BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya.saat inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. masa ini terjadi pertahapan perubahan yang sangat cepat. Status kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang peranan penting. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). Untuk menciptakan SDM yang berkualitas tentunya banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain faktor pangan (faktor gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan pelayanan lainnya. Dari sekian banyak faktor tersebut unsur gizi memegang peranan yang cukup penting. Orang tidak akan bisa hidup sehat dan berumur panjang jika kekurangan gizi. Demikian juga dengan kelebihan gizi dapat menyebabkan penurunan produksifitas kerja (Atmojo, 1998). Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1). Masa remaja awal (10-12 tahun); (2) Masa remaja tengah (13-15 tahun); (3) Masa 1

2 remaja akhir (16-19 tahun). Ciri khas remaja antara lain: pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta mampu berpikir abstrak (Depkes RI,2001). Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik mental maupun sosial karena bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dari makanan mereka (Sulistyoningsih,2011). Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan terhenti menjelang usia 18 tahun tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian lagi. Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktivitas fisik tubuh meningkat sehingga kebutuhan energi juga akan meningkat. Untuk itu diperlukan asupan zat gizi yang seimbang. Kesalahan dalam memilih makanan dan kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat (Sediaoetama,2000). Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai perrtumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang.

3 Selain melalui antropometri status gizi dapat dilihat dari konsumsi makanan setiap harinya. Pola konsumsi makanan merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan cirri khas pada suatu kelompok tertentu. Konsumsi makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper, 1985). Dengan demikian diharapkan konsumsi makanan yang mencakup zat makanan beranekaragaman serta mencakup zat gizi makro dan zat gizi mikro sehingga dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi yang dihitung berdasarkan besar kalori dan protein yang dikonsumsi. Angka kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004) menetapkan patokan kecukupan konsumsi kalori dan protein perkapita per hari masing-masing 2.000 kkal dan 52 gram protein (BPS,2010). Hasil Riskesdas 2010, rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja) berkisar antara 67,9-84,7 persen dan 16-18 tahun (usia remaja) berkisar antara 69,5 persen-84,3 persen dan sebanyak 54,5 persen penduduk usia pra remaja dan remaja mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal. Secara nasional status gizi remaja pada prevalensi kependekan remaja usia 13-15 tahun adalah 35,2 persen terdiri dari 13,1 persen sangat pendek dan 22,1 persen pendek dan usia 16-18 tahun yaitu 31,2% yang terdiri dari 7,2% sangat pendek dan 24,0% pendek. Untuk prevalensi kekurusan pada remaja usia 13-15

4 tahun adalah 10,1% terdiri dari 2,7% sangat kurus dan 7,4% kurus. Dan usia 16-18 tahun sebesar 8,9% terdiri dari 1,8% sangat kurus dan 7,1% kurus, sedangkan untuk prevalensi kegemukan remaja usia 13-15 tahun adalah sebesar 2,5% dan usia 16-18 tahun secara nasional masih kecil yaitu 1,4%. Dan Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang prevalensi anak kurus (IMT/U) di atas prevalensi nasional (Riskesdas,2010). Penduduk Propinsi Kalimantan Barat tahun 2009 diperkirakan berjumlah sekitar 4.319,142 juta jiwa (angka proyeksi BPS), dimana sekitar 2.137,588 juta jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2.181,554 juta jiwa adalah perempuan. Luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat sebesar 146.807 Km² atau lebih besar dari Pulau Jawa, maka kepadatan penduduk Kalimntan Barat sekitar 37 jiwa per kilometer persegi (Dinkes Kalbar,2009). Propinsi Kalimantan Barat dilihat dari perspektif etnisitas sangat beranekaragam, tidak hanya dihuni oleh etnik dayak dan melayu sebagai penduduk asli tetapi juga terdapat etnik pendatang lainnya, seperti Jawa, Sunda, Madura, Bugis, Banjar, Padang, Batak, Bali, Ambon dan keturunan Cina. Berdasarkan data jumlah suku dayak yang disebut sebagai kelompok etnik utama dan dianggap sebagai penduduk asli ini tercatat kurang lebih 41% dari total penduduk kalbar. Dan mereka bertempat tinggal di daerah aliran sungai dan daerah pedalaman. Kelompok etnik utama lainnya yang bermukim di Kalbar adalah etnik Melayu yang berjumlah kurang lebih 39%. Kelompok utama kedua ini menurut AlQadrie (1997) adalah Melayu Pontianak yaitu umumnya orang-orang melayu Pontianak yang berdomisili di Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak.

5 Kelompok etnik lainnya yang berada di daerah ini dan merupakan pendatang adalah etnik Cina kurang lebih 12%, Etnik Bugis kurang lebih 0,5%, etnik Jawa, Madura, Sunda, Banjar, Minangkabau, Batak, Bali dan Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Singkawang pada tahun 2008, tercatat sebanyak 198.907 jiwa, mayoritas penduduk adalah orang hakka/kek sekitar 62% (Arkanuddin,2007). Berdasarkan data BPS Propinsi Kalimantan Barat terlihat bahwa rata-rata rumah tangga di Kalimantan Barat didiami oleh sekitar 4-5 orang. Sedangkan untuk kepadatan terlihat daerah yang terpadat penduduknya adalah Kota Pontianak (4.888 jiwa/km²) dan terpadat kedua adalah Kota Singkawang (352 jiwa/km²) dan terpadat ketiga Kabupaten Pontianak (161 jiwa/km²). Menurut data Riskesdas 2007 bahwa rata-rata konsumsi perkapita perhari penduduk Kalimantan Barat adalah untuk energi sebesar 1594,9 kalori, lebih rendah dari angka nasional sebesar 1735,1 kkal dan 57,6 gram protein lebih tinggi sedikit dari angka nasional sebesar 55,5 gram. Kabupaten/Kota dengan rerata angka konsumsi energi dibawah rerata angka konsumsi energi nasional antara lain Kabupaten Pontianak, Kota Pontianak dan Kota Singkawang yaitu sebesar 1547,1 kkal, 11536,6 kkal dan 1525,6 kkal. Faktor sosial budaya suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi aspek sosial budaya pangan adalah fungsi pangan masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut. Orang dapat menentukan apa yang akan

6 digunakan sebagai makanan, untuk siapa, dan dalam keadaan yang bagaimana makanan tersebut dimakan. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu). Oleh karena itu, kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan, pengolahan serta persiapan dan penyajiannya. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi (Sulistyoningsih,2011). Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Untuk orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar pun menjadi lebih baik. Kebiasaan sarapan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kecukupan gizinya sehari-hari. Menurut penelitian Tarianti (2005), kebiasaan makan pagi dapat mempengaruhi prestasi belajar pada anak sekolah. Jenis hidangan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%. Ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gr sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5 gr protein. Sisa kebutuhan energi dan protein

7 lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan makanan selingan diantara dua waktu makan (Khomsan, 2003). B. Identifikasi Masalah Masa remaja usia 12-19 tahun merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana terjadi pertumbuhan fisik, mental dan emosional yang sangat cepat. Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan mulai tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan. Semua itu sangat mempengaruhi pola makan remaja, termasuk pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja merasa takut gemuk sehingga remaja menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sekali sehari. Permasalahan gizi yang terjadi pada remaja diantaranya adalah Indeks Massa Tubuh. Status gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan fisik, mental remaja usia 12-19 tahun, gambaran status gizi dapat dilihat melalui data antropometri terutama data indeks massa tubuh, asupan zat gizi makro. Setiap orang memiliki asupan zat gizi yang berbeda-beda dikarenakan sosial, ekonomi, harga pangan dan sosial budaya serta religi. Untuk itu peneliti ingin mengetahui Perbedaan asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun berdasarkan tiga daerah dan jenis kelamin di Propinsi Kalimantan Barat. C. Pembatasan Masalah Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya serta keterbatasan data (data penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari Riset kesehatan Dasar

8 (Riskesdas,2010), maka penelitian ini dibatasi pada variabel asupan zat gizi makro (energi, karbohirat, protein, lemak) makan pagi dan jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan pada remaja usia 12-19 tahun di tiga daerah di propinsi Kalimantan Barat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: apakah ada perbedaan asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun berdasarkan tiga daerah dan jenis kelamin di Propinsi Kalimantan Barat? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun berdasarkan tiga daerah dan jenis kelamin di propinsi kalimantan Barat. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik sampel berdasarkan umur, jenis kelamin, status gizi, dan asupan zat gizi makro (Energi, Karbohidrat, Protein, Lemak) makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun di tiga daerah di Propinsi Kalimantan Barat.

9 b. Menganalisis perbedaan asupan zat gizi makro (Energi, Karbohidrat, Protein, Lemak) makan pagi pada remaja di tiga daerah di Propinsi Kalimantan Barat. c. Menganalisis perbedaan asupan zat gizi makro (Energi, Karbohidrat, Protein, Lemak) makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun berdasarkan jenis kelamin di Propinsi Kalimantan Barat. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbedaan asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun di tiga daerah di Propinsi Kalimantan Barat. 2. Bagi Fakultas Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan referensi bagi kepustakaan Universitas Esa Unggul, juga bermanfaat bagi para pembaca yang ingin memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan studi banding dan menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan bagi mahasiswa fakultas ilmu-ilmu kesehatan serta dapat digunakan bagi yang membutuhkan.

10 3. Bagi Remaja usia 12-19 tahun Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan perbedaan asupan zat gizi makro makan pagi pada remaja usia 12-19 tahun di tiga daerah di Propinsi Kalimantan Barat.