SOFT STARTING DAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

Perancangan Rangkaian Pengasutan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Berbasis Arduino Nano

Pengereman Dinamik Motor Induksi 3 Fase 220V/380V

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

PENGEREMAN DINAMIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN PENGASUTAN BINTANG SEGITIGA DAN PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER ( PLC )

PEMBUATAN SOFT STARTING DAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI 1 FASA ½ HP DENGAN KAPASITOR BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

MODUL PEMANFAATAN JALUR KOMUNIKASI RS 485 UNTUK SIMULASI KENDALI JARAK JAUH PLC MASTER K 10S1

KATA PENGANTAR. Bandung, 9 Oktober Penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DENGAN MAGNETIK KOPLING MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89S51

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

BAB III METODE PENELITIAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Modul Soft Starting Motor Induksi 3 Fasa dengan Atmega 8535

SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

RANCANG BANGUN INVERTER PENGENDALI KECEPATAN MOTOR AC PADA KONVEYOR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

PERANCANGAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

Dielektrika,[P-ISSN ] [E-ISSN X] 31 Vol. 4, No. 1 : 31-38, Pebruari 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang diaplikasikan untuk

RANGKAIAN PENYEARAH SETENGAH TERKENDALI TIGA FASA UNTUK PENGENDALIAN KARAKTERISTIK MOTOR ARUS SEARAH SHUNT

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase

APLIKASI PLC OMRON CPM 1A 30 I/O UNTUK PROSES PENGEPAKAN BOTOL SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK

LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3

PEMBUATAN MODUL INVERTER 3 FASA SINUSOIDAL PULSE WIDTH MODULATION SEBAGAI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHUBUNG SEGITIGA 220 VOLT

120...( 2.1 ) p. s..( 2.2 ) I. PENDAHULUAN

RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Gambar 1 Motor Induksi. 2 Karakteristik Arus Starting pada Motor Induksi

Suplai Dc Terpisah Untuk Multilevel Inverter Satu Fase Tiga Tingkat Menggunakan Buck Converter

RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR)

RANCANG-BANGUN PROTOTYPE SISTEM KONTROL PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 MENGGUNAKAN KARTU BER-PASSWORD DAN SENSOR FOTODIODA

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

Disusun NIM JURUSAN

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

4.3 Sistem Pengendalian Motor

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

IMPLEMENTASI MOTOR INDUKSI LINIER BERBASIS DIGITAL

PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH (DC) BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMega8535

EFEK PENGGUNAAN SCR MOTOR CONTROLLER UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

KONVERTER AC-AC TIGA FASE METODE KONTROL SUDUT FASE MENGGUNAKAN TRIAC DAN IC TCA 785 SEBAGAI PENGATUR TEGANGAN PADA SOFT-STARTING

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

PENGARUH POSISI SIKAT DAN PENAMBAHAN KUTUB BANTU TERHADAP EFISIENSI DAN TORSI MOTOR DC SHUNT

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

PENGENDALI STAR DELTA PADA POMPA DEEP WELL 3 FASA 37 KW DENGAN PLC ZELIO SR3B261FU

Pembuatan Sistem Pengendali 4 Motor DC Penggerak 4 Roda Secara Independent Berbasis Mikrokontroler AT89C2051

BAB I PENDAHULUAN. maupun perindustrian yang kecil. Sejalan dengan perkembangan tersebut,

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

RANGKAIAN OPTIMAL UNTUK MOTOR INDUKSI 1 FASE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 PADA APLIKASI POMPA AIR

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/

ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENGENDALI DAN PENGAMANAN PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU IDENTIFIKASI DAN HANDPHONE

PERBANDINGAN PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI SATU FASA MENGGUNAKAN VARIAC DAN KONVERTER AC AC KONTROL SUDUT FASA BERBASIS IC TCA 785

Politeknik Gunakarya Indonesia

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

RANCANG BANGUN LAMPU SINYAL DAN PEMINDAH JALUR OTOMATIS PADA PERJALANAN KERETA API SATU SEPUR MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Perancangan Pengasutan Bintang Segitiga dan Pengereman Dinamik pada Motor Induksi 3 Fasa dengan Menggunakan Programmable Logic Controller ( PLC )

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

PENGARUH BENTUK GELOMBANG SINUS TERMODIFIKASI (MODIFIED SINE WAVE) TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA

BAB II. Motor induksi tiga fasa adalah mesin arus bolak balik (AC) yang. berfungsi mengubah atau mengkonversi sumber tenaga listrik AC menjadi tenaga

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

APLIKASI MASTER SWITCH OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

MOTOR LINIER INDUKSI FREE RUNNING BERBASIS MIKROKONTROLLER PIC 18F4550

RANCANG BANGUN PENGENDALI MOTOR STEPPER UNTUK DETEKSI JUMLAH OBYEK PUTAR DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

Transkripsi:

SOFT STARTING DAN DYNAMIC BRAKING PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51 Agung Sugiharto B (L2F 32 453) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak - Motor induksi rotor sangkar tupai pada saat dihubungkan langsung dengan tegangan jala jala akan menarik arus yang sangat besar. Arus pengasutan akan mengalir pada sistem saluran tenaga sebesar 5% - 8% dari arus beban penuh motor, yang menyebabkan penurunan tegangan sistem yang cukup besar yang mungkin juga berpengaruh pada peralatan lain yang terpasang didalam satu jalur sistem saluran. Jika arus yang besar mengalir dalam waktu yang lama dapat membuat motor maupun kabel penghantar menjadi terlalu panas dan merusakkan isolasi. Pengereman motor induksi secara mekanis juga memiliki kerugian terutama kerugian mekanis dan panas yang ditimbulkan. Metode pengasutan yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode pengasutan soft starting. Soft Starting adalah rangkaian elektronika daya yang memiliki kemampuan untuk mengatur besar tegangan keluaran, sehingga dapat digunakan sebagai metode pengasutan motor induksi dan bertujuan untuk mendapatkan pengasutan yang dapat mengurangi arus start. Komponen elektronika daya yang digunakan dalam rangkaian soft starting adalah SCR (Silicon Controlled Rectifier). Nilai tegangan keluaran yang dihasilkan tergantung besarnya sinyal sudut pemicuan yang diterapkan pada SCR. Proses pemicuan pada SCR diatur menggunakan mikrokontroler AT89S51. Metode pengereman motor dapat dirancang secara dinamik, dengan menginjeksikan arus searah pada kumparan stator motor setelah hubungan kumparan stator dilepaskan dari sumber tegangan suplai sehingga akan menghasilkan torsi pengereman pada motor. Yang bertujuan untuk mengurangi kerugian kerugian mekanis. Proses pergantian tegangan AC ke tegangan DC pada saat pengereman dikontrol oleh mikrokontroler AT89S51. Metode pengasutan soft starting dapat digunakan untuk mengatur dan mengurangi arus pengasutan motor induksi, sehingga arus pengasutan dapat diatur mulai 4% hingga mencapai arus nominal motor dibandingkan dengan pengasutan DOL yang mencapai 12% dari arus nominal motor untuk sebuah motor induksi tiga fasa 38V, 2.A jenis sangkar tupai dengan konfigurasi belitan stator hubung bintang. Metode pengereman dinamik digunakan untuk menghentikan motor induksi secara cepat tergantung pada besarnya arus injeksi DC yang diberikan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor AC Memiliki kelemahan yang berupa arus pengasutan awal yang mencapai lima ratus hingga delapan ratus persen dari arus nominal kerja motor beban penuh, terutama untuk motor berdaya besar. Arus pengasutan awal yang besar dapat megakibatkan penurunan tegangan sistem dan mengganggu kerja sistem peralatan lain dalam satu saluran, seperti peralatan peralatan elektronik. Sehingga diperlukan suatu metode pengasutan dengan pengurangan tegangan pada motor induksi yang bertujuan untuk mengurangi arus pengasutan awal. Metode Pengasutan yang digunakan yaitu, metode soft starting, diharapkan tegangan dan arus dari sumber tenaga dapat mengalir masuk kedalam motor AC secara bertahap, sehingga tidak memerlukan arus pengasutan yang besar. Pengaturan metode soft starting dilakukan dengan menggunakan komponen elektronika daya yaitu, SCR (Silicon Control Rectifier). Tegangan masukan motor induksi diatur dengan memberikan sinyal tunda dan sulut pada SCR dengan waktu tertentu. Sinyal tunda dan sulut untuk SCR diatur oleh sebuah mikrokontroler. Besar kecil tegangan yang dihasilkan dari keluaran SCR tergantung dari waktu tunda dan penyulutan yang diatur oleh mikrokontroler. Pengereman pada motor induksi, secara umum masih menggunakan cara sederhana, yaitu dengan memasang kampas rem pada poros motor induksi yang dikendalikan secara listrik maupun mekanik, pengereman tersebut memiliki kerugian antara lain kerugian mekanis. Pengereman untuk menghentikan putaran motor induksi dapat dirancang secara dinamik, yaitu dengan menggunakan sistem pengereman yang dilakukan dengan membuat medan magnetik motor stasioner. Keadaan tersebut dapat dilakukan dengan menginjeksikan arus searah (DC) pada kumparan stator motor setelah hubungan kumparan stator dilepaskan dari sumber tegangan suplai. Metode pengereman dinamis 1 memiliki beberapa keuntungan antara lain kemudahan pengaturan kecepatan pengereman terhadap motor dan kerugian kerugian mekanis dapat dikurangi. Metode pengereman dinamis juga dikendalikan menggunakan mikrokontroler. Mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler AT89S51 produksi ATMEL. 1.2 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah : 1. Membuat perangkat keras rangkaian soft starting dan rangkaian dynamic braking untuk motor induksi tiga fasa, serta membuat perangkat lunak beserta sistem pengendalian rangkaian soft starting dan dynamic braking menggunakan mikrokontroler AT89S51. 2. Manfaat yang didapat dari pembuatan rangkaian soft starting dan dynamic braking, yang berupa arus pengasutan awal pada motor induksi yang tidak terlalu besar dan dapat diatur serta sistem pengereman pada motor induksi yang dapat mengurangi kerugian mekanis yang terjadi. 1.3 Pembatasan Masalah Pembahasan dalam tugas akhir ini dibatasi oleh : a. Motor yang digunakan adalah motor induksi tiga fasa 38V, 2.A jenis sangkar tupai dengan konfigurasi belitan stator hubung bintang. b. Pembuatan perangkat keras soft starting dan dynamic braking. Dengan kemampuan tegangan maksimal 5V AC. 7,5A untuk rangkaian soft starting dan kemampuan tegangan maksimal 3V DC. 5A untuk rangkaian dynamic braking. Beserta pembuatan perangkat lunaknya. c. Tugas akhir ini lebih membahas pada metode soft starting dan tidak dibahas mengenai adanya

harmonisa yang ditimbulkan pada saat pengasutan maupun pengereman motor induksi. d. Sistem pengaturan yang digunakan adalah open loop e. Mikrokontroler yang digunakan adalah AT89S51 produksi ATMEL. II. DASAR TEORI 2.1 Motor Induksi Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan rotor, bagian rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara (air gap). Tipe dari motor induksi berdasarkan pada jenis rotor dibagi menjadi dua macam yaitu Wound rotor (tipe motor yang memiliki rotor terbuat dari lilitan) dan Squirrel-cage rotor (tipe motor induksi dimana konstruksi rotor disusun oleh beberapa batangan logam yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi, kemudian pada setiap bagian disatukan oleh cincin yang membuat batangan logam dihubung singkat dengan batangan logam yang lain). Gambar 2.1 Motor tipe rotor sangkar tupai (Squirrel cage rotor) 2.2 Thyristor Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu. Dinamakan demikian karena sifat dari komponen yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ciri - ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan semiconductor silicon. Thyristor yang digunakan adalah SCR (Silicon Controlled Rectifier) yang merupakan komponen elektronika daya yang dapat digunakan sebagai sistem saklar. Salah satu keuntungan dari SCR adalah mampu mengalirkan daya ratusan watt dan hanya membutuhkan mili watt sinyal pemicuan. Gambar 2.3 Blok diagram penyulut SCR (SCR drives). Pada gambar 2.3, keluaran pulsa gerbang dari mikrokontroler sebagai masukan kaki gate SCR dimasukkan menuju rangkaian pemisah optoisolator, yang kemudian arus keluaran dari optoisolator dikuatkan dengan rangkaian penguat arus yang terdiri dari dua buah transistor, optoisolator sendiri berfungsi sebagai rangkaian pemisah antara rangkaian sistem kontrol (tegangan rendah DC) dengan rangkaian sistem daya (tegangan tinggi AC). Kemudian melalui dioda pulsa gerbang menuju ke gate SCR. Dioda digunakan untuk meneruskan sinyal picu positif pada kaki gate SCR dan juga dimaksudkan sebagai pengaman apabila ada tegangan dan arus balik dari SCR, karena SCR bekerja pada tegangan tinggi AC. 2.4 Mikrokontroller AT89S51 Mikrokontroller ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: 4 kbytes flash memory, In System Programming (ISP), 32 I/O yang dapat diprogram, 128 x 8 bit RAM internal, 2 buah timer/counter 16 bit, dan memiliki waktu pemrograman yang lebih cepat.. Mikrokontroler digunakan untuk mengatur semua proses pemicuan SCR dan pengereman dinamis. Dimana mikrokontroler tersebut dapat diprogram secara langsung dari sebuah komputer tanpa harus mencopot / melepas mikrokontroler Gambar 2.4 Diagram Pin Mikrokontroler AT89S51 (a) (b) Gambar 2.2 (a) Struktur dasar thyristor (b) Simbol thyristor 2.3 Penyulutan SCR Terdapat dua macam cara untuk memicu / menyulut SCR sekaligus mengisolasi antara tegangan pengendali dengan tegangan jala-jala yaitu dengan menggunakan transformator pulsa dan optoisolator. Pada perancangan alat digunakan rangkaian isolasi menggunakan optoisolator. 2.5 Rangkaian Isolasi. Rangkaian isolasi berfungsi sebagai pemisah antara tegangan rangkaian kontrol yang berupa tegangan rendah DC terhadap tegangan rangkaian daya yang berupa tegangan tinggi AC, berguna untuk melindungi rangkaian kontrol bilamana terjadi gangguan ataupun kesalahan pada rangkaian daya, sehingga rangkaian kontrol tidak dialiri tegangan tinggi AC yang mungkin dapat merusakkan sistem kontrol. Rangkaian isolasi dapat berupa transformator pulsa ataupun optoisolator. 2.6 Deteksi Fasa Deteksi fasa adalah rangkaian yang digunakan untuk mendekteksi apakah tegangan fasa berada pada posisi positif 2

atau negatif dilihat dari acuan netral dan berfungsi untuk mendapatkan kesesuaian fasa antara tegangan sumber tiga fasa terhadap tegangan fasa pada rangkaian soft starting. Kesesuaian fasa diperlukan untuk memulai dan mempermudah pengaturan sudut pemicuan pada masing masing SCR Braking. Gambaran dari rangkaian dasar perancangan soft starting dan dynamic braking dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut. 2.7 Soft Starting Soft starting [2][4][5] adalah suatu metode pengasutan Motor Induksi AC dengan cara mengatur tegangan pengasutan. Gambar 2.5 Rangkaian dasar Soft Starting 3 fasa Soft starting bertujuan untuk mendapatkan pengasutan yang terkendali dengan cara mengatur tegangan yang masuk pada stator secara bertahap. 2.8 Pengereman Pada Motor Induksi Pada penggunaan motor induksi sering dibutuhkan proses menghentikan putaran motor dengan cepat, terutama pada aplikasi untuk konveyor. Untuk menghentikan putaran rotor torsi pengereman diperlukan, yang mana dapat dihasilkan secara mekanik maupun secara kelistrikan. Dalam pengereman mekanik torsi pengereman dihasilkan oleh peralatan pengereman yang berupa sepatu rem dan drum yang terpasang pada poros rotor, sedangkan pengereman secara listrik, torsi pengereman dihasilkan berdasarkan nilai arus injeksi yang diberikan pada belitan stator. 2.9 Pengereman dinamis Pengereman dinamis (Dynamic Braking) dilakukan dengan cara menginjeksikan arus dan tegangan DC pada belitan stator motor induksi sesaat setelah dilepaskan dari sumber tegangan suplai fasa. Arus searah yang diinjeksikan pada kumparan stator akan mengembangkan medan stasioner untuk menurunkan tegangan pada rotor dan menghasilkan medan magnet. Medan magnet akan berputar dengan kecepatan yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang berlawanan untuk menjadikan stasioner terhadap stator. Interaksi medan resultan dan gerak gaya magnet rotor akan mengembangkan torsi yang berlawanan dengan torsi motor sehingga pengereman terjadi. III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Pada bab perancangan dan pembuatan alat terbagi dalam 2 sub-bab, yaitu sub-bab perancangan perangkat keras (hardware) dan sub-bab perancangan perangkat lunak (Software) yang berupa program Mikrokontroller AT89S51. 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras (hardware) pada soft starting meliputi rangkaian catu daya +5V DC, catu daya +12V DC, catu daya +3V DC, rangkaian deteksi fasa, sistem minimum AT89S51, rangkaian pemisah dan penyulut SCR, rangkaian soft starting, dan rangkaian Dynamic 3 Gambar 3.1 Rangkaian dasar perancangan alat Rangkaian soft starting dihubungkan secara seri dengan saluran tegangan yang masuk ke stator motor, soft starting bertujuan untuk mendapatkan proses pengasutan yang terkendali. Rangkaian soft starting motor induksi 3 fasa memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Sumber tegangan yang digunakan adalah AC tiga fasa 38V, 5Hz yang merupakan tegangan masukan rangkaian daya soft starting. 2. Kemampuan hantar arus maksimal rangkaian daya soft starting tiga fasa sebesar 7,5A. 3. Kemampuan tegangan maksimal rangkaian daya soft starting tiga fasa sebesar 5V. 4. Rangkaian kontrol untuk soft starting tiga fasa menggunakan sumber tegangan masukan AC satu fasa 22V, 5Hz. 5. Rangkaian soft starting tiga fasa terdiri dari tiga buah mikrokontroler yang masing masing mengatur satu tegangan fasa dan bekerja secara bersamaan. 6. Setiap mikrokontroler hanya mendeteksi satu fasa dan mengatur proses pemicuan dua buah SCR yang bekerja secara bergantian. 7. Terdapat tiga tombol masukan, yaitu satu tombol STOP, satu tombol START, satu tombol RESET dan terdapat tiga masukan deteksi fasa serta enam keluaran indikator keadaan yaitu, LED biru untuk kondisi stop / mati (Standby) dan LED putih untuk kondisi hidup (Run). 8. Motor induksi tiga fasa yang digunakan adalah motor induksi tiga fasa jenis squirrel cage yang memiliki tegangan line to line 38 V / 2, A dengan konfigurasi belitan stator hubung bintang.

mempermudah dalam melakukan pemrograman pada mikrokontroller, terlebih dahulu dibuat diagram alir (flowchart) dari perancangan program. Gambar 3.2 Rangkaian dasar soft starting motor induksi tiga fasa. Rangkaian soft starting dibuat menggunakan enam buah SCR tipe BT 151-5R yang memiliki spesifikasi tegangan maksimal 5V dan kemampuan hantar arus sebesar 7,5A. Enam buah SCR tersebut disusun dalam rangkaian penyearah gelombang penuh dengan konfigurasi seperti ditunjukkan pada gambar 3.2 diatas. Rangkaian Dynamic Braking merupakan rangkaian pengereman terhadap motor induksi dengan cara menginjeksikan arus dan tegangan DC pada belitan stator motor induksi setelah dilepaskan dari sumber tegangan suplai AC tiga fasa. Rangkaian Dynamic Braking motor induksi tiga fasa memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Sumber tegangan yang digunakan adalah AC satu fasa 22V, 5Hz kemudian diturunkan menjadi tegangan 3V AC dan disearahkan menggunakan penyearah gelombang penuh menjadi tegangan +3V DC yang merupakan suplai daya masukan pada rangkaian dynamic Braking. 2. Nilai tahanan resistor luar yang digunakan sebesar 7.7 Ω / 1W. 3. Rangkaian dynamic braking bekerja dengan penekanan tombol masukan stop dan diatur oleh mikrokontroler AT89S51(3). 4. Kemampuan arus maksimal rangkaian dynamic braking sebesar 5A. 5. Tegangan keluaran maksimal rangkaian sebesar +3V DC. Gambar 3.3 Pengereman Dinamik Dengan Injeksi Arus Searah Pada Motor Induksi Tiga Fasa. 3.2 Perancangan Program Perancangan perangkat lunak dikemukakan mengenai perancangan program perintah untuk mikrokontroller. Berupa instruksi instruksi deteksi fasa, soft starting dan dynamic braking, dimana program yang sama diisikan ke dalam 3 mikrokontroller sejenis yang terpisah. Untuk 4 Gambar 3.4 Flowchart program utama Dari flowchart gambar 3.4, dibuat program dalam bahasa assembly menggunakan teks editor (notepad), setelah itu di compile menggunakan software ASM51 yang kemudian diisikan pada tiga buah mikrokontroller menggunakan software ISP (In System Programmable) yang berfungsi untuk mengatur seluruh proses soft starting dan proses dynamic braking. IV. PENGUKURAN, PENGUJIAN DAN ANALISA Pengukuran, pengujian dan analisa peralatan soft starting dan dynamic braking untuk motor induksi tiga fasa berbasis mikrokontroler AT89S51 meliputi: 1. Pengambilan data bentuk gelombang masukan dan keluaran. 2. Pengukuran dan pengujian pengasutan dan pengereman motor induksi. Pengukuran dan pengujian pada rangkaian soft starting untuk motor induksi tiga fasa dilakukan menggunakan tegangan masukan sebesar 38V AC dalam kondisi tidak berbeban dan tegangan masukan 22V AC untuk pengukuran dan pengujian rangkaian dynamic braking dan rangkaian kontrol. Pengambilan data bentuk gelombang masukan dan keluaran diambil pada tegangan masukan sumber rangkaian soft starting dan dynamic braking, rangkaian deteksi fasa, rangkaian penguat pemicuan SCR, rangkaian dynamic braking, tegangan keluaran pada rangkaian daya soft starting, dengan pengambilan data tanpa beban dan beban motor induksi tiga fasa 4.1 Sinyal Deteksi Fasa Hasil keluaran dari Deteksi fasa (keluaran dari pin 4 dan 5 optoisolator yang diterima oleh port.6 mikrokontroler dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1Gelombang Keluaran Deteksi Fasa Antara Fasa A dan Fasa B

4.2 Sinyal Pemicuan Sinyal pemicuan merupakan sinyal yang dihasilkan oleh rangkaian mikrokontroler pada port. dan port.1 yang berfungsi untuk memicu SCR pada rangkaian daya. Hasil tegangan pemicuan dari mikrokontroler dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.7 Gelombang tegangan keluaran beban motor induksi (Fasa Fasa). Gambar 4.2 Sinyal Pemicuan Pada SCR+ dan SCR- fasa A Sebelum Optoisolator Selanjutnya sinyal pemicuan dari mikrokontroller dilewatkan ke rangkaian optoisolator dan rangkaian penguat output dari rangkaian ini yang akan memicu SCR. Optoisolator berfungsi untuk memisahkan ground pemicuan dan mengisolasi rangkaian kontrol dari rangkaian daya. Pada gambar 4.5 urutan gelombang tegangan keluaran tanpa beban hasil gelombang keluaran menunjukkan adanya spike (cacat) pada gelombang. Hal tersebut dikarenakan proses pemicuan pada ketiga buah mikrokontroler tidak dapat berjalan secara serempak pada saat pemicuan, akibat adanya tunda waktu yang tidak sama pada rangkaian tombol tekan dan rangkaian deteksi fasa yang terdiri dari optoisolator. Proses pemicuan kembali serempak pada saat pemicuan karena ketiga mikrokontroler memberikan penyulutan pada SCR tanpa menunggu hasil deteksi fasa. Sedangkan bentuk gelombang tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian dynmaic braking dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut. Gambar 4.3 Sinyal Pemicuan Pada SCR+ dan SCR- fasa A Setelah Optoisolator Adanya karakteristik on delay dan off delay yang dimiliki optoisolator, mengakibatkan sinyal pemicuan mengalami perubahan bentuk. 4.3 Sinyal Keluaran Soft Starting Dan Dynamic Braking Berikut ini merupakan sinyal keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian daya soft starting. Gambar 4.4 Gelombang tegangan keluaran tanpa beban (Fasa netral). Gambar 4.5 Gelombang tegangan keluaran tanpa beban (Fasa Fasa). Gambar 4.6 Gelombang tegangan keluaran beban motor induksi (Fasa netral). 5 Gambar 4.8 Tegangan Keluaran rangkaian Dynamic braking 4.4 Pengujian pengasutan Pada pengujian pengasutan didapatkan data tabel sebagai berikut. Tabel 4.1 Lama Waktu Sudut picu Dan Hasil Arus Starting. Waktu Sudut Arus Pengasutan (Ampere) (Detik) Picu Fasa R Fasa S Fasa T 18 % %.% 1 1,8,96 53.38%,74 38.541%,81 41.327% 2 1,8 1,34 74.33% 1,52 79.166% 1,42 72.449% 3 1,8 1,33 73.48% 1,48 77.83%3 1,42 72.449% 4 98,1 1,34 74.33% 1,47 76.562% 1,43 72.959% 5 9,9 1,39 76.795% 1,52 79.166% 1,45 73.98% 6 9,9 1,56 86.187% 1,69 88.2% 1,56 79.592% 7 9,9 1,57 86.74% 1,71 89.62% 1,67 85.24% 8 85,5 1,57 86.74% 1,71 89.62% 1,68 85.714% 9 78,3 1,69 93.37% 1,82 94.791% 1,73 88.265% 1 78,3 1,78 98.342% 1,89 98.437% 1,86 94.898% 11 78,3 1,78 98.342% 1,91 99.479% 1,91 97.449% 12 71,1 1,78 98.342% 1,91 99.479% 1,92 97.959% 13 63,9 1,8 99.447% 1,92 1% 1,93 98.469% 14 63,9 1,8 99.447% 1,92 1% 1,96 1.% 15 63,9 1,8 99.447% 1,91 99.479% 1,96 1.% 16 56,7 1,8 99.447% 1,91 99.479% 1,96 1.% 17 49,5 1,8 99.447% 1,92 1% 1,96 1.% 18 49,5 1,8 99.447% 1,92 1% 1,96 1.% 19 49,5 1,81 1% 1,92 1% 1,94 98.98% 2 42,3 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 21 33,3 1,81 1% 1,92 1% 1,96 1.% 22 33,3 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 23 33,3 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 24 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 25 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 26 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 27 1,81 1% 1,91 99.479% 1,95 99.49% 28 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 29 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49% 3 1,81 1% 1,92 1% 1,95 99.49%

Dari tabel 4.1 diatas dapat diperoleh beberapa gambar grafik berikut Sudut Picu Sudut Picu Vs Waktu 18 17 16 15 14 13 12 11 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 Waktu (Detik) Gambar 4.9 Grafik grafik Sudut Picu (α) Vs Waktu Dari gambar grafik 4.9 dapat diketahui bahwa sudut pemicuan dimulai dari 1,8 pada saat pengasutan dimulai dan membutuhkan waktu selama 23 detik untuk mencapai sudut pemicuan. Arus (A) 2 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1,9,8,7,6,5,4,3,2,1 Arus Starting Fasa R 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27 28 29 3 Waktu (Detik) Gambar 4.1 Grafik Arus Starting Vs Waktu (Detik) Pada Fasa R. Dari tabel 4.1 dan gambar grafik arus starting versus waktu pada ketiga fasa dapat diketahui bahwa arus pengasutan awal pada ketiga fasa hanya sebesar 38,54% hingga 53,4% dari arus normal pada motor tiga fasa 38V 2,A dengan belitan stator hubung bintang. Kemudian dengan bertambahnya waktu arus yang masuk pada belitan stator juga bertambah secara bertahap hingga mencapai arus normalnya. Pada pengasutan motor induksi tiga fasa metode DOL, didapatkan data tabel sebagai berikut. Fasa Tabel 4.2 Arus Pengasutan Metode DOL I ST Arus (A) I N A 2,21A 122,99% 1,81A B 2,34A 12,618% 1,94A C 2,41A 122,959% 1,96A Pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa arus pengasutan metode DOL sebesar 12,618% hingga 122,959% dari arus normal untuk motor induksi tiga fasa 38V 2,A dengan belitan stator hubung bintang. Sehingga didapatkan perbandingan untuk metode pengasutan soft starting dan metode pengasutan DOL, dengan gambar grafik 4.11 sebagai berikut. Arus (A) 2,4 2,3 2,2 2,1 1,9 2 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1,9 1,8,7,6,5,4,3,2,1 1 2 3 4 5 Arus Starting Fasa R 6 7 8 9 111 12 1314 15 1617 Waktu (Detik) 18 192 21 2223 24 2526 27 2829 3 DOL SOFTSTARTING Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Arus Starting Vs Waktu (Detik) Pada Fasa R. 4.5 Pengujian Pengereman Pengereman motor induksi tiga fasa dilakukan dengan metode dynamic braking yaitu dengan menginjeksikan tegangan DC pada belitan stator setelah sumber tegangan AC tiga fasa dilepaskan dan telah mencapai putaran rotor nominal motor. (1498 RPM). Didapatkan data berupa tegangan keluaran rangkaian dynamic braking tanpa beban sebesar 29,1 DC, dengan arus injeksi sebesar 2,51A. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil pengukuran, pengujian dan analisa yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Rangkaian soft starting dapat digunakan untuk mengatur tegangan AC sehingga dapat digunakan untuk mengatur arus pengasutan pada motor induksi secara bertahap hingga mencapai arus nominal. Dengan arus pengasutan awal sebesar 38,54% hingga 53,4% dari arus nominalnya pada motor tiga fasa 38V 2,A dengan belitan stator hubung bintang. 2. Tiga buah mikrokontroler AT89S51 yang digunakan dapat mengatur dengan baik proses pemicuan enam buah SCR pada rangkaian soft starting, tetapi tidak dapat berjalan secara serempak karena perbedaan tunda ON dan tunda OFF pada optoisolator. 3. Rangkaian dynamic braking mampu menghentikan putaran rotor pada motor induksi tiga fasa 38V 2,A belitan stator hubung bintang, dengan sangat cepat, tidak menimbulkan kerugian mekanis berupa gesekan dan tidak menghasilkan panas karena arus DC yang diinjeksikan hanya sesaat. 5.2. Saran 1. Pengembangan dalam pembuatan rangkaian kendali soft starting yang menggunakan tiga buah mikrokontroler AT89S51 dirasakan kurang ekonomis, akan lebih baik apabila dapat digunakan hanya sebuah mikrokontroler saja. 2. Rangkaian kendali soft starting sangat rentan terhadap hentakan atau pun getaran, sehingga disarankan penggunaan rangkaian berupa kontaktor, kipas, relai dan beban motor tidak dibuat dekat dengan rangkaian kendali (rangkaian kendali dibuat secara terpisah dari sistem). 3. Penggunaan soft starting pada motor dalam keadaan berbeban. 6

DAFTAR PUSTAKA [1] Theodore Wildi, Electrical Machines, Drives and Power Systems 3 rd,prentice Hall Inc, New Jersey, 1997. [2] Vedam Subrahmanyam, Electric Drives, Concepts and Applications, Tata McGraw-Hill, New Delhi, 1994. [3] Charles A. Schuler and William L. McNamee, Industrial Electronics And Robotics, McGraw-Hill Book Company [4] M. Rashid, Elektronika Daya, Rangkaian, Devais Dan Aplikasinya. Jilid 1, PT. Prenhallindo, Jakarta, 1993. [5] P. C. Sen, Principles Of Electric Machines And Power Electronics, Second Edition, John Wiley & Sons, USA, 1997. [6] Agfianto Eko Putra, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori Dan Aplikasi), Penerbit Gava Media, 22. [7] Paulus Andi Nalwan, Panduan Praktis Teknik Antarmuka Dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51, Elek Media Komputindo, Jakarta, 23. [8] http://www.atmel.com/dyn/resources/prod_documents /doc2487.pdf [9] http://www.aec-electronics.co.nz/software.htm [1] http://te.ubaya.ac.id/~eka [11] http://www.philipsmcu.com/pip/bt151-5r.html [12] Fizgerald, Kingsley, Umans, Mesin - Mesin Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997. [13] M. V. Deshpande, Electric Motors: Applications And Control, A. H. Wheeler & Co.Ltd, India, 199. [14] Malvino, Prinsip - Prinsip Elektronik, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1984. Mengetahui / Mengesahkan : Dosen Pembimbing Pembimbing I Ir. Agung Warsito, DHET NIP. 131 668 485 Pembimbing II Mochammad Facta, ST MT NIP. 132 231 134 Agung Sugiharto B Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang, dengan pilihan konsentrasi Tenaga listrik. 7