PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWATIMUR NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS Dl JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011

BUPATI BONDOWOSO TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS/ ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROMES DI BONDOWOSO

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS 24 HLM, LD Nomor 4 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMUNODEFICIENCY VIRUS/ ACQUIRED IMUNODEFICIENCY SYNDROME

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA JAYAPURA PERATURAN DAERAH KOTA JAYAPURA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV & AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG. PENANGGULANGAN HIV dan AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

NOMOR : 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS- ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2014

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN, PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS- ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BATANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR... TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI BELITUNG. Selatan. C:\Users\user\Dropbox\BAGIAN HUKUM\RAPERDA 2017\HIV & AIDS\_Raperda HIV-AIDS (30-3).doc 1

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN KELAPA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 16 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa perkembangan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS menunjukkan kecenderungan yang semakin memprihatinkan dan telah menjangkau pada masyarakat luas dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi; b. bahwa kebijakan pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS perlu dilaksanakan secara terpadu melalui upaya Peningkatan perilaku hidup sehat yang dapat mencegah penularan, dengan memberikan perawatan/pengobatan dan dukungan serta penghargaan terhadap hak-hak pribadi serta keluarganya, yang secara keseluruhan dapat meminimalisir dampak epidemik dan mencegah diskriminasi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu mengatur tentang pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi dengan menuangkan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 4 Juli Tahun 1950 Nomor 19); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 No. 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Nomor 3495); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3698); 6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235); 8. Undang-Undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 9. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); 10. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 4437); Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38) yang telah ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 2005; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1992 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ( Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 14. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 15. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS. 16. Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Paten Oleh Pemerintah Terhadap Obat-Obat Anti Retroviral. 17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi No. 4 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi (Lembaran Daerah Tahun 1988 No. 3/C);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUWANGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten, adalah Kabupaten Banyuwangi. 2. Pemerintah kabupaten, adalah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 3. Bupati adalah Bupati Banyuwangi. 4. Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah oarang yang sudah terinfeksi HIV baik pada tahap belum bergejala maupun yang sudah bergejala. 5. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyaki-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual 6. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah viruns yang menyerang sel darah putih yang mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh manusia mudah terserang oleh berbagai macam penyakit. 7. Acquired Immuno Deficiency Syndromes (AIDS) adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya sistim kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV. 8. Penanggulangan, adalah upaya-upaya agar penyebarluasan HIV/AIDS tidak terjadi dimasyarakat melalui kegiatan Promotif, Priventif, Kuratif dan Rehabilitatif. 9. Tenaga Kesehatan, adalah seseorang yang memiliki kompetensi dan pengakuan di bidang medis untuk melakukan perawatan da pengobatan penyakit. 10. konselor, adalah sesorang yang memiliki kompetensi dan pengakuan untuk melaksanakan percakapan yang efektif sehinga bisa tercapai pencegahan, perubahan perilaku dan dukungan emosi pada konseli. 11. Pekerja Penjangkauan atau Pendamping, adalah tenaga yang langsung bekerja di masyarakat dan khususnya melakukan pendampingan terhadap kelompok rawan perilaku risiko tinggi terutama untuk melakukan pencegahan. 12. Manager Kasus, adalah tenaga yang mendampingi dan melakukan pemberdayaan terhadap ODHA. 13. Survailans HIV/AIDSadalah kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis data HIV/AIDS serta penyebarluasan hasil analisis dengan maksud untuk meningkatkan pelaksanaan penaggulangan penyakit. 14. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk dilakukan sesuatu tindakan pemerikasaan, perwatan dan pengobatan terhadapnya, setelah memperoleh penjelasan tentang tujuan dan cara tindakan yang akan dilakukan.

15. Voluntary Counselling and Testing yang selanjutnya disingkat VCT adalah gabungan 2 (dua) kegiatan, yaitu konseling dan test HIV ke dalam 1 (satu) jaringan pelayanan agar lebih menguntungkan, baik klien maupun bagi pemberi layanan. 16. Dikriminasi adalah semua tindakan atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 17. Obat Anti Retro Viral (ARV) adalah obat-obatan yang dapat menghambat perkembangan HIV dalam tubuh pengidap, sehingga bisa memperlambat proses menjadi AIDS. 18. Komisi Penanggulangan IMS dan HIV/AIDS Kabupaten yang selanjutnya disingkat KPA Merupakan suatu bentuk panitia non struktural ditingkat Kabupaten yang bersifat lintas sektor yang bertugas menyelenggarakan perumusan kebijakan daerah mengenai pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS secara terpadu dan terkoordinasi di Kabupaten Banyuwangi. BAB II TUJUAN DAN SASARAN Pasal 2 (1) Tujuan Pencegahan dan Penanggulangan adalah mengupayakan penurunan resiko IMS dan HIV/AIDS pada tingkat yang minimal. (2) Sasaran Pencegahan dan Penanggulangan IMS dan HIV/AIDS adalah masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. BAB III PEMBENTUKAN DAN KEGIATAN KPA Pasal 3 (1) Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 (ayat1), Pemerintah Kabupaten membentuk Komisi Penanggulangan IMS dan HIV/AIDS (KPA) Kabupaten. (2) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan kegiatan : a. Penanggulangan IMS dan HIV AIDS yang meliputi pencegahan, penyuluhan, pelayanan, pemantauan, pengendalian bahaya IMS dan HIV/AIDS; b. Pengamatan epidimiologiek pada kelompok penduduk yang beresiko tinggi ketularan dan menjadi penular/penyebar IMS dan HIV/AIDS; c. Penyebarluasan informasi mengenai IMS dan HIV/AIDS dalam berbagai media, dalam kaitan pemberitaan yang tepat dan tidak menimbulkan keresahan masyarakat; d. Mengadakan kerjasama tingkat daerah dan nasional dalam rangka pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDs; e. Melakukan program edukasi yang berkesinambungan terhadap penanggulangan IMS dan HIV/AIDS secar benar, jelas, lengkap dan terpola dengan baik; f. Mendorong dan melaksanakan test dan konseling IMS dan HIV/AIDS secara sukarela dan periodik terhadap kelompok yang beresiko tinggi terhadap IMS dan HIV/AIDS. (3) Pembentukan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati dengan berpedoman pada ketentuan Strategi Nasional Penanggulangan IMS dan HIV/AIDS di Indonesia.

BAB IV SUSUNAN KEPANITIAAN KPA Pasal 4 (1) Susunan kepanitiaan KPA Kabupaten Banyuwangi diketuai oleh Bupati. (2) Dalam melaksankan tugasnya, ketua KPA dapat menggunakan atau mengikutsertakan aparat Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkat, Instansi Vertikal didaerah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat dibidang Kesehatan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus selalu berupaya mengembangkan kebijakan yang menjamin efektifitas usaha pencegahan dan penanggulangan IMS, infeksi HIV dan AIDS guna melindungi setiap orang dari bahaya infeksi tersebut; (2) Kebijakan sebagimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan mengembangkan jejaring untuk : a. Surveilans Epidemiologi IMS, HIV/AIDS dan Surveilans perilaku; b. Melakukan pembinaan kewaspadaan umum disarana kesehatan; c. Mengembangkan sistem dukungan, perawatan dan pengobatan untuk ODHA; d. Mengembangkan pelaksanaan penggunaan kondom 100% dan alat suntik steril dilingkungan kelompok perilaku resiko tinggi. BAB V PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN IMS DAN HIV/AIDS Pasal 6 (1) Pencegahan dan penaggulangan IMS dan HIV/AIDS dikelola secara terpadu sesuai dengan bidang kerja atau unit terkait (2) Klinik VCT pada Rumah Sakit Umum Blambangan sebagai tempat rujukan tertinggi di Kabupaten Banyuwangi terhadap pemerikasaan IMS dan HIV/AIDS serta pengobatan Anti Retro Viral (ARV). (3) Rumah Sakit Umum Blambangan berkewajiban membangun sistem rujukan, melaksanakan pengobatan terpadu dan memberi pelatihan bagi tenaga kesehatan bekerjasama dengan unit kesehatan lainnya. (4) Masyarakat atau organisasi sosial yang peduli pada pencehahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS dapat berperan serta sebagai Pekerja Penjangkauan atau Pendamping kelompok beresiko, Konselor dan Manager Kasus berkoordinasi dengan instansi terkait. BAB VI DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN Pasal 7 (1) Prosedur diagnosis IMS dan HIV/AIDS dilakukan secara sukarela dengan cara memberikan informasi yang benar bagi yang bersangkutan disertai konseling; (2) Test dan pengobatan terhadap IMS dan HIV/AIDS dilakukan di klinik VCT atau laboratorium milik pemerintah atau swasta yang ditunjuk;

(3) Seluruh sarana pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang milik Pemerintah dan Swasta tidak boleh menolak memberikan layanan kesehatan kepada pasien yang terinfeksi IMS dan HIV/AIDS. BAB VII PERLINDUNGAN DAN RAHASIA PASIEN Pasal 8 (1) Setiap orang karena tugas atau pekerjaannya mengetahui atau memiliki informasi tentang status seseorang yang mengidap IMS dan HIV/AIDS wajib merahasiakan, kecuali : a. Jika ada persetujuan atau ijin tertulis dari orang yang bersangkutan; b. Jika ada persetujuan atau ijin tertulis dari orang tua atau wali dari anak yang belum cukup umur, cacat atau tidak sadar; c. Jika ada perintah hakim yang memerintahkan status IMS dan HIV/AIDS seseorang dapat dibuka; d. Jika ada kepentingan rujukan medis atau layanan medis, dengan komunikasi antar dokter atau fasilitas kesehatan dimana orang dengan HIV/AIDS tersebut dirawat. (2) Tenaga kesehatan dapat membuka informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dengan persetujuan ODHA kepada pasangan seksualdan atau pengguna alat suntik bersama, bila : a. ODHA telah mendapat konseling yang cukup, namun tidak mau atau tidak kuasa untuk memberitahukan pasangan seksualnya dan atau pengguna alat suntik bersama; b. Tenaga kesehatan atau konselor telah memberitahu pada ODHA bahwa untuk kepentingan kesehatan akan dilakukan pemberitahuan kepada pasangan seksualnya atau penguna alat suntik bersama ; c. Teridikasi telah terjadi penularan (transmisi) pada pasangannya; d. Untuk kepentingan pemberi dukungan pengobatan dan perawatan pada pasangan seksualnya atau pengguna alat suntik bersama. Pasal 9 (1) Pemerintah Kabupaten melindungi hak-hak Pribadi, hak-hak sipil dan hak asasi ODHA termasuk perlindungan kerahasiaan bagi seseorang dengan status HIV/AIDS; (2) Setiap ODHA berhak memperoleh pelayanan pengobatan perawatan serta dukungan tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun; (3) Pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS didasari oleh nilai luhur kemanuasian dan penghormatan terhadap harkat hidup sebagai manusia. Pasal 10 (1) Setiap orang yang positif IMS dan HIV/AIDS wajib : a. memeriksakan diri secara rutin ke Klinik VCT, Puskesmas atau rumah sakit yang ditunjuk; b. menginformasikan pada pasangannya atas penyakit yang dideritanya.

(2) Setiap orang yang terinfeksi IMS dan HIV/AIDS dilarang : a. Melakukan hubungan seksual dengan orang lain atau pasangannya kecuali bila pasangannya diberitahu tentang status Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS dan secara sukarela menerima resiko tersebut; b. Mengunakan secara bersama-sama alat suntik, alat medis atau alat lain yang patut diketahui dapat menularkan virus HIV kepada orang lain; c. Mendonasikan darah, semen atau organ/jaringan tubuhnya kepada orang lain d. Melakukan tindakan penularan atau penyebaran penyakit IMS dan HIV/AIDS kepada orang lain dengan bujuk rayu maupun dengan cara pemaksaan: BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah); (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran; (3) Pelanggaran terhadap hal-hal yang berkait dengan penularan IMS dan HIV/AIDS selain dimaksud ayat (1) pasal ini diancam pidana sesuai ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku; (4) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (3) adalah kejahatan. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 12 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi diberi wewenang khusus sebagai penyidik terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini. Pasal 13 (1) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tersebut; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. Meriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana ; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangn atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana ;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Segala pembebanan biaya dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 15 Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi. Ditetapkan di Banyuwangi, Pada tanggal 14 Agustus 2007 BUPATI BANYUWANGI ttd Diundangkan di Banyuwangi Pada tanggal 23 Nopember 2007 RATNA ANI LESTARI,SE, MM SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI ttd Drs. Ec. H. SUKANDI, M.M. Pembina Utama Muda NIP. 070 014 240 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2007 NOMOR 9 / E Sesuai dengan aslinya, a.n. Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Asisten Pemerintahan u.b. Kepala Bagian Hukum KATIMAN, S.H. Pembina NIP. 510 111 130

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN IMS DAN HIV/AIDS DI KABUPATEN BANYUWANGI I. PENJELASAN UMUM Dalam rangka meningkatkan derajad kesehatan masyarakat, maka salah satu kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS, pencegahan dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS mutlak diperlukan, karena IMS dan HIV/AIDS akan menimbulkan dampak buruk terhadap pembangunan secara keseluruhan, karena selain berpengaruh terhadap kesehatan juga terhadap sosio ekonomi, politik dan pertahanan dan keamanan. Dampak dari IMS dan HIV/AIDS sungguh sangat mengerikan, karena sindroma tersebut telah menyebabkan kenaikan yang luar biasa terhadap angka kesakitan maupun kematian diantara penduduk usia produktif. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan upaya-upaya khusus dalam penanggulangan IMS dan HIV/AIDS pada wilayah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi, karena bila tidak ditanggulangi secara tepat, kemungkinan besar dalam waktu beberapa tahun masuk ke tingkat epidemi meluas. Untuk mencegah hal tersebut perlu penanggulangan IMS dan HIV/AIDS yang dilaksanakan secara terpadu dan komprehensif. Terkait dengan hal tersebut diatas, maka untuk penanggulangan IMS dan HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi perlu diatur dengan menuangkannya dalam Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Yang dimaksud dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait adalah Dinas Kesehatan, RSUD, Klinik VCT, Dinas Kesejahteraan Sosial, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dan lain-lain. Yang dimaksud dengan Instansi Vertikal adalah departemen Agama dan lembaga vertikal lainnya. Pasal 5 s.d. Pasal 7 Cukup Jelas.

2 Pasal 8 ayat (1) Yang dimaksud dengan setiap orang karena tugas dan pekerjaanya mengetahui atau memiliki informasi tentang status seseorang yang mengidap IMS dan HIV/AIDS adalah seperti petugas laboratorium atau petugas yang melakukan tes, petugas kesehatan yang menangani konselor, manager kasus, petugas pendamping dan sebagainya. ayat (2) Yang dimaksud dengan informasi adalah yang mengacu pada rekam medis yang sesuai ketentuan Menteri Kesehatan. Pasal 9 ayat (1) ayat (2) yang dimaksud dengan diskriminasi adalah semua tindakan perbedaan perlakuan seperti dalam pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, status sosial dan lain-lain. ayat (3) Pasal 10 s.d. Pasal 15 ==========================