Trio Hukum dan Lembaga Peradilan



dokumen-dokumen yang mirip
Pidato Presiden Tentang Proses Hukum Bibit-Chandra

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

Nama : ALEXANDER MARWATA

SALAH PERSEPSI SOAL KORUPSI

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 20/PUU-XIV/2016 Perekaman Pembicaraan Yang Dilakukan Secara Tidak Sah

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memilih Calon Anggota DPR RI yang Cermat (Cerdas dan Bermanfaat) (16/U)

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

KEWENANGAN PENYIDIK DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sambutan Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna Bidang Polhukam, 31 Agustus 2010 Selasa, 31 Agustus 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

UU. No.31 tahun 1999 dan REALISASI PELAKSANAANNYA

KORUPSI MENGHAMBAT PEMBANGUNAN NASIONAL. Oleh : Kolonel Chk Hidayat Manao, SH Kadilmil I-02 Medan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCAN RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENELITIAN KORUPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia di sisi lain dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, dapat ditarik. 1. Lembaga Negara independen adalah lembaga yang dalam pelaksanaan

PEMERINTAHAN YANG BERSIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

REFORMASI TATA KELOLA PERADILAN. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa. juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN SERTA MASYARAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Rapat Kerja Kejaksaan Agung RI, Jakarta, Senin, 13 Desember 2010

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Transkripsi:

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan Oleh : Drs. M. Amin, SH., MH Telah diterbitkan di Waspada tgl 20 Desember 2010 Dengan terpilihnya Trio Penegak Hukum Indonesia, yakni Bustro Muqaddas (58), sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Basrie Arief (63), sebagai Jaksa Agung dan Timur Pradopo sebagai Kapolri, ekspektase masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia sangat tinggi. Busro Muqaddas, banyak diyakini sebagai sosok yang memiliki karakter lemah gemulai namun tegas dalam prinsip, akan mampu mengemban tugas-tugas KPK yang semakin berat dan mengalami banyak tantangan, antara lain, karena adanya dugaan upaya memperlemah peran KPK, terutama dari orang yang memiliki sikap koruptif. Basrie Arief, sebagai orang dalam yang banyak mengetahui seluk beluk perilaku koruptif dan manipulatif di jajaran kejaksaan, diharapkan akan sukses memperbaiki lembaga kejaksaan, dan bukan justru sebaliknya menampilkan kompromistis. Sedangkan Timur Pradopo diharapkan mampu membenahi institusi kepolisian yang dinilai sangat jauh dari memenuhi harapan dalam penegakan hukum. Di satu sisi, tingkat korupsi di berbagai lini kehidupan bernegara dan bermasyarakat telah sangat mengkhawatirkan dan dapat meruntuhkan sendi-sendi kehidupan manusia bermoral di bumi Indonesia, di sisi lain, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum sangat membutuhkan kerja nyata. Sehingga ketiga lembaga penegak hukum itu harus sungguh-sungguh bersinergi dalam upaya membongkar berbagai kasus korupsi dan membawa pelakunya ke pengadilan guna diberi hukuman yang berat dan setimpal. Mengenai

menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum, juga diakui oleh Presiden SBY ketika membuka rapat kerja Kejaksaan Agung baru-baru ini. Sesungguhnya, institusi kepolisian dan kejaksaan sebagai lembaga pertama dan utama penjerat pelaku korupsi sudah cukup malu dengan dibentuknya lembaga lain, seperti KPK dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum (PMH). Karena dengan begitu menunjukkan betapa kurang efektifnya lembaga-lembaga itu menjalankan tugasnya, sehingga harus dibentuk lembaga lain. Penulis berpendapat, penegak hukum sebenarnya telah mengetahui betul berbagai modus operandi dan praktek koruptif serta cara membongkar dan menemukan bukti-buktinya, sehingga sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak dapat bekerja dengan baik dan profesional, tinggal lagi, sayangnya, faktor non hukum selalu mempengaruhi dalam setiap menangani sebuah perkara. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi pimpinan Kepolisian dan Kejaksaan untuk memperbaiki kinerjanya. Hal yang sama, sebagai sebuah tantangan, juga bagi lembaga peradilan, sebagai benteng pemberi keadilan masyarakat. Lembaga yang aparatnya telah memperoleh tunjangan kinerja ini tidak boleh mengabaikan kondisi dan semangat Negara dalam memberantas korupsi dan segala kejahatan yang ada. Survey TII (Transparency International Indonesia) tahun 2009 yang menempatkan institusi peradilan di bawah Partai Politik, Legislatif dan Kepolisian pada posisi lima besar lembaga Negara terkorup, harus memacu kinerjanya dalam menegakkan hukum secara profesional dengan tidak terpengaruh oleh pertimbangan non hukum. Adanya keluhan masyarakat yang merasa tersayat hatinya oleh perilaku penegak hukum, kepolisian dan kejaksaan di tingkat penyidikan dan penuntutan, serta peradilan, akibat putusan yang dinilai tidak adil,

harus diterima sebagai sebuah kenyataan dan sekaligus dijadikan sebagai pemicu perubahan. Pendekatan humanis Pelaku dan perilaku korupsi adalah sebuah perilaku yang menganggap materi menjadi tujuan hidup. Menjadi tuhan-nya. Yang berarti pula, harta adalah sumber kebahagiaan dan kesenangan, namun ia lupa bahwa kesenangan seperti itu bersifat sementara, yang pada akhirnya, lambat atau cepat, akan timbul berbagai ketidaktenangan. Oleh karena itu, perlawanan terhadap pelaku dan perilaku korupsi yang digulirkan saat ini, menurut Busro, kurang efektif. Maka konsep kenabian yang ditawarkan Busyro Muqaddas, ketika mengikuti tes kandidat pimpinan KPK, adalah relevan, yaitu selain menggunakan tindakan yang bersifat perlawanan, juga menggunakan cara-cara humanis transendental, tanggung jawab kepada Tuhan. Tindakan korupsi dianggap sebagai upaya dehumanisasi sehingga konsep kenabian sebagai upaya me-manusia-kan kembali manusia Sebagaimana diketahui bahwa pelaku korupsi banyak melibatkan pejabat dan pengusaha dan orang-orang yang telah memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal tersebut menunjukkan bahwa hidupnya mengutamakan mencari harta dan kesenangan hidup tanpa dilandasi oleh nilai-nilai agama. Kesenangannya digantungkan kepada seberapa banyak harta yang dikumpulkan dan dimilikinya, sehingga berbagai cara dilakukannya asal menghasilkan harta kekayaan. Menyuap, memeras dan me- nyunat dana pembangunan adalah cara-cara yang dilakukan tanpa memperhatikan kerugian di pihak lain. Hati dan jiwa orang seperti inilah yang mesti di- garap untuk diberi pencerahan dan keyakinan sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw bahwa Jika manusia diberi dua gunung dari emas, ia masih akan mencari yang ketiganya. Agaknya, antara lain inilah yang diinginkan oleh Busro Muqaddas dengan konsep ke-nabian-nya.

Reformasi Birokrasi Peradilan Lembaga yang tidak kurang mendapat sorotan tajam beberapa tahun ini adalah peradilan. Lembaga peradilan sebagai harapan terakhir untuk memperoleh keadilan ini menjadi sorotan karena putusan-putusan yang dikeluarkan dinilai tidak memihak kepada keadilan. Meskipun keadilan selalu mengandung nilai subyektif, ternyata sebagian besar masyarakat merasakan banyaknya ketidakadilan dari putusan yang dijatuhkan oleh lembaga ini. Masyarakat masih menilai banyak putusan yang tidak mencerminkan keadilan dan mencium adanya faktor lain sehingga putusannya seperti itu. Namun mereka tidak dapat menemukan faktor lain itu. Menyikapi hal tersebut, berbagai upaya perbaikan memang telah dan sedang dilakukan oleh Mahkamah Agung RI, yaitu melaksanakan program Reformasi Birokrasi (RB) sebagai tuntutan diberikannya remunerasi (tunjangan kinerja). Namun agaknya RB yang dilakukan belum terlalu dirasakan oleh masyarakat luas, karena kurang menyentuh sikap dan perilaku aparatnya. Setidaknya ada lima program RB yang disebut Quick Wins yang sedang giatgiatnya dilakukan oleh lingkungan peradilan (MA-RI), yaitu : 1. Publikasi Putusan, 2. Pengembangan TI, 3. Pedoman Perilaku Hakim, 4. PNBP, dan 5 Evaluasi Kinerja, dan ditambah lagi pelayanan publik. Dari program unggulan RB MA-RI terlihat setidaknya ada empat hal yang mesti dilakukan secara sungguh-sungguh, yaitu transparansi, perbaikan moral aparat peradilan serta peningkatan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. Kerja keras dan sungguh-sungguh dari seluruh unsur di lingkungan peradilan, terutama pimpinan, hakim dan panitera pengganti serta semua yang terlibat dalam program perbaikan birokrasi mutlak diperlukan. Jika kelima program RB tersebut dilaksanakan dan dijalankan dengan baik, maka diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum akan berangsur-angsur pulih. Sebaliknya tanpa adanya kerja kerasa dan kesungguhan, jangan harap lembaga peradilan akan menjadi agung sebagaimana visi Mahkamah Agung RI, yang ingin mewujudkan lembaga

peradilan yang agung. Hal tersebut juga sejalan dengan tema Rapat Kerja Nasional MA-RI di Balikpapan tanggal 10-14 Oktober 2010 dengan tema Dengan semangat perubahan memperkokoh landasan menuju lembaga peradilan yang agung. Sebuah lembaga publik yang dianggap agung (berwibawa dan disegani), manakala lembaga itu dipercaya oleh masyarakat sehingga masyarakat akan melaksanakan apa pun keputusan yang dijatuhkan. Karena sebagai lembaga yang memutus atas nama Tuhan (independen), sudah semestinya akan memutus suatu kejahatan atau sengketa didasarkan kepada fakta-fakta hukum yang konkrit (bukan dibuat-buat/rekayasa) dengan dilandasi kejujuran. Menurut penulis, setidaknya ada empat hal konkrit dari hasil sebuah upaya perbaikan lembaga peradilan, yaitu : 1) layanan yang cepat, yang berarti administrasi berjalan dengan tertib dan sederhana, 2) tidak ada pungutan uang selain yang ditentukan oleh suatu keputusan resmi yang didasarkan pula kepada peraturan perundang-undangan, 3) transparansi informasi mengenai berbagai hal peradilan berdasarkan Keterbukaan Informasi Publik (UU No 14/2008) dan UU Pelayanan Publik (UU No. 25/2009) serta KMA 144/2007, dan 4) putusan hakim yang baik yang jauh dari pertimbangan non hukum, misalnya karena adanya suap. Akhirnya, kini masyarakat luas sedang menanti tindakan konkrit dari para hamba hukum (penegak hukum). Kepolisian, Kejaksaan, KPK dan Lembaga Peradilan, yang bertanggung jawab untuk meluruskan berbagai tindakan menyimpang dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Kepolisian ditantang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu tindakan korupsi dan kejahatan lain secara jujur dan profesional serta jauh dari interest. Demikian juga Kejaksaan dan KPK agar dapat melaksanakan tugas secara sinergis guna membongkar berbagai kasus korupsi dan kejahatan lain dengan penuh tanggung jawab, tidak saja kepada bangsa dan Negara tetapi juga kepada Tuhan. Lebih-lebih lagi lembaga peradilan, agar benar-benar memberikan putusan secara adil dan sikap jujur atas nama Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa

adanya sikap tanggung jawab dan kejujuran, jangan harap penegakan hukum di Indonesia akan berjalan dengan baik. Kita berdoa semoga para pemimpin dan penegak hukum diberi kekuatan oleh Tuhan Yang Maha Esa, agar dapat melihat kebenaran adalah benar dan kebatilan (kesalahan) adalah batil adalah memang salah yang tak perlu mencari cara untuyk membenarkan. Penulis adalah Wakil Ketua PA Kabanjahe