BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku mereka (Chaffe dalam el-hakim, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Widya Praja Ungaran terletak di jalan Jend. Gatot Subroto 63 Ungaran,

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS DI SMA I TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS II DI SMK PGRI 1 SENTOLO KULON PROGO YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa remaja menjadi sorotan yang tidak lekang oleh waktu. Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa yang merupakan gejala sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). Menurut Gunarsa (2003) Remaja berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Mereka ingin mengetahui macam-macam hal-hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang, mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Seolah-olah remaja ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa. Keinginan mencoba seringpula diarahkan pada diri sendiri maupun terhadap orang lain. Pada masa remaja ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif (Agustiani, 2006). 1

Pada masa remaja aspek psikoseksual dengan lawan jenis juga akan berkembang, remaja akan berusaha untuk bereksplorasi dengan kehidupan seksual. Akibat langsung dari perubahan fisik dan juga pengaruh lingkungan tersebut adalah adanya perubahan psikis remaja. Perubahan fisik menyebabkan perubahan seks yang disertai dorongan-dorongan serta perasaan-perasaan baru yang dikombinasikan dengan pengaruh-pengaruh sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan teman sebaya, media massa dan minat pada jenis seks lainnya remaja menjadi lebih terorientasi secara seksual (Agustiani, 2006). Hurlock (2001) juga menambahkan bahwa pada masa remaja minatnya pada seks meningkat. Mereka mulai tertarik pada jenis kelamin lain, mereka mulai mengenal apa yang dinamakan cinta, saling memberi dan menerima kasih sayang dari orang lain (Agustiani, 2006). Masa remaja adalah masa dimana remaja mulai tertarik terhadap lawan jenis. Rasa ketertarikan pada remaja diwujudkan dalam bentuk berpacaran. Berpacaran merupakan upaya untuk mencari seseorang teman dekat yang didalamnya terdapat komunikasi, membangun kedekatan emosi dan proses pendewasaan kepribadian. Namun tidak sedikit remaja berpacaran menjadikan unsur nafsu seksual menjadi hal yang dominan (Tito dalam Lisa, 2012). Berpacaran yaitu upaya untuk mencari seorang teman dekat yang di dalamnya terdapat komunikasi, membangun kedekatan emosi dan proses pendewasaan kepribadian (Tito, 2001). Sedangkan menurut Milles (2000) berpacaran yaitu mempercayai berbagai macam etiket, belajar berbicara, dengan lawan jenisnya dan bertanggung jawab atas kehidupan antar pribadi, belajar untuk 2

menghadapi bermacam-macam watak dan kepribadian yang nantinya akan berguna untuk memilih pasangan hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (2002) pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Pada masa ini remaja perempuan akan mengkaitkan masalah seksual atau hubungan seks dengan cinta (Michael dalam Santrock, 2003). Mereka sering merasionalkan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut dalam cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja putri mengungkapkan alasan utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Cassel dalam Santrock, 2003). Menurut Sarwono (2010), perilaku seksual pra nikah yang dilakukan oleh remaja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya dampak psikologis seperti perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa. Dampak fisik diantaranya dapat menimbulkan Kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi, berkembangnya penyakit seksual menular di kalangan remaja yang dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit serta meningkatkan resiko terkena HIV/AIDS. Dampak sosial yaitu dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selanjutnya dijelaskan oleh Linda Veronika Sihombing (2004) bahwa berpacaran tidak berarti selalu dengan seks, tapi perilaku berpacaran remaja saat ini sulit dipisahkan dengan perilaku seksual. 3

Berdasarkan survey terhadap kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan pada tahun 2007 remaja usia 15-19 tahun oleh Rachmat (dalam, http://www.detikhealth.com/) menuturkan sebagian besar remaja putra dan putri yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Data terhadap 10.833 remaja laki-laki berusia 15-19 tahun diperoleh hasil sebesar 72% sudah berpacaran, 92% sudah pernah berciuman, 62% sudah pernah meraba-raba pasangan, 10,2% sudah pernah melakukan hubungan seksual. Pemahaman yang keliru mengenai seksualitas pada remaja menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatanya. Dorongan seksual muncul dalam bentuk ketertarikan pada lawan jenis dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual dari pasanganya (http://www.e-psikologi.com/remaja/030602.html). Berdasarkan observasi dan wawancara awal dengan guru BK di SMK Widya Praja Ungaran pada bulan September 2013, ternyata di SMK Widya Praja Ungaran sudah banyak siswi yang berpacaran di sekolah tersebut dan tidak sedikit pula siswi yang hamil diluar nikah, dan tampak pula siswa-siswi yang berpacaran ketahuan melakukan ciuman di dalam kelas waktu pulang sekolah. Pada Oktober 2013 peneliti melakukan pra penelitian dengan menyebarkan skala sikap tentang perilaku seksual di SMK Widya Praja Ungaran, dengan mengambil sampel 1 kelas yang berisi 40 siswa. Dari Pra penelitian yang penulis lakukan, mendapatkan hasil : Berdasar hasil penyebaran skala sikap di kelas XI BB dapat dilihat dalam tabel 1.1 dibawah ini. 4

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Kategori Frekuensi Persen Tinggi 17 42,5 % Sedang 18 45 % Cukup 3 7,5 % Rendah 2 5 % Total 40 100 % Berdasarkan hasil penyebaran skala sikap tentang perilaku seksual dari jumlah 40 anak, yang rendah dalam perilaku seksualnya ada 2 anak, sedangkan 17 anak perilaku seksualnya tinggi, 18 anak perilaku seksualnya sedang, dan 3 anak perilaku seksualnya cukup. Dari hasil tersebut prosentase yang paling tinggi adalah anak yang perilaku seksualnya sedang. Dari uraian di atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian mengenai Perilaku seksual siswi SMK Widya Praja Ungaran dalam berpacaran. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana perilaku seksual siswi SMK Widya Praja Ungaran dalam berpacaran? 5

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perilaku seksual siswi SMK Widya Praja Ungaran dalam berpacaran. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian tentang perilaku seksual siswi SMK Widya Praja Ungaran dalam berpacaran ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain : 1.4.1 Secara Teoritis a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai gambaran remaja terhadap perilaku seksual dalam berpacaran. b) Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi mereka yang berminat untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini dengan mengambil kancah penelitian yang berbeda. c) Memberikan informasi kepada semua pihak mengenai sikap dan perilaku seks remaja di era ini, sehingga pihak-pihak lainpun turut serta memperhatikan dan mengarahkan perkembangan remaja, di kota Ungaran khususnya. 1.4.2 Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah terutama guru BK (Bimbingan dan Konseling) mengenai perilaku seksual remaja dalam berpacaran, sehingga pihak-pihak institusi dapat menyusun 6

langkah-langkah selanjutnya untuk dapat mengembangkan dan mengarahkan persepsi siswa-siswinya terhadap perkembangan perilaku ke arah yang lebih baik. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pembaca memahami isi skripsi ini, maka dalam penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika dan garis besar isinya yang disajikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan teori, berisi tentang pacaran pada remaja yang terdiri dari pengertian pacaran, pengertian remaja, ciri-ciri remaja, tahap perkembangan remaja, tugas-tugas perkembangan remaja, fase perkembangan remaja, pengertian perilaku seksual, bentuk-bentuk perilaku seksual, tahapan-tahapan dalam perilaku seksual, faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, hasil-hasil penelitian yang relevan. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, tehnik analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan, dipaparkan deskripsi subjek penelitian, pengumpulan data, analisis porsentase, analisis deskriptif, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran. 7