Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Tentang : Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 625/KPTS-II/1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 663/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

Menteri Kehutanan Dan Perkebunan,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 664/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERSUTERAAN ALAM MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 063/KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 618/KPTS-II/1996 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 146/KPTS-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 317/KPTS-II/1999 TAHUN 1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 865/KPTS-II/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 249/KPTS-II/1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 44/MENHUT-II/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.159/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG RESTORASI EKOSISTEM DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN. NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No f. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, sudah tidak sesuai

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 399/Kpts-II/1990 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 335/KPTS-II/1997 TENTANG RENCANA KARYA PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI (RKPHTI) MENTERI KEHUTANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 104/Kpts-II/2000 TENTANG TATA CARA MENGAMBIL TUMBUHAN LIAR DAN MENANGKAP SATWA LIAR

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 201/KPTS-II/1998. Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR SK. 43/MENHUT-II/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 376/KPTS-II/1998 TENTANG KRITERIA PENYEDIAAN AREAL HUTAN UNTUK PERKEBUNAN BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.73/Menlhk-Setjen/2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 08.1/Kpts-II/2000 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HASIL HUTAN DALAM HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.65/Menhut-II/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 244/KPTS-II/2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 28/Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 33/Kpts-II/2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 71 TAHUN 1996

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.70/Menhut-II/2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/333/KPTS/013/2012 TENTANG TIM PELAKSANA PROGRAM MENUJU PROVINSI HIJAU TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehut

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 69 /KPTS/013/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 53/Menhut-II/2009 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN ALAT UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 193 / KPTS / 013 / 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 18/Menhut-II/2010 TENTANG SURAT IZIN BERBURU DAN TATA CARA PERMOHONAN IZIN BERBURU

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2002 TENTANG DANA REBOISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 407 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM PENILAI LOMBA WANA LESTARI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 6887/KPTS-II/2002 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 429 /KPTS/013/2016 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6188/Kpts-II/2002. Tentang

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

M E M U T U S K A N :

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Transkripsi:

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 146 Tahun 1999 Tentang : Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam Kawasan Hutan MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, Menimbang : a. bahwa pada persiapan penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; b. bahwa kegiatan usaha pertambangan dan energi dalam kawasan hutan yang digunakan untuk menunjang pembangunan, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi bekas tambang; c. bahwa dalam pelaksanaan reklamasi bekas tambang diperlukan koordinasi dan sinkronisasi yang sebaik-baiknya di pusat maupun di daerah; d. bahwa dalam rangka hal tersebut di atas perlu ditetapkan Pedoman Reklamasi Bekas Tambang dalam Kawasan Hutan dalam bentuk Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan (LN Tahun 1967 Nomor 8, TLN Nomor 2823); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (LN Tahun 1967 Nomor 22, TLN Nomor 2831); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (LN Tahun 1990 Nomor 49, TLN Nomor 3419); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (LN Tahun 1992 Nomor 115, TLN Nomor 3501); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 (LN Tahun 1969 Nomor 60, TLN Nomor 2916) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No, 79 Tahun 1992 (LN Tahun 1992 Nomor 130, TLN Nomor 3510); 7. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan (LN Tahun 1970 Nomor 50, TLN Nomor 2945); 8. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (LN Tahun 1985 Nomor 39, TLN Nomor 3294); 9. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan (LN Tahun 1993 Nomor 84, TLN Nomor 3538); 10.Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah;

11.Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 12.Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri Kehutanan No. 969.K/05/M.PE/1989-429/Kpts-II/1989 tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan Usaha Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan; 13.Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi dan Menteri Kehutanan No. 1101.K/702/M.PE/1991-36/Kpts-II/1991 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Tetap Departemen Pertambangan dan Energi dan Departmen Kehutanan dan Perubahan Tatacara Pengajuan Izin Usaha Pertambangan dan Energi dalam Kawasan Hutan; 14.Keputusan Menteri Kehutanan No. 353/Kpts-II/86 tentang Penetapan Radius/Jarak Larangan Penebangan Pohon dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk/Danau, Sungai dan Anak Sungai dalam Kawasan Hutan, Hutan Cadangan dan Hutan Lainnya; 15.Keputusan Menteri Kehutanan No. 55/Kpts-II/1994 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan; 16.Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum; 17.Keputusan Menteri Kehutanan No. 203/Kpts-II/98 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai RLKT dan Unit RLKT. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN TENTANG PEDOMAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG DALAM KAWASAN HUTAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Reklamasi bekas tambang yang selanjutnya disebut reklamasi adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. 2. Kawasan hutan adalah wilayah-wilayah tertentu yang oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai hutan tetap. 3. Perusahaan pertambangan dan energi adalah orang atau badan usaha yang diberi hak untuk melaksanakan usaha pertambangan dan energi dalam kawasan hutan berdasarkan Kuasa Pertambangan dan Perjanjian Kerja.

4. Revegetasi adalah usaha/kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang. 5. Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Pasal 2 Tujuan reklamasi ialah untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi sehingga kawasan hutan yang dimaksud dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya. BAB II KEWAJIBAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN ENERGI Pasal 3 (1) Perusahaan pertambangan dan energi mempunyai kewajiban : a. Melaksanakan reklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam-pakai. b. Menanggung biaya pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang atas kawasan hutan yang dipinjam-pakai. c. Mempunyai organisasi pelaksana reklamasi lahan bekas tambang dalam kawasan hutan. d. Melakukan usaha perlindungan dan pengamanan hutan atas kawasan hutan yang dipinjam-pakai. (2) Perusahaan pertambangan dan energi wajib menyerahkan uang jaminan reklamasi, yang diserahkan ke Bank yang ditunjuk pada saat perjanjian pinjam-pakai kawasan hutan untuk pertambangan dan energi. (3) Uang jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat berupa bank garansi. (4) Besarnya uang jaminan reklamasi ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan tersendiri. BAB III LOKASI DAN RUANG LINGKUP REKLAMASI Pasal 4 Lokasi reklamasi ialah pada bagian-bagian kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi. Pasal 5 (1) Ruang lingkup reklamasi meliputi tahapan kegiatan :

a. Inventarisasi lokasi reklamasi; b. Penetapan lokasi reklamasi; c. Perencanaan reklamasi : 1) Penyusunan reklamasi; 2) Penyusunan rancangan reklamasi; d. Pelaksanaan reklamasi yang meliputi : 1) Penyiapan lahan; 2) Pengaturan bentuk lahan (land scaping); 3) Pengendalian erosi dan sedimentasi; 4) Pengelolaan lapisan olah (top soil); 5) Revegetasi; 6) Pemeliharaan. (2) Pedoman pelaksanaan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. (3) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan sebagai acuan oleh perusahaan pertambangan dan energi dalam melakukan reklamasi. BAB IV PERENCANAAN REKLAMASI Pasal 6 (1) Perusahaan pertambangan dan energi wajib membuat rencana reklamasi sebelum melakukan kegiatan usaha pertambangan dan energi di kawasan hutan yang dipinjam-pakai. (2) Rencana reklamasi disusun mencakup satuan luas dan jangka waktu tertentu. (3) Rencana reklamasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diuraikan lebih detail dalam bentuk rancangan reklamasi. Pasal 7 Rencana dan rancangan reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dinilai dan disahkan oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah atau Unit Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah untuk jenis tambang Golongan A dan B, atau Dinas Kehutanan Daerah Tingkat II untuk jenis tambang Golongan C. BAB V PELAKSANAAN DAN KEBERHASILAN REKLAMASI Pasal 8

(1) Reklamasi dilaksanakan oleh perusahaan pertambangan dan energi secara bertahap sesuai dengan rencana dan rancangan reklamasi yang disahkan. (2) Pelaksanaan reklamasi harus mulai dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah kegiatan penambangan selesai di setiap lokasi berdasarkan tahapan kegiatan penambangan. Pasal 9 Perusahaan pertambangan dan energi tetap bertanggung jawab terhadap keberhasilan reklamasi seluruh bagian kawasan hutan yang telah selesai direklamasi sampai dengan dikembalikannya kawasan hutan yang dipinjampakaikan kepada Departemen Kehutanan dan Perkebunan atau pejabat instansi kehutanan yang ditunjuk, ditambah masa pemeliharaan selama 3 (tiga) tahun. Pasal 10 Reklamasi kawasan hutan yang dipinjam-pakaikan kepada perusahaan pertambangan dan energi dinyatakan berhasil apabila telah memenuhi kriteria keberhasilan reklamasi yang meliputi pengaturan bentuk lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, revegetasi serta pemeliharaan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Pasal 11 (1) Keberhasilan pelaksanaan reklamasi untuk tiap lokasi penambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dinilai oleh Tim Daerah yang dibentuk oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan. (2) Tim sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari unsur-unsur instansi Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Pertambangan dan Energi dan instansi terkait. (3) Hasil reklamasi yang berhasil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diserahterimakan dengan suatu berita acara oleh perusahaan pertambangan dan energi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Pasal 12 (1) Reklamasi lahan bekas tambang secara menyeluruh dianggap selesai apabila dinilai telah memenuhi syarat berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, oleh Tim Pusat yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. (2) Tim sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari unsur-unsur Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Departemen Pertambangan dan Energi dan instansi terkait.

BAB VI PEMBINAAN REKLAMASI Pasal 13 (1) Pembinaan dan bimbingan teknis reklamasi di tingkat Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. (2) Pembinaan, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi reklamasi di Daerah Tingkat I dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I dan Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dan Unit Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. (3) Pembinaan, bimbingan teknis dan pemantauan terhadap pelaksanaan reklamasi oleh perusahaan tambang golongan C di Daerah Tingkat II dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Daerah Tingkat II. BAB VII PELAPORAN DAN EVALUASI Pasal 14 (1) Perusahaan pertambangan wajib menyampaikan laporan kemajuan reklamasi setiap 3 (tiga) bulan satu kali. (2) Mekanisme pelaporan kemajuan reklamasi diatur lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. BAB VIII S A N K S I Pasal 15 Apabila pelaksanaan kegiatan reklamasi tidak atau belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam keputusan ini, maka kepada perusahaan pertambangan dan energi dapat dikenakan sanksi: a. Penghentian kegiatan penambangan pada kawasan hutan yang dipinjampakai; b. Pencabutan izin pinjam-pakai kawasan hutan; c. Pengenaan sanksi denda administratif yang besarnya ditetapkan berdasarkan biaya reklamasi, biaya pembinaan dan pengawasan; d. Tuntutan keperdataan atau kepidanaan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 16 Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka kegiatan reklamasi lahan bekas pertambangan dan energi yang sedang dilaksanakan harus disesuaikan dengan ketentuan dalam keputusan ini. BAB X KETENTUAN UMUM Pasal 17 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 22 Maret 1999 MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, ttd. Dr. Ir. MUSLIMIN NASUTION Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI ttd. Y.B. WIDODO SUTOYO, SH, MM, MBA NIP. 080023934 SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Sdr. Menteri Pertambangan dan Energi 2. Sdr. Menteri Dalam Negeri 3. Sdr. Menteri Negara Lingkungan Hidup/Ketua Bappedal 4. Sdr. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia 5. Sdr. Pejabat Eselon I lingkup Departemen Kehutanan dan Perkebunan 6. Sdr. Pejabat Eselon II lingkup Departemen Pertambangan dan Energi 7. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan seluruh Indonesia 8. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi seluruh Indonesia 9. Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I seluruh Indonesia 10.Sdr. Kepala Balai RLKT dan Unit RLKT seluruh Indonesia 11.Sdr. Kepala Dinas Pertambangan Daerah Tingkat I seluruh Indonesia 12.Sdr. Bupati Kepala Daerah Tingkat II seluruh Indonesia 13.Sdr. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat II seluruh Indonesia

14.Sdr. Kepala Dinas Pertambangan Daerah Tingkat II seluruh Indonesia