PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 Fax. (4238210) PROBOLINGGO 67271 POTENSI JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LANAS DI PEMBIBITAN TEMBAKAU Oleh : Ika Ratmawati, SP (POPT Perkebunan) Pendahuluan Tak dipungkiri bahwa komoditi tembakau mempunyai pengaruh terhadap perekonomian nasional. Selain sebagai komoditi industri, tembakau juga mampu memberikan kesempatan kerja dan memberikan penghasilan bagi masyarakat. Dari segi sosial, peranan hasil industri tembakau juga cukup strategis karena mampu menyediakan lapangan kerja cukup besar, sistem dan usaha agribisnis tembakau mulai dari hulu sampai hilir yang banyak menyerap tenaga kerja serta banyak petani yang menggantungkan sumber pendapatannya dari usaha budidaya tembakau tersebut. Selain itu, tembakau menunjang pembangunan nasional berupa pajak dan devisa negara. Untuk meningkatkan pendapatan petani tembakau sekaligus meningkatkan ekspor, pemerintah telah menganjurkan kepada petani tembakau untuk melaksanakan intensifikasi. Dalam pelaksanaan intensifikasi ini agar petani tembakau berhasil maka perlu diatur langkah-langkahnya. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan intensifikasi adalah masalah proteksi tanaman atau perlindungan tanaman dari penyakit sejak dini. Penyakit yang sering menyerang bibit tembakau adalah penyakit lanas. Penyakit lanas pada tembakau disebabkan oleh cendawan Phytophthora nicotianae (Semangun, 2000). Biaya untuk mendapatkan fungisida saat ini harganya cukup besar dan sering kali fungisida yang digunakan berasal dari bahan kimia yang dalam penggunaannya bersifat tidak ramah lingkungan dan dapat mengurangi mutu hasil panen.
Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan agens hayati salah satunya adalah Trichoderma spp sebagai pengendali patogen dan juga dapat berperan sebagai dekomposer. Pemanfaatan Trichoderma spp diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman tembakau khususnya dalam hal pengendalian penyakit yang sering menyerang tanaman tembakau sehingga selain didapatkan hasil produksi yang optimal juga mampu menerapkan sistem budidaya yang ramah lingkungan Penyakit Lanas di Pembibitan Tembakau Penyakit lanas / busuk batang dengan bahasa ilmiahnya jamur Phytophthora nicotianae ini menyebabkan kerusakan pada akar dan batang pada semua jenis tanaman tembakau semenjak bibit sampai dengan tanaman dewasa (Erwin dkk, 2004). Penyakit lanas merupakan penyakit tembakau yang ganas dengan gejalagejala antara lain terjadi pembusukan pada leher akar, di mana bagian yang busuk tersebut berwarna coklat kehitaman dan agak berlekuk pada tanaman tembakau. Ratmawati, 2014 Gb. Pembibitan tembakau yang terserang penyakit lanas Pada bibit yang daunnya bergaris tengah 2 3 cm, penyakit mula-mula diketahui dari warna yang daun yang hijau kelabu kotor. Jika kelembaban udara sangat tinggi, penyakit akan berkembang secara cepat dan tumbuhan segera menjadi busuk. Di pembibitan penyakit ini dapat meluas dengan cepat, sehingga pembibitan tampak seperti disiram air panas (Semangun, 2000).
Jamur Phytophthora nicotianae dapat bertahan di dalam tanah dan hidup sebagai saprofit dari bahan organik yang ada di dalam tanah. Pada tanah tegalan (kering) patogen dapat bertahan lebih lama, sehingga merupakan sumber penularan. Pupuk kandang yang kurang matang juga dapat menjadi salah satu infeksi (Erwin dkk, 2004). Penyakit lanas merupakan penyakit polyciclik di mana sporangia (struktur penghasil spora berbentuk kantong berongga) yang baru beserta chlamydosporanya (spora tahanan berdinding tebal aseksual yang dihasilkan dari suatu sel hypha jamur) akan berkembang pada akar secara in-vivo dalam waktu tidak kurang dari 48 jam. Bila proses jatuhnya cairan yang mengandung mikroba / partikel jamur telah terjadi, maka patogen tersebut akan menyerang akar dalam waktu 24 jam. Zoospora yang dihasilkan selama periode kejenuhan tanah akan mengawali infeksi baru pada tanaman yang telah terserang sehingga akan meningkatkan laju perkembangan penyakit ataupunmenyebar di sekitar tanaman. Air dan drainase yang kurang baik dapat membantu penyebaran patogen. Hal ini disebabkan air dapat menjadi media pembawa spora jamur dari lahan yang terserang ke tempat yang belum terserang. Penyebaran melalui tanah akan meningkat apabila tanah cukup basah, tanah tersebut menjadi mudah lengket pada kaki manusia, ternak maupun alat engolahan tanah dan alat pertanian lainnya sehingga menjadi tempat bagi menempelnya spora jamur. Adanya luka pada tanaman khususnya pada akar akan mempermudah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman (Erwin dkk, 2004). Mekanisme Antagonis Cendawan Trichoderma spp Trichoderma spp masuk dalam kelas Euascomycetes dan family Hypocreaceae. Konidiofor hyaline, bercabang dan pyramidal. Konidia (dengan diameter rata rata 3 µm) berbentuk sel tunggal dan bulat permukaannya halus dan kasar (Smith, et al, 1990). Trichoderma spp memiliki konidiofor bercabangcabang teratur, tidak membentuk bekas, konidium jorong, bersel satu, dalam kelompok-kelompok kecil terminal, kelompok konidium berwarna hijau biru (Semangun, 1996). Trichoderma spp umunya penghuni tanah, khususnya tanah organik. Cendawan ini dapat tumbuh sebagai saprofit atau parasitik terhadap cendawan lain, bersifat antagonistik dan banyak digunakan sebagai pengendali biologi.
Trichoderma spp telah banyak dikembangkan untuk pengendali penyakit cendawan akar. Spora jamur ini sangat berkembang pada suhu 22 23 0 C. Kumpulan spora mula-mula berwarna putih jernih, kemudian berwarna kehijauan dan akhirnya berwarna hijau gelap. Trichoderma spp tidak mematikan secara langsung spora cendawan penyebab penyakit tetapi mengusir dari tanah sekitarnya. Hal ini terjadi karen aspora Trichoderma spp lebih cepat berkembang dibandingkan pertumbuhan spora cendawan penyabab penyakit. Menurut Gultom (2008), mekanisme utama pengendalian patogen tanaman yang bersifat tular tanah dengan menggunakan cendawan Trichoderma spp dapat terjadi melalui : a. Mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel untuk mengambil zat makann dari dalam sel sehingga cendawan akan mati). b. Menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas membran sel dan enzim chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisi dinding sel. c. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan sumber makanan. d. Mempunyai kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa Trichoderma spp akan mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel. Trichoderma spp adalah jenis cendawan yang tersebar luas di tanah dan mempunyai sifat mikoparasitik. Mikoparasitik adalah kemampuan untuk menjadi parasit cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenis-jenis cendawan fitopatogen. Potensi Trichoderma spp sebagai Agens Pengendali Hayati Potensi jamur Trichoderma spp sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa Trichoderma spp juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik.
Pada pembibitan tembakau aplikasi jamur Trichoderma spp sebaiknya diawali pada saat lahan sudah disiapkan sebelum ada tanaman di sebar jamur Trichoderma spp. Petani tembakau Kabupaten Probolinggo umumnya menggunakan jamur Trichoderma spp yang diperbanyak melalui proses fermentor dengan ekstrak kentang gula sebagai medianya. Konsentrasi yang digunakan sebanyak 500 ml per tangki 17 liter kemudian disemprotkan di lahan pembibitan tembakau pada pagi atau sore hari untuk menghindari sinar matahari langsung. Penggunaan cendawan antagonis sebagai pengendali patogen merupakan salah satu alternatif yang dianggap aman dan dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan dalam menekan perkembangan penyakit lanas terutama di pembibitan tembakau. Pengendalian hayati terhadap patogen dengan menggunakan mikroorganisme antagonis dalam tanah memiliki harapan yang baik untuk dikembangkan karena pengaruh negatif terhadap lingkungan tidak ada. Pengendalian hayati dengan menggunakan agens hayati seperti Trichoderma spp yang terseleksi ini sangatlah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak negatif dari pemakaian pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai untuk mengendalikan penyakit tanaman. Penutup Trichoderma spp mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai agens hayati dalam mengendalikan penyakit tanaman terutama pada pembibitan tembakau. Hal ini dikarenakan sifat Trichoderma spp sebagai cendawan antagonis yang dianggap aman bagi lingkungan karena cendawan ini berasal dari tanah dan dapat berfungsi sebagai pengurai unsur hara tanaman serta pengendali penyakit menmberikan hasil yang cukup memuaskan.
Daftar Pustaka Erwin R, Sitepu dan Hastuty S H, 2004. Memerangi Penyakit Lanas pada Tembakau. Balai Penelitian Deli-PTP Nusantara II (Persero). Medan. http://www.tanido.co.id/abdi10/hal070.htm. Diakses 30 April 2015. Gultom J M, 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi untuk Menekan Perkembangan Jamur Phytium sp Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L). http://repository.usu.ac.id.pdf Diakses 30 April 2014. Semangun H, 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta., 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.