b. Merubah Sudut Kompas ( SK ) menjadi Sudut Peta ( SP ) Jika ikhtilaf magnet / UP UM ke timur, maka Sudut Peta (SP ) yang dicari adalah Sudut Kompas (SK) ditambah Ikhtilaf Magnet/UP UM, jadi : SP = SK + Ikhtilaf Magnet/UP UM Jika ikhtilaf magnet / UP UM ke barat, maka Sudut Peta (SP ) yang dicari adalah Sudut Kompas (SK) dikurangi Ikhtilaf Magnet/UP UM, jadi : SP = SK - Ikhtilaf Magnet/UP UM Contoh : Diketahui sudut kompas besarnya 60 o. Peta dibuat tahun 1942, ikhtilaf / deklinasi magnetis 1 o 10 Timur. Variasi magnet 02 per tahun increase. Berapakah sudut petanya pada tahun 1992? Jawab : Sudut Peta = SK + Ikhtilaf Magnet / UP UM Ikhtilaf magnet pada tahun 1992 = Ikhtilaf Magnet + Variasi magnet Variasi magnet tahun 1992 = ( 1992-1942 ) x 2 = 100 = 1 o 40 Ikhtilaf Magnet = 1 o 10 + 1 o 40 = 2 o 50 Sudut Peta = 60 o - 2 o 50 = 62 o 50 10. Skala Peta Skala peta adalah perbandingan jarak antara 2 titik yang terdapat pada peta dengan jarak yang sebenarnya di medan secara horizontal/mendatar. Pengertian lain, skala peta merupakan perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak yang sebenarnya di lapangan secara mendatar. Skala peta terletak pada bagian tengah bawah dari lembar peta. Untuk peta topografi biasanya digunakan skala 1 : 50.000 dan 1 : 25.000. Skala-skala tersebut dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain : a. Skala Inci per Mil ( Inch To Mile Scale ) Disebut juga skala inci dibanding mil, contohnya : Skala peta yang dinyatakan dalam 1 inch to 5 miles, artinya sama dengan jarak 1 inci pada peta sama dengan 5 mil di lapangan. b. Skala Angka (Skala Pecahan) Skala angka merupakan skala yang dinyatakan dalam angka perbandingan, misalnya 1 : 50.000 atau 1, artinya : 50.000 Jarak 1 cm di peta = 50.000 cm di lapangan. c. Skala Grafik Skala ini dinyatakan dalam satu garis lurus yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama panjang dan pada garis tersebut dicantumkan ukuran jarak sesungguhnya di lapangan, yang biasa dinyatakan dalam km. 6
Terlihat bahwa 0 1 = 1 2 = 2 3 = 3 4 = 4 5 = 5 6 = 6 7 = 7 8 = 8 9 = 9 10 = 1 cm. Jadi keseluruhannya adalah 10 cm. Dimana jarak 10 cm tersebut sama dengan 5 km. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa jarak 2 cm di peta sama dengan 5 km di lapangan. Untuk mempermudah pemahaman skala peta dapat kita gunakan rumus berikut ini : Skala Peta = Jarak di Peta atau S = JP Jarak di Medan Contoh : 1. Diketahui skala peta 1 : 50.000. Jarak di peta 2 cm. Berapakah jaraknya di lapangan? Jawab : S = JP 1 : 50.000 = 2 cm 1 = 2 50.000 = 2 CM X 50.000 = 100.000 cm Jadi jarak di medan = 1 km 2. Diketahui skala peta 1 : 25.000. Jarak di medan 6,5 km. Berapakah jaraknya di peta? Jawab : S = JP 1 : 25.000 = JP 650.000 = 650.000 : 25.000 = 26 cm Jadi jarak pada peta = 26 cm 3. Diketahui jarak pada peta 4 cm, jarak di medan 2 km. Tentukanlah skala petanya? Skala = JP Skala = 4 Skala = 1 200.000 50.000 Skala Peta = 1 : 50.000 7
11. J a r a k Yang harus diperhatikan disini adalah jarak pada peta dan jarak sesungguhnya di lapangan. Dalam membicarakan jarak ini, harus ditilik kembali pengertian tentang skala. Jarak yang diukur pada peta adalah jarak yang horizontal. Sedangkan jarak yang miring dapat dicari bila sudut kemiringan dari lereng diketahui besarnya. Jarak yang diukur pada peta dapat merupakan garis lurus atau garis lengkung. Cara mengukur untuk jarak yang berupa garis lurus dapat menggunakan mistar ukur. Sedangkan untuk garis lengkung dapat menggunakan benang ( dianjurkan benang basah ) yang diletakkan pada jarak tersebut. Bisa juga dengan suatu alat khusus yang disebut curvimeter. 12. Indek Pembagian Daerah / Indek Administratif Indek ini letaknya di sebelah bawah dari lembar peta. Suatu tempat pada peta topografi dapat ditentukan wilayah administratifnya berdasarkan indek ini, contohnya : Keterangan : I. Karesidenan : Surakarta Kabupaten : Surakarta a. Kecamatan : Purwantoro b. Kecamatan : Jatisrono c. Kecamatan : Baturetno II. Karesidenan : Madiun Kabupaten : Ponorogo d. Kecamatan : Sumoroto e. Kecamatan : Tegalombo 13. Sumber/Pembuat Peta dan Tahun Pembuatan Sumber peta biasanya terletak pada sudut kiri/kanan bawah dari lembar peta. Unsur peta ini penting untuk melacak sumber datanya, sehingga data-data yang ada dapat dipertanggung jawabkan. Sebagai contohnya : a. Sudut kiri peta : Dicetak oleh Reptak jantop TNI-AD, Jakarta th. 1983. Atau : Prepared under the direction of the Chief of Enginers, U.S. Army, 1943. Copied from a Dutch map dated 1039 b. Sudut kanan peta : Reproduced by Map Production Coy. R.E., Oct. 1945 Atau : U.S. ARMY MAP SERVICE, FAR EAST 64 035 5/65 Atau : PENJELASAN Peta ini diperbaharui secara terrestris oleh JAWATAN TOPOGRAFI TNI-AD. Menggunakan PETA INDUK hasil pemindahan dari PETA TOPOGRAFI th. 1969 1970. Pelaksanaan pembaharuan peta ini oleh TOPDAM VII/ DIPONEGORO th.1980 1981. 8
Tahun pembuatan perlu diketahui agar didapat informasi yang benar-benar baru, terutama untuk kenampakan-kenampakan yang bersifat dinamis, seperti data-data yang bersifat social ekonomis dan kebudayaan. Lebih penting dari itu untuk pete topografi, karena berhubungan dengan ikhtilaf dan variasi megnetnya. Bila diketahui tahun pembuatannya, arah/sudut yang sesungguhnya dapat pula diketahui. Pada umumnya dalam jangka waktu 5 tahun sekali setiap daerah harus dipetakan kembali. 15. Garis Jala Peta Garis jala merupakan garis-garis yang membujur dari utara ke selatan dan garisgaris yang melintang dari barat ke timur yang berwarna merah. Jarak antara garis pada peta yang berskala 1 : 50.000 adalah 2 cm. Maka akan diperoleh susunan petak bujur sangkar dengan ukuran 2 x 2 cm. garis jala tersebut juga dinamakan garis koordinat, sebagai contoh : Keterangan gambar : Pada garis-garis yang membujur, tepatnya pada garis yang paling kiri tertera angka ; 5 84 000m Tm, maksud garis tersebut berjarak 584.000 m sebelah Timur garis salib sumbu Y (titik pangkal). Sedangkan pada garis lintang paling bawah tertera angka ; 4 19 000m Ut, maksudnya garis lintang tersebut berjarak 419.000 m di sebelah Utara salib sumbu X. Letak garis-garis jala pada peta topografi diukur jaraknya dari garis salib sumbu X atau sumbu Y. Dimana garis X dan Y tersebut berpotongan pada satu titik yang merupakan titik pangkalnya. Untuk tiap-tiap negara titik tersebut berbeda-beda. Untuk Indonesia letak titik pangkalnya berpotongan diantara garis lintang Selatan 8 o dengan garis bujur Timur 110 o. Letak ini masih digeser 550.000 m ke barat dan 400.000 m ke selatan. Titik yang telah digeser ini dinamai titik pangkal paslu ( False Origin ), yang selanjutnya titik ini dijadikan dasar untuk menentukan letak garis jala peta seluruh Indonesia. 16. Legenda Peta Sudah kita sepakati bahwa peta diwujudkan dalam simbol-simbol tertentu. Untuk mengenal masing-masing simbol itu diperlukan suatu kunci/keterangan yang disebut dengan legenda. Maka legenda punya fungsi untuk membantu pengguna-pengguna peta untuk dapat mengenal arti simbol-simbol yang dihadapi. Simbo atau tandatanda peta tersebut dalam peta topografi diberi warna-warna tertentu. Ada lima warna pokok untuk sibol-simbol itu, yaitu : 9
a. Hitam Untuk detil planimetris ( konstruksi dari batu, kayu, jalan kereta api, dan sebagi batas daerah ). b. Biru Untuk konstruksi dari besi dan unsur-unsur hidrografi (danau, sungai dll). c. Hijau Untuk vegetasi (tumbuh-tumbuhan), permukaan (indikator daerah tertentu). d. Coklat Untuk bentuk-bentuk yang bersifat alami (garis kontur). e. Merah Untuk jalan raya, bangunan-bangunan tertentu. Untuk memudahkan dalam mengingatnya, tanda-tanda tersebut digolong-golongkan, sebagai berikut : a. Relief b. Perairan c. Tumbuh-tumbuhan d. Bangunan e. Jalan dan Jembatan f. Jalan kereta api, jalur pipa, jalur kabel listrik g. Batas administratif. Sebagai contoh : 10