KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA Daniel Pasambe 1), Sunanto 1), dan M. P. Sirappa 2) 1) Staf Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Staf Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sa dan, Kabupaten Toraja Utara dari bulan Maret Mei 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, di mana penentuan lokasi dan petani peternak dilakukan secara purposive sampling terhadap 4 desa, dengan mempertimbangkan jumlah kepemilikan ternak kerbau terbanyak. Desa yang terpilih adalah Sa dan Ulusalu, Sangakaropi, Sa dan Tiroallo, dan Sa dan Mataallo. Variebel yang diamati adalah potensi individu dan potensi ekonomi dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian dan instansi terkait. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternak kerbau di Kecamatan Sa dan, Kabupaten Toraja Utara selain mempunyai fungsi sebagai penghasil daging, juga mempunyai fungsi sosial dalam budaya masyarakat, terutama dalam acara ritual pesta rambu solo.potensi pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Sa dan, Kabupaten Toraja Utara mempunyai prospek yang cukup tinggi karena ditunjang oleh ketersediaan lahan yang cukup tersedia, sumberdaya manusia yang mendukung, dan mempunyai potensi pasar yang cukup tinggi. Inovasi teknologi untuk mendukung pengembangan ternak kerbau di Toraja Utara sangat diperlukan dalam menunjang pemenuhan kebutuhan dan swasembada daging, serta acara ritual rambu solo yang sebagian besar masih didatangkan dari luar daerah. Kata Kunci : Potensi pengembangan, potensi ekonomi, kerbau, Toraja Utara PENDAHULUAN Populasi kerbau di Kabupaten Toraja Utara berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan Kabupaten Toraja Utara pada tahun 2009 sebanyak 19.261 ekor, dan pada tahun 2010 populasi ternak kerbau sebanyak 21.464 ekor. Jumlah pemotongan ternak kerbau tahun 2009 sebanyak 5.033 ekor, pada tahun 2010 sebanyak 5.239 ekor, dan pada tahun 2011 sebanyak 5.033 ekor (Anonimous, 2011 a). Berdasarkan data ini, jika tidak ada upaya budidaya dan hanya mengharapkan pasokan
dari luar, dapat dipastikan populasi kerbau di Kabupaten Toraja Utara terus mengalami penurunan. Populasi ternak kerbau di Kecamatan Sa dan berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2010 sebanyak 1.020 ekor dan meningkat pada tahun 2011 sebanyak 1.707 ekor, sedangkan angka pemotongan pada tahun 2011 sebanyak 708 ekor, angka ini tidak diukuti oleh penambahan jumlah ternak yang tidak signifikan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui potensi pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Sa dan, KabupatenToraja Utara. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sa dan, Kabupaten Toraja Utara yang berlangsung selama dua bulan yaitu bulan Maret Mei 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey di mana penentuan lokasi dan petani peternak dilakukan secara purposive sampling terhadap 4 desa, dengan mempertimbangkan jumlah kepemilikan ternak kerbau terbanyak. Lokasi atau desa yang terpilih adalah Sa dan Ulusalu, Sangakaropi, Sa dan Tiroallo, dan Sa dan Mataallo. Variebelyang diamati adalah potensi individu dan potensi ekonomi dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian dan instansi terkait. Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap usaha peternakan kerbau. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Peternak di Kecamatan Sa dan Potensi peternak terdiri dari empat variabel utama, yaitu potensi dasar, potensi tenaga kerja, penguasaan teknologi, dan penyediaan input. Berdasarkan kategori penilaian, persentase peternak yang memiliki
potensi dasar rendah berjumlah 61,30 persen, sedang berjumlah 25,80 persen, dan tinggi berjumlah 12,90 persen. Peternak yang memiliki potensi tenaga kerja rendah berjumlah 25,80 persen, sedang berjumlah 25,80 persen dan tinggi berjumlah 48,40 persen. Penguasaan teknologi oleh peternak diberi nilai berturutturut, rendah 35,50 persen, sedang 41,90 persen, dan tinggi 22,60 persen. Peternak yang memiliki penyediaan input rendah berjumlah 29,04 persen, sedang berjumlah 35.48 persen, dan tinggi berjumlah 35.48 persen. Data selengkapnya diuraikan pada Tabel 1. Tabel 1. Potensi Peternak Kerbau di Kecamatan Sa dan Variabel potensi peternak Kategori penilaian Rendah Sedang Tinggi Potensi tenaga kerja 8 (25,80%) 8 (25,80) 15 (48,40%) Penguasaan teknologi 11 (35,50%) 13 (41,90%) 7 (22,60%) Potensi individu 6 (19,36%) 11 (35,48%) 14 (45,16%) Potensi tenaga kerja Potensi tenaga kerja ditentukan oleh jumlah anggota keluarga dan curahan waktu tenaga kerja dalam memelihara ternak kerbau. Potensi tenaga kerja di Kecamatan Sa dan memiliki kategori bervariasi mulai dari rendah sebesar 25,80 persen, sedang sebesar 25,80 persen, dan tinggi sebesar 48,40 persen (Tabel 1). Tingginya potensi tenaga kerja disebabkan semua usaha peternakan memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Selain itu, pengaturan waktu kerja dilakukan secara efisien dimana anggota keluarga peternak (istridan anak) menjalankan dua tugas secara bersamaan, yaitu memelihara ternak dan mengurus rumah tangga. Penguasaan teknologi ternak Potensi penguasaan teknologi ternak ditentukan oleh kemampuan dalam teknologi pakan, kemampuan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit, dan kemampuan dalam seleksi pejantan atau induk tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa Teknologi yang Dikuasai Peternak di Kecamatan Sa dan Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%) Kemampuan dalam teknologi pakan a. Memilih pakan Peternak dapat melakukan 31 100,00 Peternak tidak dapat melakukan b. Menyediakan pakan Hanya dapat mengumpulkan 31 100,00 Dapat meramu Dapat meramu dan menyimpan Dapat meramu, menyimpan, dan melakukan analisis nutrisi Kemampuan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Sama sekali tidak dapat mengobati Hanya dapat mengobati penyakit luar Dapat mengobati semua penyakit Kemampuan dalam seleksi pejantan/induk Tidak dapat melakukan Dapat melakukan 20 11 15 16 64,52 35,48 48,39 51,61 Keterbatasan kemampuan peternak dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit juga patut diperhatikan.dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 64,52 persensama sekali tidak dapat mengobati ternaknya yang terserang suatu penyakit. Hanya 35,48 persen peternak yang memiliki kemampuan terbatas untuk mengobati penyakit luar yang menyerang ternak. Selain itu, 51,61 persen peternak yang mampu menyeleksi pejantan atau induk, sedangkan 48,39 persen tidak dapat melakukannya. Potensi Ekonomi, Sosial dan Budaya. Dari tahun ke tahun fungsi kerbau sebagai penghasil daging semakin menurun dibandingkan sapi. Sejak tahun 2008 sampai saat ini populasi kerbau berkisar diantara 1,3 2 juta ekor dan sejak tahun 2011 populasinya tidak lebih dari 1,5 juta ekor.
Secara umum harga ternak kerbau di Kabupaten Toraja Utara lebih tinggi dibandingkan dengan harga ternak kerbau di Kabupaten lain, mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi.hal ini terkait dengan acara ritual dimana ternak kerbau mempunyai posisi penting didalamnya. Harga ternak kerbau di Toraja berdasarkan umur, dan jenis ternak seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Harga ternak kerbau berdasarkan umur, dan jenis ternak kerbau di Kabupaten Toraja Utara, 2012 No Umur (Tahun) Jenis Harga (Rp. 000) 1 1 2 Saleko 100.000 150.000 Bonga Sura 50.000 80.000 Bonga Tenge 50.000 80.000 Bonga Ulu 30.000 40.000 Bonga Tua 20.000 30.000 Bonga Sorri 10.000 15.000 Todi 7.000 2 3 4 Saleko 200.000 250.000 Bonga Sura 150.000 180.000 Bonga Tenge 150.000 175.000 Bonga Ulu 90.000 125.000 Bonga Tua 70.000 100.000 Bonga Sori 30.000 50.000 Todi 18.000 3 >5 Saleko 300.000 350.000 Bonga Sura 200.000 300.000 Bonga Tenge 150.000 250.000 Bonga Ulu 100.000 200.000 Bonga Tua 100.000 150.000 Bonga Sori 50.000 00.000 Todi 25.000 Sumber : data primer, 2012 (diolah kembali) Dalam kondisi pemeliharaan semi intensif dan intensif ternyata kerbau memerlukan tempat untuk berkubang. Usaha penggemukan yang berkaitan dengan adat istiadat dapat memberikan keuntungan lebih dibandingkan yang dipergunakan hanya untuk diambil dagingnya. Di Sulawesi Selatan, kerbau yang digemukkan dan ditujukan sebagai komponen untuk kerperluan ritual (sosial budaya) masyarakat Toraja memberikan keuntungan yang lebih besar yaitu sebesar 1,5 3 juta per tahun. (Sariubang et al., 1998).Permintaan kerbau belang untuk keperluan sosial budaya di Sulawesi Selatan sangat tinggi, sehingga mendorong peternak untuk melakukan usaha yang lebih serius, karena harga jual yang
sangat tinggi. Untuk menghasilkan seekor kerbau belang kelas satu yaitu Saleko diperlukan ratusan kelahiran, yang ini berarti akan mendorong peningkatan kelahiran dan populasi ternak kerbau. Untuk menggali potensi kerbau sebagai salah satu ternak penghasil daging sekaligus sebagai ternak yang mempunyai nilai sosial yang tinggi, terutama dalam acara pesta rambu solo (acara pemakaman) diperlukan berbagai upaya bagi peningkatan populasi dan produktivitasnya. Hal ini dapat ditempuh antara lain melalui pembinaan daerah produksi, perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, pemilihan bibit berkualitas ataupun melalui penggemukan. Kerbau dikenal memiliki kemampuan lebih baik dalam memanfaatkan pakan serat berkualitas rendah dengan serat kasar tinggi seperti jerami padi, jagung dan kacang tanah untuk diubah menjadi daging ataupun susu. Dhanda (2004) menyatakan kerbau memiliki kemampuan cerna serat kasar 5 persen lebih tinggi dari pada sapi, dan 4 5 persen lebih efisien dalam menggunakan energy metabolis untuk menghasilkan susu. Pembinaan kepada petani peternak, terutama inovasi teknologi dalam sistem dan manajemen pemeliharaan ternak, meliputi teknik pemilihan bibit, perbaikan pakan, penggemukan dan teknologi pelestarian kerbau spesifik lokasi, kerbau belang perlu terus diupayakan dalam mendukung program penyediaan dan swasembada daging, khususnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Toraja dan Toraja Utara dalam acara ritual, yang sebagian besar masih didatangkan dari luar kabupaten dan Provinsi Sulawesi Selatan. KESIMPULAN DAN SARAN Ternak kerbau selain mempunyai fungsi sebagai penghasil daging, juga mempunyai fungsi social dalam budaya masyarakat Toraja Utara, terutama dalam acara ritual pesta rambu solo. Potensi pengembangan ternak kerbau di kecamatan Sa dan, kabupaten Toraja Utara mempunyai prospek yang cukup tinggi karena
ditunjang oleh ketersediaan lahan yang cukup tersedia, sumberdaya manusia yang mendukung pada usia produktif, dan mempunyai potensi pasar yang cukup tinggi. Inovasi teknologi yang mendukung pengembangan ternak kerbau di Toraja sangat diperlukan dalam menunjang pemenuhan kebutuhan dan swasembada daging, serta acara ritual rambu solo yang sebagian besar masih didatangkan dari luar. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Toraja Utara.2011. Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten Toraja Utara. Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kab. Toraja Utara. Dhanda,O.P.2004. Developments in water buffalo in Asia and Oceania. Proceeding7 th World Buffalo Conggress. 2023October 2004, Makati ShangriLa Hotel,Ayala Avenue, Makati City, Philippines.p. 1728. Hasinah,H.& Handiwirawan. 2006. Keragaman ganetik ternak kerbau di Indonesia. Prosiding lokakarya nasional usaha ternak kerbau mendukung program kecukupan daging sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hardjosubroto,W.2006.Kerbau, Mutiarayang Terlupakan. Pros. Orasi dan Seminar Pelepasan Dosen Purna Tugas Tahun 2006. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.17Juli2006.hlm.56 102. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta. Prawirodigdo, S dan B. Utomo. 2010. Peluang Pengembangan Ternak Kerbau Rawa DiKantongBibitSapiPotongLokalGrobogan Ditinjau Dari Aspek Ketersediaan Pakan. Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau Priyanti, A.,L.Hardi Prasetyo,E.Winarti, Y.C. Rahardjo,B. Bramantiyo, Indraningsih dan Sri Usmiati. 2005. Laporan Penelitian Demand Driving. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.Bogor. Sariubang, M., D. Pasambe dan R. Haryani. 1998. Analisis biaya dan pendapatan dari usaha penggemukkan kerbau di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Hlm 655 660 Ririmase, P. M., 2007. Analisis Berbagai Motif Sebagai Pembentuk Motifasi Usaha Peternakan Domba Lokal Di Pulau Kisar. Jurnal Agroforestri
Vol.2.2007. Program Studi Agroforestri Politeknik perdamaian Halmahera. Tobelo. Indonesia. Tomatala. G,S,J. 2004. Pemanfaatan Media Komunikasi dan Perilaku Usaha Peternakan Sapi Potong: Kasus Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sumber : Buletin Peternakan Disnak Keswan Prov. Sul Sel, 2014