BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL SISTEM SETON PADA POHON WOLO DI DESA SUMURGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Demografis Desa Sungai Keranji

BAB III PRAKTEK USAHA PERSEWAAN MOBIL DI DUSUN BUARAN KEBOGUYANG KECAMATAN JABON KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III DEKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN. TANAH di DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB. PASURUAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI TEMPE DENGAN BAHAN DASAR CAMPURAN DI BENDUL MERISI JAYA KEC. WONOCOLO SURABAYA

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB II GAMBARAN UMUM KEPENGHULUAN UJUNG TANJUNG KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN JUAL BELI TEBASAN IKAN BANDENG DI DESA BANGKOK GLAGAH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian yang penulis lakukan adalah di Desa Kampung Panjang.

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTEK JUAL BELI POHON DENGAN SISTEM IJOHAN DI DESA KEMIRI TIMUR KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG

BAB III PRAKTIK PEMANFAATAN LAHAN STREN KALI BRANTAS DI DESA LENGKONG KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis Kota Tuban Jawa Timur BT LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN HIBAH OLEH PEWARIS PADA SAAT SAKIT YANG DISETUJUI OLEH SEBAGIAN AHLI WARIS DI DESA PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR SURABAYA

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTEK JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC. GUBUG KAB. GROBOGAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BARANG REKONDISI DI DESA SIDOHARJO DUSUN TUMPAK MOJOKERTO

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN AKAD SEWA MENYEWA KAMAR (KOST) BAGI MAHASISWA DI JEMURWONOSARI WONOCOLO SURABAYA

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

BAB III PRAKTIK POLA KERJA NGEDOK BIDANG PERTANIAN DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI TENTANG PERKAWINAN DI MASA IDDAH DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

BAB III PRAKTEK SEWA MENYEWA TAMBAK SEBELUM JATUH TEMPO

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB IV GAMBARAN UMUM KECAMATAN SEMARANG BARAT. 4.1 Situasi Umum Kecamatan Semarang Barat. Manyaran, Cabean, Tawang Mas, Tawang Sari, Tambak Harjo,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II PENYAJIAN DATA. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian di Desa Karang Kembang Kecamatan

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau. Kecamatan ini meliputi beberapa Kelurahan atau Desa dengan luas wilayah

BAB III MEKANISME JUAL BELI TANAH SAWAH DENGAN SISTEM BATA DI DESA BRUDU KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTEK ZAKAT IKAN BANDENG DI DESA RANDUBOTO KECAMATAN SIDAYU KABUPATEN GRESIK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dikenal karena keberadaan Desa Gobah berada diantara Sungai Kampar dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. kuning dan bawahnya tanah hitam gambut derajat celcius sampai dengan 34.2 derajat celcius.

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL SISTEM SETON PADA POHON WOLO DI DESA SUMURGUNG KECAMATAN PALANG KABUPATEN TUBAN A. Gambaran Umum Obyek (daerah) Penelitian 1. Keadaan Geografis Desa Sumurgung merupakan salah satu Desa di Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, yang letaknya ± 7 KM sebelah selatan dari Kecamatan Palang, adapun luas wilayah Desa Sumurgung adalah 386,260 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Kradenan dan Desa Tasikmadu Sebelah Selatan : Kelurahan Tegalbang dan Desa Dawung Sebelah Barat : Desa Tasikmadu Sebelah Timur : Kelurahan Pucangan dan Desa Cendoro Berdasarkan letak ketinggian, Desa Sumurgung berada pada ± 7 m dari permukaan air laut. Dan sebagaimana wilayah Indonesia yang beriklim tropis, Desa Sumurgung memiliki dua musim, yaitu : musim hujan (Jawa : rendeng), dan musim kemarau (Jawa : ketigo). Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai bulan April dengan curah hujan rata-rata < 1387 mm, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan Oktober, dengan suhu rara-rata 37 0 C 44

45 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan kependudukan, Desa Sumurgung ini termasuk Desa yang tidak begitu padat penduduknya dengan pertimbangan luas wilayah Desa tersebut. Jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 2145 jiwa dengan 539 kepala keluarga sebagai berikut : Tabel I Penduduk Desa Sumurgung No. Jenis Kelamin Jumlah 1. 2. Laki-laki Perempuan 1043 1102 2145 Sumber : Laporan Kependudukan Desa Sumurgung, Desember 2008. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki, dengan selisih 59 jiwa. 3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sebagian besar bekerja dalam bidang swasta, seperti tani dan buruh tani. Namun, ada juga yang berdagang di samping juga sebagai pegawai negeri. Sebagian besar tanah di Desa Sumurgung merupakan tanah pertanian, keadaan tersebut mendorong sebagian penduduknya untuk bertani, baik di

46 sawah maupun di kebun. Namun, perlu kiranya diketahui bahwa kebun atau sawah tidak seluruhnya milik penduduk Desa Sumurgung itu sendiri, melainkan ada juga penduduk Desa lain yang memiliki kebun atau sawah di daerah ini. Berikut ini adalah data mengenai mata pencaharian penduduk Desa Sumurgung, dengan tabel sebagai berikut : Tabel II Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumurgung No Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani : a. Petani pemilik lahan b. Petani penggarap lahan c. Buruh tani 297 orang 179 orang 191 orang 2 Pengusaha besar/sedang 1 orang 3 Buruh industri 166 orang 4 Pedagang 63 orang 5 PNS 19 orang 6 TNI 14 orang 7 Nelayan - orang 8 Pemulung - orang 9 Jasa - orang Sumber : Monografi Desa Sumurgung, Desember 2008 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mayoritas masyarakat Desa Sumurgung bekerja sebagai petani, baik petani pemilik lahan, petani penggarap ataupun buruh tani. Ada juga diantara

47 mereka yang bekerja sebagai buruh industri, pedagang PNS, TNI dan juga pengusaha. 4. Keadaan Sosial Pendidikan Dilihat dari keadaan sosial pendidikan, masyarakat Desa Sumurgung tergolong masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap dunia pendidikan cukup baik. Meskipun dilihat dari jumlah sarana pendidikan yang terbatas, akan tetapi mereka sangat bersemangat melanjutkan pendidikannya ke luar Desa Sumurgung. Hal ini dapat dilihat dari data berikut: Tabel III Sarana Pendidikan Desa Sumurgung No. Sarana Pendidikan Jumlah 1. 2. 3. Kelompok Bermain TK SD 1 1 2 Sumber : Monografi Desa Sumurgung, Desember 2008 Sejalan dengan arus globalisasi dan informasi dan informasi, kesadaran masyarakat Desa Sumurgung terhadap pentingnya pendidikan mengalami kemajuan yang signifikan, sebab banyak di antara masyarakat yang menuntut ilmu di luar Desa yang dipandang lebih favorit baik di tingkat SLTP atau SLTA. Bahkan tidak sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi

48 baik dalam kota ataupun luar kota. Adapun pendidikan yang pernah dienyam masyarakat Desa Sumurgung adalah sebagai berikut : Tabel IV Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No. Pendidikan Jumlah 1 2 3 4 5 SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi 725 266 245 20 25 1281 Sumber : Monografi Desa Sumurgung, Desember 2008 Dengan demikian, dari keseluruhan masyarakat Desa Sumurgung yang berjumlah 2145 jiwa, maka 1281 jiwa pernah mengenyam pendidikan, dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. 5. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat Desa Sumurgung hampir seluruhnya adalah beragama Islam dan hanya seorang yang beragama Kristen. Hal ini di latar belakangi oleh didikan agama yang kuat baik itu dari orang tua. Ketaatan terhadap nilainilai religius dan perhatian yang lebih terhadap kepentingan agama oleh masyarakat Desa Sumurgung dapat dilihat dari sarana-sarana peribadatan yang ada, sebagai berikut :

49 Tabel V Jumlah Sarana Ibadah No. Sarana Ibadah Jumlah 1 2 3 4 5 Masjid Mushollah Gereja Wihara Pura 2 14 - - - Sumber : Monografi Desa Sumurgung, Desember 2008 B. Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Sistem Seton Pada Pohon Wolo di Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Dari gambaran lokasi secara umum itu kemudian penulis mengadakan penelitian secara seksama dan komprehensif terhadap obyek penelitian yakni Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban yang mana di sana masih banyak kegiatan yang dipengaruhi oleh hukum adat setempat, yang dalam kehidupan sehari-hari disana masih tertanam rasa saling percaya, rasa rela sama rela, dan rasa h{usnud{d{an antara satu dengan yang lain. Hal ini merupakan karakteristik dari masyarakat yang religius dan toleransi antar sesama warga. 1. Pelaksanaan Akad Perjanjian Bagi Hasil

50 Dalam akad perjanjian bagi hasil sistem seton pada pohon wolo yang ada di Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban ini merupakan akad perjanjian kerjasama dalam pengelolaan kebun yang di dalam kebun itu ditumbuhi pohon-pohon wolo. Pohon wolo merupakan pohon yang mirip dengan pohon kelapa, tingginya kurang lebih 10m sampai 20m. Pohon ini ada dua jenis yakni laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki hanya dapat menghasilkan minuman legen dan yang perempuan bisa menghasilkan legen dan juga siwalan. Akan tetapi dalam pengelolaan kebun ini yang di perjanjikan untuk bagi hasil dengan menggunakan sistem seton ini adalah minuman legennya dan buah siwalannya di panen sendiri oleh pihak pemilik pohon. Sementara penghasilan petani dari legen ini adalah bahwa air legen 1 liter jika dijual harganya adalah Rp 1.000 sampai Rp 2.500 di daerah tersebut, dan satu hari rata-rata petani penggarap mendapatkan 3 liter setiap pohonnya, dalam satu kebun paling banyak ada 10 pohon, jadi rata-rata penghasilan petani setiap hari adalah Rp 30.000 sampai Rp 75.000 setiap harinya, itu jika legen hasil panennya laku semua untuk dijual tetapi jika tidak akan di buat tuak atau bisa juga gula merah. Itu deskripsi sekilas tentang pohon wolo. Tentang mekanisme pembentukan akad perjanjian bagi hasil sistem seton ini Bapak Sumbito S.H selaku Kepala desa Sumurgung menjelaskan: Tata cara yang dilakukan masyarakat sini kalau hendak melakukan bagi hasil seton itu biasanya yang punya kebun mendatangi orang-orang yang biasa berkebun dan meminta agar kebunnya itu dikelola dengan bagi hasil seton, tapi kadang ada juga orang-orang yang biasa menggarap itu yang datang ke pemilik kebun. Dalam membentuk akad, mereka

51 melakukannya tanpa mengundang kami selaku aparat desa sebagai saksi, katanya terlalu repot. Kami hanya menyarankan untuk memperkuat perjanjian itu dengan bukti tertulis dan saksi, dan mereka tidak mau. 1 Dari data hasil wawancara itu dapat penulis jelaskan bahwa akad perjanjian bagi hasil kebun wolo ini merupakan suatu kesepakatan yang terjadi antara pemilik tanah pertanian dengan petani penggarap dalam usaha yang dijalin bersama untuk mengelola tanah pertanian dengan pembagian keuntungan menggunakan sistem seton. Pembentukan akad kerjasama perjanjian bagi hasil sistem seton pada pohon wolo ini hanya dilakukan oleh kedua belah pihak yakni petani pemilik kebun beserta petani penggarap. Pembentukan akad kerjasamanya dilakukan secara lisan saja tanpa disertai bukti tertulis dengan materi untuk penguat perjanjian sebagaimana perjanjian jual beli tanah atau yang lain, dan hanya di sertai dengan menggunakan prinsip saling percaya antara kedua belah pihak yang menjalin kerjasama itu. Perjanjian ini juga dilakukan tanpa melibatkan perangkat desa sebagai saksi dari kesepakatan yang mereka buat, alasannya karena pada dasarnya kesepakatan itu dibuat dengan adanya sikap saling percaya penuh antar sesama dan jika melibatkan perangkat desa tentu akan mengeluarkan biaya yang lebih, dan mereka tidak menginginkan yang seperti itu. 2009 1 Wawancara dengan Bapak Sumbito SH selaku Kepala Desa Sumurgung tanggal 23 Februari

52 Pelaksanaan perjanjian akad bagi hasil sistem seton ini biasanya dilakukan di rumah petani penggarap, yaitu pemilik kebun yang membutuhkan tenaga petani penggarap mendatangi petani penggarap untuk berkerjasama dalam pengelolaan kebun wolo dan membuat kesepakatan atau akad bahwa tanah miliknya yang dia sendiri sudah tidak sanggup lagi untuk mengurusi akan diberikan kepada petani penggarap untuk dirawat dan dikelola sehingga dapat berproduksi secara maksimal baik itu buah siwalannya dan juga minuman legennya. Sebagaimana pengalaman Pak Budi yang mana dia mendatangi Pak Sami an ketika ingin melangsungkan akad perjanjian bagi hasil seton: Riyen kulo ingkang datang ten daleme pak Mi an keranten kulo ingkang butuh tenagane Pak Mi an lan Pak Ma in niku sampun paham sanget kaleh toto coro ngrumat wolo 2 yang artinya : dahulu waktu pembentukan akad, saya yang datang ke rumahnya Bapak Mi an, karena saya yang membutuhkan tenaganya Pak Mi an, dan beliau memang sudah sangat tahu tentang bagaimana tata cata mengelola pohon wolo tersebut. Disamping itu kesepakatan akad ini bisa juga bisa terjadi di rumah pemilik kebun yaitu petani terkadang ada seorang penggarap yang menawarkan diri untuk mengelola kebun wolo dari pemilik kebun tersebut supaya kebunnya itu dapat lebih terpelihara. Sehingga dapat lebih produktif hasil buah siwalannya dan minuman legennya. 2 Wawancara dengan Bapak Budi selaku petani pemilik kebun, tanggal 8 Juli 2009

53 Menurut penuturan Pak Khusnin, ketika menjalin kerjasama perjanjian bagi hasil kebun dengan sistem seton beliau yang mendatangi Pak Sumarlan dan menawarkan tenaganya dan Pak Sumarlan menerimanya: Nggeh, riyen kulo ingkang ten pak Marlan lan kulo nawaraken setonan, kersane kulo angsal tambahan arto damel tumbas belonjo. 3 Yang artinya: memang benar, saya yang mendatangi Pak Marlan dan saya menawarkan diri untuk berakad seton, agar saya mendapat uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dari penjelasan tentang pelaksanaan akad perjanjian bagi hasil sistem seton tersebut dapat disimpulkan bahwa akad yang terjadi hanya dilakukan secara tersirat atau hanya dengan lisan saja tanpa ada perjanjian tertulis ataupun melibatkan aparat desa sebagai saksi karena diantara kedua belah pihak didasari rasa saling percaya, dan tidak juga disertai dengan perjanjian tertulis. 2. Proses Pelaksanaan Pengelolaan Kebun dan Jangka Waktu Dalam realitasnya yang menjadi suatu kebiasaan dalam setiap kerjasama bagi hasil ialah bahwa proses pelaksanaan dalam pengelolaan lahan di lakukan setelah terbentuknya kesepakatan yang dituangkan dalam akad, dalam artian jika telah terjadi akad kerjasama bagi hasil ini petani penggarap sudah mempunyai hak untuk mengelola kebun tersebut. 3 Wawancara dengan Bapak Khusnin selaku petani penggarap kebun, tanggal 9 Juli 2009

54 Begitupula yang terjadi di Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, apabila sudah ada kesepakatan antara pemilik kebun dan petani penggarap maka tanggung jawa sudah ada pada tangan penggarap untuk dikelola sehingga mendapatkan keuntungan yang akan dibagi di antara kedua belah pihak. Menurut Bapak Suroso, proses pelaksanaan pengelolaan tanah oleh petani penggarap dalam kerjasama bagi hasil sistem seton pada pohon wolo ini tergolong berat: ngrawat wet wolo niki termasuke nggeh abot mas, soale nek taseh anyar medal niku kedah digatek, dilep trus nembe saged dipasang betek, dadose mbendidane nyambot gawene nggeh meneki wolo mawon. 4 artinya: merawat pohon wolo ini termasuk pekerjaan berat, karena jika masih baru keluar manggarnya maka digatek, dilep, terus baru setelah itu bisa dipasang tabung betek, sehingga setiap harinya pekerjaannya memanjat pohon. Jadi perawatan pohon dimulai ketika pohon wolo mengeluarkan batang manggar, maka petani akan memanjat pohon wolo tersebur yang tingginya mencapai 10 20 meter untuk menggatek (memijit dengan bambu) batang manggar tadi, proses memanjat pohon untuk menggatek ini berlangsung selama tiga hari, setelah menggatek pada hari ke tiga penggarap merendam batang manggar tadi dengan air atau yang disebut dengan ngelep 4 Wawancara dengan Bapak Suroso selaku petani penggarap kebun, tanggal 8 Juli 2009

55 selama satu hari satu malam, kemudian pada hari ke empatnya baru batang manggar tadi di pasang betek atau tabung untuk tempat air legen. Awalnya air legen yang keluar itu tidak dapat mengeluarkan legen dengan banyak baru setelah dua atau tiga hari dapat mengeluarkan legen dengan normal. Setelah betang manggar dapat mengeluarkan legen dengan normal, maka setiap pagi sekitar jam 7 petani penggarap harus memasangkan betek yaitu tabung yang terbuat dari bambu untuk menampung air legen, dan juga pada sore hari sekitar jam 5 petani penggarap juga harus mengambil sekaligus memasang betek yang baru lagi, jadi setiap harinya petani penggarap harus memanjat pohon wolo yang tinggi itu dua kali setiap hari per pohonnya. Dalam pelaksanaan pohon wolo tersebut jika suatu saat si petani penggarap terjadi suatu hal yang menyebabkan dia tidak bisa memanjat pohon semisal sakit, maka anaknya atau saudaranyalah yang akan memasangkan betek itu sebagaimana yang pernah dialami Pak Sami an: Nggeh riyen kulon nate saket tros ingkang masang betek nggeh putro kulo soale nek mboten di gantos beteke nggeh utah. 5 yang artinya: memang dulu saya pernah sakit sehingga yang memasang betek anak saya, karena kalau tidak dipasang akan tumpah. Dengan pertimbangan beratnya pekerjaan petani penggarap yang seperti itu maka dalam perjanjian bagi hasil sistem seton ini petani pemilik 5 Wawancara dengan Bapak Sami an selaku petani penggarap kebun, tanggal 8 Juli 2009

56 tanah hanya diberikan bagian sehari saja yakni hari Sabtu dan petani penggarap enam hari yakni mulai hari Jum at sampai hari Kamis. Menurut keterangan yang penulis himpun dari pemilik tanah, bahwa penyerahan tanah oleh petani penggarap kepada petani pemilik kebun dilakukan atas kesepakatan kedua belah pihak. Akan tetapi di awal tidak diperjanjikan sampai kapan dan berapa tahun mereka menjalin kerjasama seton ini. Dan jika terjadi suatu hal yang menyebabkan berakhirnya perjanjian kerjasama seton ini akan mereka bicarakan dengan baik dan kekeluargaan: Nek ten mriki nggeh mboten di sanjangke ngantos kapan setonane niki dilampahi, nek mboten halangan nggeh sak wanohe, tapi kadang nggeh wonten ingkang petani penggarap niku sanjang nek sampon mbonten kiat nerusken keranten mpon sepuh kados ingkang kulo alami sak derange kulo setonan kaleh Pak Suroso. 6 yang artinya: kalau disini tidak disampaikan sampai kapan perjanjian bagi hasil seton ini di jalankan, kalau tidak ada halangan ya selamanya, akan tetapi terkadang ada petani penggarap itu yang mengatakan bahwa sudah tidak kuat menggarap kebun karena sudah tua sebagaimana yang saya lakukan sebelum saya berakad seton dengan Pak Suroso. Dalam perjanjian tersebut jika salah seorang diantara kedua belah pihak meninggal misalnya, maka anaknya atau ahli warisnya berhak melanjutkan kerjasama ini sebagaimana yang dilakukan ak Sami an yang mana beliau meneruskan seton yang semula adalah tinggalkan dari orang tuanya dan sampai sekarang tetap dijalankannya: kulo niki nggeh nerusake 6 Wawancara dengan Bapak Jumadri selaku moden sekaligus petani pemilik kebun, tanggal 8 Juli 2009

57 setonane bapak kulo. 7 yang artinya: saya ini juga melanjutkan akad seton dari ayah saya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian bagi hasil sistem seton pada pohon wolo ini petani pemilik kebun tidak menyebutkan lamanya masa bagi hasil dan berakhirnya, tapi ketika akan mengakhiri akan dibicarakan kedua belah pihak. Jika salah satu pihak meninggal dunia maka ahli warisnya berhak meneruskan. 3. Pembagian Hasil Pengelolaan Tanah Pertanian Dalam penjelasan di atas sudah sedikit disinggung bahwa pembagian hasil dari pengelolaan tanah ini menggunakan hukum adat yaitu sistem seton. Sistem seton sudah menjadi hukum adat bagi masyarakat Desa Sumurgung yang turun temurun dijalankan dalam hal perjanjian bagi hasil pada pohon wolo. Seton sendiri diambil dari kata sabtu yang dalam bahasa jawa disebut setu yang artinya hari Sabtu. Dinamakan seton karena di Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban ini pembagian hasil pengelolaan kebun wolo diberikan kepada pihak pemilik kebun dari hasil kebun yang diperoleh pada hari Sabtu yaitu Sabtu pagi dan Sabtu sore. Kata pak Khusnin: bagi hasil seton nggeh nek dinten sabtu, dadose toyo legen niku nek dinten-dinten sak lintune sabtu nggeh kulo pek piyambak, ananging nek dinten sabtu enjeng lan sonten ingkang kulo penek nggeh kulo 7 Wawancara dengan Bapak Sami an selaku petani penggarap kebun, tanggal 8 Juli 2009

58 paringaken ten nggene Pak Marlan mriko. 8 yang artinya: bagi hasil seton ya jika hari sabtu, jadi jika hari jika hari selain sabtu air legen akan dimiliki sendiri oleh pihak penggarap, akan tetapi pada hari sabtu pagi dan sore hasil dari yang saya ambil saya berikan kepada Pak Marlan. Jadi pembagian bagi hasil di desa Sumurgung masih menggunakan hukum adat yaitu seton dengan mekanisme pembagiannya yaitu setiap keuntungan yang diperoleh satu hari yaitu pada hari sabtu di berikan kepada pihak pemilik kebun dan mulai hari minggu sampai dengan kamis yakni enam hari diambil oleh pihak petani penggarap dengan petimbangan beratnya pekerjaan yang dijalani. Dengan kata lain perbandingan pendapatan dari perjanjian bagi hasil sistem seton pada pohon wolo di Desa Sumurgung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban adalah 1 : 6 atau 1/7 : 6/7 setiap pekannya. 8 Wawancara dengan Bapak Khusnin selaku petani penggarap kebun, tanggal 9 Juli 2009