BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat efektif bagi umat manusia di dunia. Pengguna internet dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial merupakan saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB 1. Pendahuluan. alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seseorang, tetapi juga menjadi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lastarina Andanawari, 2013

BAB V KESIMPULAN. Karakter media sosial sebagai teknologi informasi dan perilaku masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. belah pihak. Tujuan diciptakan fanpage sangat banyak. Perihal diterima baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

BAB II KAJIAN TEORITIS

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. (PTK) tentang penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dengan cara orang tua mendidik anak dalam keluarganya. Maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG TERBIASA MENGGUNAKAN FACEBOOK DALAM MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS VIII-7 SMPN 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha!7

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan sebuah media massa baru (new media) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang mana saling membutuhkan satu dengan yang lainnya agar dapat bertahan hidup. Untuk mempertahankan hidupnya maka diperlukan kemampuan dalam berperilaku secara sosial agar dapat diterima oleh suatu kelompok sosial. Kemampuan ini diperoleh dari berbagai pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Menjadi pribadi yang sosial tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat, tetapi diperoleh dari hasil belajar yang searah dengan siklus perkembangan, mulai sejak lahir sampai menjadi dewasa. Perkembangan sosial seorang anak diawali dalam keluarganya. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan termasuk perkembangan sosialnya. Berbeda dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki hambatan dari segi fisik, sosial, emosi, dan mental. Bagi ABK masalah sosialisasi perlu mendapat perhatian yang serius untuk mencegah kesulitan dalam penyesuaian sosial. Dapat dikatakan bahwa setiap saat mereka akan menemukan dan menghadapi masalah-masalah sosial seperti, pergaulan dengan teman-teman, bagaimana mereka berperilaku, mempelajari perbedaan, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan sopan. Memberikan pedoman untuk mengajarkan keterampilan sosial bagi ABK tidaklah mudah. Hal yang terpenting adalah melibatkan anak dalam mempelajari dirinya sendiri, menggunakan waktu luangnya untuk sesuatu yang berguna, menemukan kekuatan dalam karakternya, sehingga bisa membantu dirinya menjadi anggota masyarakat yang berguna. Ada beberapa kondisi perkembangan sosial ABK, misalnya pada tunadaksa yang memiliki hambatan fisik dan motorik sehingga merasa tidak mampu, bersikap menyerah, rendah diri, menarik diri dari pergaulan, kurang daya sosialibilitasnya

dan selalu merasa naas. Selain itu, penerimaan dan perlakuan keluarga terhadap anaknya yang tunadaksa akan berbeda dengan anak lainnya yang normal secara umum. Kebanyakan orang tua akan bersikap terlalu melindungi, takut anaknya kenapa-kenapa sehingga menjaikan anak tidak mandiri. Ada pula sikap orang tua yang membiarkan anaknya, kurang peduli sehingga anak di titipkan di asrama atau dititipkan dan si urus oleh pengasuhnya. Sehingga anak kurang kasih sayang dari orangtuanya dan suka mecari-cari perhatian dari orang lain. Perkembangan sosial dan emosi anak tunadaksa berawal dari konsep diri yang cacat dan merasa tidak berguna sehingga mengakibatkan anak menjadi malas belajar, kurang bergaul, dan berperilaku yang kurang sesuai. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat menimbulkan masalah emosi seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, menyendiri, pemalu, dan frustasi. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka yang tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Anak tunadaksa akan melalui masa perkembangan remaja, yang mana masa remaja merupakan masa peralihan fisik dan mental dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, mulai tertarik pada lawan jenis, dan secara emosi labil dalam bertindak. Begitupun remaja tunadaksa akan mengalami masa-masa tersebut. Namun tidak seperti remaja pada umumnya yang lebih banyak menggunakan waktunya bersama teman-temannya, bereksflorasi mencari pengalaman baru, dan senang mencoba hal-hal yang baru. Dikarenakan kondisinya, maka ruang lingkup pergaulan dan pengalaman akan terhambat dan terbatas. Sehingga kurang memiliki keterampilan dalam berperilaku sosialnya. Selain di sekolah, remaja tunadaksa lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Maka untuk mengurangi kebosanannya remaja tunadaksa mencari kegiatan lain yang bisa dilakukan dirumah. Melalui perkembangan jaman yang semakin maju, akses internet dimanamana dengan berjuta aplikasi dan informasi yang mudah di dapatkan. Maka

remaja tunadaksapun tidak ketinggalan jaman bagi mereka yang memiliki kemampuan kognisi baik dan dapat memahami teknologi. Seperti penggunaan handphone, komputer, internet, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat membantu remaja tunadaksa dalam berkomunikasi, menulis, mencari informasi, belajar, dan sebagainya. Begitupun aplikasi jejaring sosial yang marak di internet dan dapat di akses selain menggunakan komputer juga dapat digunakan melalui hanphone yang menyediakan layanan tersebut. Jejaring sosial dapat menghubungkan seseorang dengan orang lain baik yang kenal maupun yang tidak kenal. Jejaring sosial telah menarik minat banyak orang untuk menggunakan aplikasi tersebut karena menampilkan profil dan foto diri, menulis status, menyimpan foto, memberikan komentar, dan melakukan obrolan. Seperti halnya remaja tunadaksa yang menggunakan salah satu aplikasi jejaring sosial yang paling banyak penggunanya di seluruh dunia, yaitu facebook. Facebook sebagai suatu jaringan sosial yang kreatif dan inovatif hadir di tengahtengah masyarakat sebagai cara untuk bersosialisai dan mendapatkan informasi dengan mudah dan efisien. Banyak penggunanya dari kalangan remaja. Tak ketinggalan remaja tunadaksapun yang secara kognitif baik, ikut menikmati layanan facebook. Bagi remaja tunadaksa, facebook merupakan suatu cara mudah untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang dikenalnya bahkan bisa mendapatkan teman baru dari berbagai negara. Melalui facebook remaja tunadaksa dapat mengekspresikan diri dengan menulis, berkomentar, dan menyimpan foto. Namun apakah dengan penggunaan facebook dapat mengembangkan perilaku sosialnya secara langsung, adakah dampak dari penggunaan facebook tersebut dalam perilaku sosialnya. Berdasarkan pemikiran peneliti tersebut, maka penelitian ini akan membahas mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa dalam menggunakan facebook. Penelitian ini dilakukan di sekolah sebagai situasi sosial yang paling

efektif dan diteliti kepada siswa tunadaksa usia remaja yang aktif menggunakan facebook. B. Penjelasan Istilah Berdasarkan pada judul penelitian dan agar lebih terfokus, maka peneliti menjelaskan definisi judul dan hal-hal yang berkaitan dengan judul penelitian ini, yaitu: 1. Perilaku Sosial; Baron & Byrne (dalam Ibrahim, 2001, hlm.19) mengungkapkan bahwa perilaku sosial identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain. Perilaku sosial yang akan diteliti pada penelitian ini adalah kecenderungan perilaku peran (Role Disposition), yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu. Kecenderungan perilaku peran ini meliputi pemberani-pengecut secara sosial, berkuasa-patuh, inisiatif-pasif, dan mandiri-tergantung. 2. Remaja Tunadaksa; merupakan individu yang memiliki suatu kelainan yang disebabkan oleh tidak normalnya fungsi otot, tulang, dan persendian sehingga menghambat dirinya dalam melakukan aktivitasnya. Remaja tunadaksa yang dijadikan subjek penelitian dengan kisaran usia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun, yang memiliki kemampuan kognitif dan komunikasi yang baik. 3. Jejaring Sosial; yaitu, website yang ditujukan untuk menjalin pertemanan dan sosialisasi di internet (Krisianto, 2014, hlm.65). Salah satu jejaring sosial yang berkaitan dengan penelitian ini adalah facebook. Facebook merupakan jejaring sosial yang paling populer dikalangan remaja. Setelah mendaftar di facebook, pengguna dapat membuat profil pribadi, bertukar pesan, bergabung

dengan komunitas (grup) yang memiliki ketertarikan yang sama, dan lain sebagainya. C. Fokus Masalah Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Jejaring Sosial khusunya remaja tunadaksa yang menggunakan facebook. Kemudian dari fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah makna jejaring sosial facebook bagi remaja tunadaksa di SLB D YPAC Bandung? 2. Bagaimanakah perilaku sosial dalam kecenderungan perilaku peran remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial facebook di sekolah? 3. Apakah yang menjadi penghambat remaja tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku sosial di sekolah? 4. Bagaimanakah pihak sekolah dalam menyikapi hambatan perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook? D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Makna jejaring sosial facebook bagi remaja tunadaksa di SLB D YPAC Bandung.

2) Perilaku sosial dalam kecenderungan perilaku peran remaja tunadaksa yang menggunakan facebook di sekolah. 3) Hambatan remaja tunadaksa yang menggunakan facebook dalam berperilaku sosial di sekolah. 4) Pihak sekolah dalam menyikapi hambatan perilaku sosial remaja tunadaksa SLB D YPAC Bandung yang menggunakan jejaring sosial facebook. 2. Kegunaan Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam Pendidikan Khusus mengenai perilaku sosial anak berkebutuhan khusus. Pengembangan tersebut berkaitan dengan perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial. b. Kegunaan Praktis Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat : 1) Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang perilaku sosial anak tunadaksa. 2) Sebagai kajian dan panduan bagi guru maupun orang tua agar lebih memahami karakteristik anak sehingga perkembangan sosial anak dapat diarahkan dengan baik.