30 PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL I. UMUM Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu wilayah dalam kawasan Hinterland Ibukota Negara, mempunyai daya tarik dan telah menjadi tujuan urbanisasi sekaligus tidak dapat terpisahkan dari dampak distorsi pelaksanaan pembangunan yang pesat dan dinamis. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang belum optimal meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas dan merata, dengan akses penguasaan sumber ekonomi yang semakin kompetitif dimana tidak semua individu yang tertarik dan datang ke kota memiliki kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja atau tidak mampu bersaing dalam sektor informal, pada waktunya masalah dan kerawanan sosial muncul dan berkembang semakin serius seperti bertambahnya kantong-kantong kemiskinan, pengangguran, tingginya angka kriminalitas, disharmoni keluarga, ketidakadilan terhadap perempuan, perlakuan salah terhadap anak, penelantaran orang lanjut usia korban tindak kekerasan, perdagangan manusia, dan lain sebagainya yang menjadi permasalahan kesejahteraan sosial. Permasalahan kesejahteraan sosial kemudian secara nyata dilihat dari adanya warga masyarakat baik perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat yang yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kedisabilitasan atau kecacatan,
31 ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana. Sesuai amanat Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, penanganan masalah kesejahteraan sosial yang berskala Kabupaten/Kota merupakan urusan wajib Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Oleh karenanya daerah kemudian perlu mengembangkan dan mengimplementasikan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan dalam bentuk pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, sesuai karakteristik dan kearifan lokal guna menjamin adanya kepastian hukum tanggung jawab Pemerintah Daerah, peranserta masyarakat dan kepedulian dunia usaha dalam upaya pemenuhan hak dan kebutuhan dasar Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sesuai amanat Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Penanganan Fakir Miskin, dan Peraturan Pemerintah 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Huruf a Huruf b
32 Huruf c Kedisabilitasan adalah sinonim atau padanan dari kata Huruf d Huruf e Huruf f kecacatan. Ayat (3) Secara umum jenis, definisi dan kriteria Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) diatur dalam ketentuan peraturan dan/atau keputusan menteri sosial, dan untuk PMKS lainnya sesuai karakeristik daerah sepanjang belum diatur dalam peraturan dan atau keputusan menteri, akan ditetapkan oleh Walikota. Pasal 4 Ayat (3) Huruf a Huruf b Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat Huruf c Huruf d yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.
33 Ayat (4) Ayat (5) Pasal 5 Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Yang dimaksud secara persuasif berupa ajakan, anjuran, dan Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 bujukan, secara motifatif berupa dorongan, pemberian semangat, pujian dan/atau penghargaan, secara koersif berupa tindakan pemaksaan. Pasal 11 Bantuan langsung yang bersifat sementara dapat berupa Ayat (3) Ayat (4) makanan pokok, pakaian, tempat tinggal, rumah penampungan sementara, keuangan, perawatan kesehatan dan obat-obatan, akses pelayanan dasar (kesehatan, pendidikan), bimbingan teknis/supervisi, dan penyediaan pemakaman, sedangkan yang bersifat berkelanjutan berupa pelayanan sosial dalam panti.
34 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Yang dimaksud dengan situasi krisis adalah keadaan yang dapat membuat sesuatu menjadi tambah buruk. Pasal 15 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Penyediaan aksesibilitas dilakukan dengan memberikan Huruf i rujukan, mengadakan jejaring kemitraan, menyediakan fasilitas, dan/atau menyediakan informasi. Pasal 16
35 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Panti sosial adalah rumah penampungan sebagai lembaga/unit yang melaksanakan pelayanan sosial, dan yang termasuk pusat kesejahteraan sosial antara lain seperti pesantren dan rumah adat sebagai tempat melakukan kegiatan pelayanan sosial bersama secara sinergis dan terpadu. Standar minimum sarana dan prasarana penyelenggaraan Ayat (3) kesejahteraan sosial bagi PMKS meliputi antara lain perkantoran, ruang pelayanan umum, ruang pelayanan teknis, tenaga pelayanan, peralatan, sandang, pangan dan lain-lain. Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27
36 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Wahana Kesejahteraan Sosial yang diadakan oleh pemerintah seperti Kota Layak Anak, Gerakan Sayang Ibu dan yang lainnya, sedangkan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat seperti arisan dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41
37 Pasal 42 Tim dapat terdiri dari unsur SKPD dan/organisasi terkait. Pasal 43 Pasal 44 Bentuk dukungan seperti penyediaan tempat, lokasi, fasilitas, sarana atau prasarana, dan pengkoordiniran meliputi bentuk seperti eksploitasi, pemanfaatan, pemaksaan, dan yang lainnya. Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasar 49 Pasal 50 Pasal 51 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 43