Edi Kurniawan RINGKASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Oleh : Iskandar Z. Siregar

TEKNIK PEMBUATAN BIBIT CEMPAKA (Elmerrilia tsiampacca) SEBAGAI MATERI PEMBANGUNAN KEBUN BENIH SEMAI GENERASI PERTAMA (F-1) Edi Kurniawan

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

Pembuatan Pembibitan Tanaman

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. METODE PENELITIAN

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Cara Menanam Cabe di Polybag

Kegiatan di Persemaian Secara Lengkap

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Tata Cara penelitian

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. MATERI DAN METODE

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. BAHAN DAN METODE

III.TATA CARA PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

3. METODE DAN PELAKSANAAN

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Rajabasa dari bulan Januari 2011 sampai dengan Juni Permata yang diproduksi PT East West Seed Indonesia, gula aren, dedak

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak dijalan

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. MATERI DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

BAB 3 METODE PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Transkripsi:

Info Teknis EBONI Vol. 10 No.1, Mei 2013 : 58-67 TEKNIK PEMBIBITAN GOFASA (Vitex cofassus Reinw) Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411) 554049, fax. (0411) 554058 E-mail : edi_skma@yahoo.com RINGKASAN Gofasa merupakan salah satu spesies lokal (native species) Sulawesi. Kayu Gofasa sebagai kayu industri perkapalan dan perahu tradisional banyak diminati masyarakat di Sulawesi. Permintaan terhadap kayu gofasa dari waktu ke waktu yang semakin tinggi seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap perahu phinisi, sehingga perlu digalakkan pembudidayaan yang lebih intensif. Salah satu kegiatan yang mendorong keberhasilan budidaya jenis ini adalah ketersediaan bibit yang bermutu. Tulisan ini memaparkan teknik pembibitan gofasa dimulai dari pengadaan benih, perkecambahan hingga pembibitan di persemaian. Kata kunci: Gofasa, budidaya, pembibitan I. PENDAHULUAN Vitex cofassus Reinw. termasuk dalam famili Verbenaceae yang dikenal dengan nama perdagangan kayu gofasa, sedangkan nama daerah di Sulawesi : yaitu bitti, katondong, ayu bitti, na nasa, ayu bagang (nama kayu huruf kecil). Kegunaan kayu gofasa antara lain untuk kayu pertukangan, industri perkapalan dan perahu teradisional (Martawijaya, 1981) Pohon gofasa tumbuh baik pada tanah kering dengan tekstur tanah liat sampai bertekstur liat berpasir, pada iklim tipe A - C (Scmidt dan Fergusson) dan pada ketinggian 0-1.500 m dpl (di atas permukaan laut). Pohon gofasa dapat mencapai tinggi sekitar 45 m dengan batang bulat atau agak berlekuk, berdiameter sekitar 80 cm. Musim berbunga dan berbuah berbeda-beda pada setiap lokasi tergantung kondisi tempat tumbuh dan iklim. Di Kabupaten Bulukumba, Bone dan Maros tanaman ini berbunga pada bulan Januari dan buah masak fisiologis pada bulan Maret sampai Mei. Di 58

Teknik Pembibitan Gofasa (Vitex cofassus Reinw.) Kabupaten Enrekang dan Toraja berbunga pada awal bulan Agustus dan buah masak fisiologis pada bulan Nopember. Menurut Seran et al. (1997) gofasa merupakan salah satu spesies lokal (native species) Sulawesi. Wilayah penyebaran jenis ini meliputi negara Malaysia, Pilipina dan Indonesia. Di Indonesia jenis ini banyak terdapat di Sulawesi terutama pulau-pulau bagian selatan sampai timur pulau Buru (Maluku). Kebutuhan kayu gofasa untuk pasar lokal per tahun mencapai 647.902 m3. Produksi hutan rakyat hanya mencapai 8.316,53m3 per tahun (Supriadi, 2001). Untuk membuat sebuah perahu phinisi dengan kapasitas 300 ton dibutuhkan tidak kurang dari 150 m3 kayu gofasa, ditambah dengan jenis kayu lain 20 m3 (Isnan, 2008). Kondisi ini mengindikasikan bahwa pohon gofasa yang ada di hutan alam populasinya semakin berkurang. Kabupaten Bulukumba sebagai sentra utama pengembangan tanaman gofasa di Sulawesi Selatan, sebagian besar hanya memanfaatkan anakan alam karena belum diketahuinya teknik pembibitan gofasa. Sedangkan anakan alam tanaman gofasa sangat minim. Berdasarkan pertimbangan ini, untuk memenuhi kebutuhan kayu gofasa di Sulawesi perlu upaya budidaya yang didukung oleh tersedianya informasi tentang cara pembibitan tanaman gofasa. II. PENANGANAN BENIH A. Pengadaan Benih Benih dapat diperoleh dari pohon induk gofasa yang telah berbuah dengan memilih pohon yang bagus (batang lurus dan sehat) agar benih/bibit yang dihasilkan berkualitas. Benih yang berkualitas baik berasal dari buah yang telah mencapai matang secara fisiologis yang ditandai dengan buah berwarna hitam. (Prayudyaningsih, 2003). Buah gofasa digolongkan ke dalam tipe buah buni yaitu buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan. Lapisan luar yang tipis dan agak menjangat seperti kulit sedangkan lapisan dalamnya tebal lunak dan berair. Bentuk buah gofasa bulat seperti bola dan masih didukung oleh daun kelopak. Biji gofasa berisi sekitar 12.000 biji/kg atau setiap liter berisi kurang lebih 8.000 biji (Seran, et al., 1997). Pengumpulan biji dapat dilakukan dengan cara memanjat dan memetik buah yang sudah masak atau memungut buah yang sudah jatuh. 59

Info Teknis EBONI Vol. 10 No.1, Mei 2013 : 58-67 Gambar 1. Buah gofasa (Vitex cofassus Reinw) yang matang fisiologis A. Ekstraksi dan Skarifikasi Benih Buah dimasukan dalam karung plastik kemudian direndam dalam air selama 24 jam kemudian biji dikeluarkan dengan cara diinjak-injak dalam karung, sehingga kulit dan daging buah terkelupas lalu biji dicuci dengan air. Biji berdiameter 15 mm, ketebalan kulit biji ± 1,07-1,15 mm dan embrio berwarna putih (Prayudyaningsih, 2003). Biji gofasa termasuk rekalsitran sehingga tidak dapat disimpan lama, Kurniati (2002) melaporkan bahwa biji gofasa dapat disimpan pada suhu kamar (25 30 ºC) dan disimpan dalam ruangan terbuka dengan lama penyimpanan 21 hari, dan kadar air minimum 5,31% persen kecambah 29,3%. Penyimpanan benih selama 12 dalam wadah karung plastik dengan media simpan arang, persen kecambah mencapai 50% (Prayudyaningsih, et al., 2005), Sebelum disemaikan benih direndam ke dalam air hangat sampai dingin selama 24 jam selanjutnya perkecambahan dilakukan pada bak tabur atau bedeng tabur. III. PERKECAMBAHAN A. Persiapan Media Tabur Media tabur merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan benih menjadi kecambah. Media tabur harus disterilkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dijemur, disangrai, atau disiram dengan larutan fungisida. Sterilisasi dimaksudkan untuk mencegah tumbuhnya jamur pada media tabur. 60

Teknik Pembibitan Gofasa (Vitex cofassus Reinw.) Hasil pengamatan Seran, et al., (1998) menunjukkan bahwa penggunaan media tabur dengan perbandingan 1:1 persentase kecambah dapat mencapai 64 %. B. Persiapan Bak Tabur Bak tabur diisi media yang telah disiapkan dengan ketebalan ± 5 cm. Permukaan media diratakan kemudian disiram air dengan menggunakan gembor, agar semburan air terkontrol atau tidak menimpah media dan benih yang ditabur. Benih gofasa dapat ditaburkan pada bak kecambah yang terbuat dari plastik dengan ukuran 45 cm x 20 cm x 15 cm. Bak tabur dilubangi bagian bawahnya sehingga air yang melebihi kapasitas lapang media dapat keluar melalui lubang tersebut. Penggunaan bak tabur dapat memudahkan dalam pengawasan, pemeliharaan dan pengamatan. Bak tabur dapat diletakkan di greenhouse (rumah kaca), untuk areal penanaman skala sempit. Penaburan benih dapat juga dilakukan pada bak tabur dari kayu yang ukurannya dapat dimodifikasi tergantung pada banyaknya benih yang akan dikecambahkan dan berapa bedeng yang akan dibuat. Ukuran bak tabur untuk pembibitan skala besar 1 m x 5 m. C. Teknik Penaburan Benih gofasa dapat ditabur secara merata di seluruh permukaan bedeng tabur/bak tabur, selanjutnya ditutup dengan media setebal 0,3 cm (setebal biji). Benih yang sudah ditabur langsung disiram air dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari, selanjutnya penyiangan dilakukan apabila ada gulma yang tumbuh di sekitar semai. Benih gofasa dapat berkecambah pada hari ke 29 setelah penaburan dengan persentase kecambah mencapai 64,5 % (Seran, et al., 1997). Penyapihan semai ke polybag dapat dilakukan apabila semai telah memiliki empat helai daun atau semai berumur sekitar 2 minggu setelah berkecambah. IV. PEMBUATAN BIBIT A. Persiapan Media Pembibitan Media pembibitan atau media sapih adalah media yang digunakan untuk menyapih semai ke polybag, selanjutnya dipelihara di persemaian hingga siap tanam di lapangan. Media pembibitan 61

Info Teknis EBONI Vol. 10 No.1, Mei 2013 : 58-67 sebaiknya memiliki aerasi yang baik dan unsur hara tersedia bagi pertumbuhan bibit atau tanaman. Media pembibitan yang digunakan adalah tanah topsoil (tanah lapisan atas sampai kedalaman 30 cm), pasir, kompos atau sekam padi dengan perbandingan 3:2:1. Media tersebut diaduk sehingga campuran merata. B. Persiapan Wadah Pembibitan (Polybag) Polybag (istilah umum digunakan) adalah tempat media untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Polybag yang umum digunakan berukuran adalah 12 cm x 17 cm. Polybag dapat diperoleh ditoko pelastik atau toko tani dengan harga terjangkau. Polybag yang sudah disiapkan diisi dengan media dengan cara melipat selebar 0,5-1cm untuk mempermudah pegisian media dan pada saat penyiraman polybag tidak menutup. Selanjutnya media dimasukan ke dalam wadah dengan menggunakan alat dari botol air mineral yang dipotong miring atau bambu yang dipotong miring. Sebaiknya media tidak dipadatkan secara berlebihan karena bila terlalu padat akan berpengaruh terhadap drainase dan aerase serta pertumbuhan akar. Polybag yang telah diisi disusun dan diatur letaknya pada bedeng sapih, kemudian disiram agar lebih basah sewaktu dilakukan penyapihan. C. Teknik Penyapihan Penyapihan adalah pemindahan kecambah dari bak tabur ke polybag yang telah berisi media. Penyapihan dilakukan dengan hati-hati agar akar dan daun semai yang telah tumbuh tidak rusak. Semai yang siap disapih terlebih dahulu disiram agar memudahkan pencabutan. Semai yang terseleksi dicabut dan dipindahkan ke wadah sementara (baskom) yang diisi air agar semai tidak kering. Penyapihan dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari kerusakan semai akibat perubahan suhu udara dari tempat perkecambahan ke tempat pembibitan. Semai yang sudah dicabut segera disapih ke polybag. Jumlah semai yang dicabut disesuaikan dengan jumlah polybag yang disiapkan. Semai yang berakar panjang dipotong, agar pada saat ditanam tidak terlipat. Penanaman semai dilakukan dengan cara 62

Teknik Pembibitan Gofasa (Vitex cofassus Reinw.) melubangi media yang dibuat menggunakan stik kayu berukuran panjang 10 15 cm dan diameter 1-1,5 cm. Gambar 2. Penyapihan semai gofasa (Vitex cofasus Reinw.) Semai yang siap sapih mempunyai dua daun, dan saat penyapihan media pembibitan dapat diinokulasi dengan fungi mikoriza arbuskula. Inokulasi fungi mikoriza arbuskula dengan cara memberikan atau memasukkan fungi mikorisa 5 gram pertanaman ke dalam lubang tanam. Selanjutnya semai ditanam dengan posisi akar mengenai inokulum fungi mikoriza. Inokulasi fungi mikoriza indigen dari tanah bekas tambang kapur terhadap semai bitti mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi (461,29 635,64%), diameter batang (226,30 275,54%), biomassa (1216,71 1694,15%), indeks mutu bibit (624,76 829,02%), dibandingkan dengan pertumbuhan semai bitti yang tidak diinokulasi FMA (Prayudyaningsih, et al., 2009). D. Pemeliharaan Bibit Pemeliharaan bibit bertujuan untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, sehingga menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya baik di lapangan. Kegiatan pemeliharaan bibit di persemaian meliputi: penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan dan pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari sampai tanaman berumur 2 bulan, selanjutnya penyiraman dilakukan 1 kali sehari hingga bibit siap tanam. 63

Info Teknis EBONI Vol. 10 No.1, Mei 2013 : 58-67 64 Gambar 3. Penyiraman bibit gofasa di persemaian Penyulaman bibit bertujuan untuk mengganti semai yang mati atau semai yang tumbuhnya kerdil dengan bibit yang baru. Kegiatan penyulaman dilakukan sampai bibit berumur 3 minggu. Penyiangan dilakukan secara periodik, yaitu menghilangkan gulma yang menggangu bibit di persemaian, dan setelah penyiangan dilakukan pemupukan pada media pembibitan. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit di persemaian. Pemberian pupuk pada bibit gofasa sebanyak 0,5 gr/polybag NPK (15:15:15) dapat memberikan peningkatan pertumbuhan tinggi sebesar 22 % dan diameter 5.6 % (Suhartati, 1997). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan sebagai pencegahan dengan menggunakan insektisida atau fungisida secara periodik. Jenis insektisida yang digunakan anatara lain Sevin, Decis, sedangkan fungisida yang digunakan Dithane 45. Dosis dan penggunaan volume penggunaan insektisida dan fungisida disesuaikan dengan aturan pakai yang tertera pada label kemasan. Penyemprotan tanaman yang jumlahnya sedikit dilakukan dengan menggunakan alat hand sprayer dan apabila jumlah tanaman banyak menggunakan sprayer gendong. E. Seleksi dan Pengangkutan Bibit Bibit gofasa yang berumur 3-4 bulan, tinggi 40 cm dan diameter 4,2 mm dan jumlah daun berkisar 20 helai siap diseleksi untuk ditanam ke lapangan. Bibit yang dipilih yaitu bibit yang berbatang kokoh dan lurus, sehat, mempunyai perakaran yang kompak dan belum menembus tanah. Bibit yang berkualitas baik

Teknik Pembibitan Gofasa (Vitex cofassus Reinw.) akan tahan menghadapi perubahan kondisi lingkungan dan cepat beradaptasi terhadap kondisi di lapangan. Gambar 4. Bibit gofasa (Vitex cofasus Reinw) di persemaian V. PENUTUP Gofasa (Vitex cofasuss Reinw.) dikenal dengan nama daerah bitti, termasuk salah satu jenis lokal Sulawesi. Kayu gofasa memiliki banyak kegunaan di antaranya kayu pertukangan dan bahan pembuatan kapal phinisi, akan tetapi populasinya sudah berkurang di hutan alam. Dalam rangka pengembangan jenis tanaman tersebut diperlukan informasi tentang teknik pembibitan, mulai dari pengadaan benih, perkecambahan hingga pembibitan di persemaian. Semoga tulisan menjadi pedoman untuk pengembangan tanaman gofasa pada hutan rakyat dan hutan tanaman industri. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Ir. Suhartati, MP. dan Ibu Retno Prayudyaningsih, S.Si,.M.Sc atas koreksi dan masukannya sehingga tulisan ini bisa terwujud. 65

Info Teknis EBONI Vol. 10 No.1, Mei 2013 : 58-67 DAFTAR PUSTAKA Isnan, W. 2008. Kayu Bitti (Vitex cofassus Reinw) bahan baku utama pembuatan kapal phinisi. Wana Tropika Volume 3 (1), 16-17. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Kurniati, R. 2002. Informasi Singkat Benih No.26. Balai Penelitian dan Pengembangan Perbenihan. Bogor. Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. nkadir dan S.A. Prawira, 1981. Atlas kayu Indonesia. Vol.I. Pusat penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Prayudyaningsih, R. 2003. Pembungaan Bitti (Vitex cofssus Reinw): Gatra penting dalam pembudidayaan. Eboni Nomor 9.(1-9) Badan Litbang Kehutanan.Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi. Makassar. Prayudyaningsih, R., Budi, S., Edi, K., dan Abd. Qudus, T. 2005. Teknik perpanjangan Umur Benih Eboni, Nyatoh dan Bitti (Laporan Hasil Penelitian). Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi. Makassar. (Tidak dipublikasikan). Prayudyaningsih, R., Hermin, T.,Edi, K., M. Syarif dan Abd. Qudus, T. 2009. Efektivitas inokulum FMA indigen dari lahan bekas tambang kapur PT. Semen Tonasa terhadap pertumbuhan 5 jenis semai tanaman (Laporan Hasil Penelitian). Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Tidak dipublikasikan. Seran, D., M.Lempang, Misto dan Suhartati. 1997. Pedoman Teknis Budidaya Gofasa (Vitex cofassus) Reinw. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. Seran, D., Suharsinik & M. Lempang., 1988. Percobaan Perkecambahan Vitex cofassus Reinw, Jurnal Penelitian Kehutanan I, (2), 17-21. Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang Suhartati. 1997. Teknik Pemeliharaan Bibit Gofasa (Vitex sp.) dan Bintangur (Calophyllum sp.) di Persemaian, Buletin Penelitian Kehutanan, IV (3), 12-24. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. 66

Teknik Pembibitan Gofasa (Vitex cofassus Reinw.) Supriadi, R. 2001. Perbaikan sistem tataniaga kayu produk hutan rakyat. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Kehutanan di Makassar, tanggal 12 Nopember 2001. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. 67