap dan cara kerjanya maka bukan mustahil delapan asnaf mustahik akan menjadi baik. Tapi jika amil zakat tidak baik, sulit diharapkan delapan asnaf mustahik akan menjadi baik. Di sinilah letak krusial lembaga amil zakat. 10 Pemerintah mendorong peran serta masyarakat untuk membentuk lembaga amil zakat yang sepenuhnya diurus atas prakarsa masyarakat sendiri, dan secara resmi diakui pemerintah. Mereka ini memenuhi syaratsyarat sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Agama No. 581 Tahun 1999, bahwa perintah mengukuhkan, membina dan melindungi lembaga amil zakat dengan syarat memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Berbadan hukum 2. Memiliki data muzakki dan mustahik 3. Memiliki program kerja 4. Memiliki pembukuan 5. Bersedia untuk diaudit. 11 Pengelola dari lembaga amil zakat adalah amil. Kata amil yang berasal dari kata yam alu a@mila yang bisa diterjemahkan dengan yang berbuat, melakukan, pelayan. 12 Amil juga bisa diartikan sebagai orang yang mengumpulakan dan mengupayakan zakat, juru tulisnya, dan yang membagi- 10 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern..., 76. 11 ibid., 77. 12 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-munawwir, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Al- Munawwir, 1984), 1045.

37 baginya. 13 Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, definisi amil adalah orang-orang yang ditugaskan oleh imam, kepala pemerintahan atau wakilnya, untuk mengumpulkan zakat, jadi pemungut zakat, termasuk penyimpan, penggembala-penggembala ternak dan yang mengurus administrasinya. 14 M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-mis}bah menerangkan bahwa amil zakat adalah pengelola-pengelolanya yakni yang mengumpulkan zakat, mencari dan menetapkan siapa yang wajar menerima lalu membagikannya. Jadi yang jelas amil zakat adalah yang melakukan pengelolaan terhadap zakat, baik mengumpulkan, menentukan siapa yang berhak, mencari mereka yang berhak, maupun membagi dan mengantarkannya kepada mereka. 15 Amil diatur dalam surah At-Taubah ayat 60: Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 16 13 Muhammad Nasib Ar-Rifa i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani Press,1999), 622. 14 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 3, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1985), 91. 15 M. Quraish Shihab, Tafsir al- Mis}bah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 629. 16 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemah..., 197.

38 Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. Berdasarkan ayat tersebut kata al- a@mili@na alaiha@ atau para petugas yang diangkat oleh yang berwewenang untuk mengumpulkan zakat atau mengurus lembaga dan oraganisasi pengelolaan zakat. Ayat tersebut dijadikan dalil untuk menegaskan keberadaan amil zakat adalah mutlak. Surah At-Taubah ayat 103:

39 Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 17 Kalimat yaitu firman Allah dengan bentuk perintah/amar untuk mengambil zakat dari kekayaan mereka. Makna perintah/amar di sini berarti keharusan. Sebab itu amil/petugas zakat harus ada dulu, harus diadakan dan dibentuk oleh yang berwewenang yaitu Umara@. 18 D. Unsur- Unsur dalam Zakat Munculnya lembaga-lembaga amil yang tumbuh bagaikan cendawan di musim hujan, pada satu sisi, menampilkan sebuah harapan akan tertolongnya kesulitan hidup kaum dhuafa dan pada sisi lain terselesaikannya masalah kemiskinan dan pengangguran. Namun harapan ini akan tinggal harapan apabila lembaga amil zakat tidak memiliki orientasi dalam pemanfaatan dana zakat yang tersedia. 19 1. Hakikat Zakat 17 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemah..., 210. 18 Abdul Bari Shoim, Zakat Kita, (Kendal: Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal, 1978), 82. 19 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, 60.

40 Secara bahasa zakat berarti tumbuh dan bertambah. 20 Adapun zakat menurut syara, berarti hak yang wajib (dikeluarkan dari) harta. Madzhab Maliki mendefinisikannya dengan, mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nis}ab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiknya). Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai h}awl (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian. 21 Madzhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syariat karena Allah. Kata menjadikan sebagaian harta sebagai milik (tamli@k) dalam definisi di atas dimaksudkan sebagai penghindaran dari kata ibahah (pembolehan). 22 Menurut madzhab Syafi i, zakat adalah sebuah ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut madzhab Hanbali, zakat ialah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Yang dimaksud kelompok khusus adalah delapan kelompok dalam surah at-taubah ayat 60 seperti yang sudah disebutkan di atas. 2. Mustahik Zakat 20 Wahbat al-zuh}ayli@, Zakat Kaijan berbagai Madzhab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 82. 21 Ibid., 83. 22 Ibid., 84.

41 Menurut Madzhab Hanafi mustahik zakat terdiri atas: 23 a. Fakir Orang yang mempunyai harta kurang dari nishab atau mempunyai senishab atau lebih tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. b. Miskin Orang yang tidak mempunyai harta sedikitpun. c. Amil Orang yang ditunjuk untuk mengambil dan mengurus zakat. d. Muallaf Mereka tidak diberi zakat lagi, sejak masa khalifah pertama. e. Hamba Hamba yang telah dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya baik dengan uang maupun dengan harta lainnya. f. Gharim Orang yang mempunyai hutang, sedang hitungan hartanya di luar hutang, tidak sampai senishab, dia diberi zakat untuk membayar hutangnya. g. Sabillah Bala tentara untuk berperang pada jalan Allah SWT. h. Ibnu Sabil (musafir) 23 Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi. (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010), 68.

42 Orang yang dalam perjalanan, yang kehabisan bekal, orang ini diberi zakat sekedarnya hajatnya. 3. Hikmah Zakat a. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat- Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki. b. Menolong, membantu dan membina kaum d}u afa@ (orang yang lemah secara ekonomi) maupun mustahik lainnya ke arah kehidupannya yang lebih baik dan lebih sejahtera. c. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan oleh ummat Islam. d. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta, sehingga diharapkan akan lahir masyarakat makmur dan saling mencintai (marh}ammah) di atas prinsip ukhuwah Islamiyah dan taka@ful ijtima@ i. e. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang baik dan benar. f. Menghilangkan kebencian, iri, dan dengki dari orang-orang sekitarnya kepada yang hidup berkecukupan, apalagi kaya raya serta hidup dalam kemewahan. Sementara, mereka tidak memiliki apa-apa, sedang tidak ada uluran tangan dari orang kaya kepadanya. g. Dapat menyucikan diri dari dosa, memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs), menumbuhkan akhlak mulia, murah hati, peka terhadap rasa

43 kemanusiaan, dan mengikis sifat bakhil atau kikir serta serakah. Dengan begitu, suasana ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati. h. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. i. Zakat adalah ibadah mâliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan merupakan perwujudan solidaritas sosial, rasa kemanusiaan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan golongan miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah. j. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, di mana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang aman, tenteram lahir batin. k. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: umatan wa@h}idah (umat yang bersatu), musawwah (umat yang memiliki persamaan derajat dan kewajiban),

44 ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan taka@ful ijtima@ i (samasama bertanggung jawab). 24 24 Qultum media, Keistemawaan, hikmah, dan keutamaan zakat, dalam http:// qultummedia.com /21-artikel/muamalat/309-keistimewaan-hikmah-dan-keutamaan-zakat, diakses 11 Nopember 2014.