MENTERI KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 347/KMK.01/1999

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-43/BC/1999 T E N T A N G

KOP PERUSAHAAN. Nomor : Tanggal. Lampiran : Hal : Permohonan Fasilitas Pembebasan Barang dan atau Bahan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 129/KMK.04/2003 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 580 / KMK.04 / 2003 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor : Tanggal : Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pimpinan dari :

Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : Tanggal : Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pimpinan dari :

Yang bertanda tangan dibawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : NPWP : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik :

Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : N P W P : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik :

FORMULIR -A1. Nomor : Kepada Lampiran : Yth. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Perihal : Permohonan Pembebasan Bahan Baku... di -...

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-205/ BC / 2003

DATA INDUK PERUSAHAAN UNTUK PENGAJUAN PERMOHONAN KEPADA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Nomor : Tanggal...

FORMULIR -A7. Nama Perusahaan :... NPWP :... NIPER :... Alamat Kantor :... :... Telepon :...,Fax :... Alamat Pabrik :...

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 25 /BC/2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/KMK.05/2000 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 114/PMK.04/2008 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG CUKAI MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

DATA INDUK PERUSAHAAN UNTUK PENGAJUAN PERMOHONAN KEPADA BADAN PELAYANAN KEMUDAHAN EKSPOR DAN PENGOLAHAN DATA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.04/2011 TENTANG

5. Berikut pas foto Direksi dan Komisaris serta pegawai yang ditugaskan: **) Ukuran 4 x 6

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan L

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG

SURAT PERMOHONAN NIPER PEMBEBASAN DAN/ATAU NIPER PENGEMBALIAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70 / PMK.04 / 2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 52/BC/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

SURAT PERMOHONAN NIPER PEMBEBASAN DAN/ATAU NIPER PENGEMBALIAN

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.011/2010

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P - 16/BC/2006 TENTANG

Sehubungan dengan diterbitkannya surat tagihan (STCK-1) nomor :...(6)... tanggal...(7)... (terlampir), kami yang bertanda tangan di bawah ini:

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 292 / KMK.01/1998 TENTANG

Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-12/BC/2001 tanggal 20 April 2001 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP

NOMOR: 208/KMK.01/1999

P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMK.04/2013 TENTANG

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

4. KPBC Jakarta 5. KPBC Bandung 6. KPBC Tanjung Emas 7. KPBC Tanjung Perak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN KERINGANAN BEA MASUK DALAM RANGKA PEMBANGUNAN INDUSTRI/INDUSTRI JASA

KOP PERUSAHAAN. Nomor : Lampiran :.. Hal : Permohonan Penetapan Sebagai Kawasan Pabean

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN MENTERI NOMOR DENGAN. Pembuatan. elektronika. barang. terhadap. impor. c. bahwa. telah memenuhi. Komponen. dan bahan. Bea Masuk.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG

SALINAN 7/PMK.011/ TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008

NOMOR : 37/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI YANG TELAH DIBAYAR DALAM RANGKA KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 1 /BC/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

TATAKERJA PENERBITAN NIPER

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK. 011/2012 TENTANG

Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. DIREKTUR JENDERAL ttd. DR.RB PERMANA AGUNG D. MSc. NIP

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Bea dan Cukai Jawa Barat. Penulis ditempatkan pada Bidang Fasilitas

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 06/BC/2006

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 584/KMK.04/2003

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KAWASAN BERIKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Sorbitol.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 585 /KMK.05/1996

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 16 /BC/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran

Transkripsi:

MENTERI KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 347/KMK.01/1999 TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN ATAU BAHAN DARI GUDANG BERIKAT UNTUK DIOLAH, DIRAKIT ATAU DIPASANG PADA BARANG LAIN UNTUK PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN TUJUAN DIEKSPOR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan ekspor kendaraan bermotor dipandang perlu memberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan atau bahan dari Gudang Berikat untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor dengan tujuan untuk diekspor; b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a, dipandang perlu menerbitkan Keputusan ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3638) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3717); 3. Keputusan Presiden Nomor 122/M tahun 1998; 4. Keputusan Nomor : 399/KMK.01/1996 tentang Gudang Berikat; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN ATAU BAHAN DARI GUDANG BERIKAT UNTUK DIOLAH, DIRAKIT ATAU DIPASANG PADA BARANG LAIN UNTUK PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN TUJUAN DIEKSPOR

Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean; 2. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean; 3. Pembebasan adalah pembebasan bea masuk atas impor barang dan atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor dengan tujuan untuk diekspor; 4. Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu; 5. Gudang Berikat adalah suatu bangunan atau tempat dengan batas-batas tertentu yang didalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan, penyortiran, pengepakan, pemberian merk/label, pemotongan, atau kegiatan lain dalam rangka fungsinya sebagai pusat distribusi barang-barang asal impor untuk tujuan dimasukkan ke Daerah Pabean Indonesian Lainnya (DPIL), Kawasan Berikat, atau direekspor tanpa adanya pengolahan; Pasal 2 Terhadap barang dan atau bahan asal Gudang Berikat untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor, yang diimpor oleh perusahaan industri perakitan kendaraan bermotor dengan tujuan untuk diekspor dapat diberikan fasilitas pembebasan. Pasal 3 Untuk memperoleh fasilitas pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, perusahaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan ini. 2. Diajukan oleh perusahaan industri perakitan Kendaraan Bermotor yang mengimpor barang dan atau bahan dari Gudang Berikat. 3. Melampirkan Daftar Keterkaitan antara barang dan atau bahan asal impor dengan kendaraan bermotor yang diekspor dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam Lampiran II Keputusan ini. 4. Terhadap barang dan atau bahan yang diimpor dari Gudang Berikat untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor harus diekspor seluruhnya.

Pasal 4 Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diproses untuk disetujui atau ditolak dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar. Pasal 5 Dalam hal permohonan disetujui, pemohon wajib : 1. menyerahkan jaminan berupa Jaminan Bank, Custom Bond atau jaminan lainnya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebesar bea masuk yang terutang sebelum pengeluaran barang dan atau bahan dilakukan. 2. menyimpan dan memelihara dokumen, buku-buku dan laporan yang berkaitan dengan kegiatan impor dan ekspor sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun. 3. menyampaikan Laporan Ekspor kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali menggunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam Lampiran III dan IV Keputusan ini, disertai dokumen : a. fotokopi PIB yang telah diberikan persetujuan keluar oleh Pejabat Bea dan Cukai; b. fotokopi Surat Tanda Terima Jaminan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. fotokopi PRB yang telah mendapat persetujuan muat oleh Pejabat Bea dan Cukai; d. fotokopi Bill of Lading atau Airway Bill. 4. menyampaikan Laporan Penyerahan Barang ke Dalam Negeri atas Penggunaan Barang dan Bahan asal Impor yang mendapat Fasilitas Pembebasan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali menggunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam Lampiran V dan VI Keputusan ini, disertai dokumen : a. fotokopi PIB yang telah diberikan persetujuan keluar oleh Pejabat Bea dan Cukai; b. fotokopi SSBC. Pasal 6 Pemberian fasilitas pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai atas nama dalam bentuk Keputusan sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam Lampiran VII Keputusan ini. Pasal 7 (1) Realisasi ekspor harus terlaksana dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pengimporan. (2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi, jaminan dikembalikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah Laporan Ekspor disetujui.

(3) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, bea masuk yang terutang atas impornya wajib dibayar dan ditagih bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari bea masuk yang terutang terhitung sejak jatuh tempo jangka waktu 6 (enam) bulan sampai dengan pelaksanaan ekspor selama-lamanya 12 (dua belas) bulan. (4) Apabila realisasi ekspor dilaksanakan setelah bea masuk dibayar selama-lamanya 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pengimporan dapat diberikan restitusi bea masuk. Pasal 8 (1) Apabila sebelum jangka waktu 6 (enam) bulan dilakukan penyerahan ke dalam negeri, bea masuk dibayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar; (2) Apabila penyerahan ke dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah jangka waktu 6 (enam) bulan, jaminan dicairkan dan ditagih bunga sebesar 12% (dua belas persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Pasal 9 Pengawasan terhadap pemberian fasilitas pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 10 Pelaksanaan audit di bidang kepabeanan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai ketentuan yang berlaku tentang pelaksanaan audit di bidang kepabeanan. Pasal 11 Atas barang dan atau bahan yang hasil produksinya seharusnya diekspor atau harus ada di perusahaan, apabila tidak dapat dipertanggungjawabkan, penerima fasilitas wajib membayar bea masuk yang terutang ditambah denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Pasal 12 (1) Sisa barang dan atau bahan hasil produksi dan barang dan atau bahan yang rusak yang diimpor dari Gudang Berikat dapat dijual di dalam negeri dengan dikenakan bea masuk sebesar 5% dari harga jual. (2) Terhadap barang-barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum dijual di dalam negeri dilakukan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. (3) Sisa barang dan atau bahan dan barang dan atau bahan yang rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang seharusnya ada di perusahaan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, penerima

fasilitas wajib membayar bea masuk yang terutang ditambah denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang seharusnya dibayar. Pasal 13 (1) Sisa barang dan atau bahan hasil produksi dan barang dan atau bahan yang rusak dapat dimusnahkan. (2) Sisa barang dan atau bahan hasil produksi dan barang dan atau bahan yang rusak yang dimusnahkan, bea masuk tidak ditagih. (3) Permohonan pemusnahan diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengawasi perusahaan yang bersangkutan. (4) Hasil pemusnahan dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan. Pasal 14 Atas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dipertanggungjawabkan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh yang ditetapkan dalam Lampiran VIII Keputusan ini. Pasal 15 (1) Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kelebihan pembebasan, maka atas kelebihan tersebut harus dikembalikan ditambah bunga 2% (dua persen) setiap bulan selama-lamanya 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal pengimporan. (2) Apabila kelebihan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi unsur-unsur pidana, dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995. Pasal 16 Ketentuan teknis yang diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 17 Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 Juli 1999. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Salinan sesuai dengan aslinya pada tanggal 24 Juni 1999 Ttd

Lampiran I Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 KOP PERUSAHAAN Nomor : Tanggal.. Lampiran : Hal : Permohonan Fasilitas Pembebasan Barang dan atau Bahan Yth. Bapak Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p. Direktur Fasilitas Kepabeanan di Jakarta Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : N P W P : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik : Dalam kedudukan sebagai Produsen Eksportir Kendaraan Bermotor, dengan ini mengajukan permohonan fasilitas pembebasan BM atas impor barang dan atau bahan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan Kendaraan Bermotor dengan tujuan diekspor. Bersama ini kami lampirkan pula dokumen pendukung antara lain berupa : 1. Rencana impor dan ekspor selama kurun waktu 12 bulan; 2. Realisasi ekspor 12 bulan yang lalu (untuk perusahaan yang pernah melakukan ekspor) 3. Fotokopi kartu NPWP dan PKP Apabila permohonan ini disetujui, kami menyatakan tunduk pada peraturan yang menjadi dasar pemberian fasilitas ini. Meterai Pemohon. ( ) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Salinan sesuai dengan aslinya Ttd

Lampiran II Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 MENTERI KEUANGAN RENCANA IMPOR DAN EKSPOR DAN KEBUTUHAN BARANG DAN BAHAN IMPOR SELAMA 12 BULAN NAMA PERUSAHAAN :. NPWP :. PERIODE :. RENCANA PRODUKSI/HASIL OLAHAN EKSPOR No.Urut No. HS Uraian Barang Ekspor Satuan Jumlah No. Urut No. HS KEBUTUHAN BARANG/BAHAN IMPOR Uraian Barang Impor Satuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Perkiraan nilai bea masuk yang diminta untuk dibebaskan Rp..,00 ( ) Pimpinan Perusahaan (Cap Perusahaan) a.n. Direktur Jenderal Bea dan Cukai (Cap Dinas) Salinan sesuai dengan aslinya ttd.

Lampiran III Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 KOP PERUSAHAAN Nomor : Tanggal.. Lampiran : Hal : Laporan ekspor atas barang dan atau bahan asal Impor Yth. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe. di. Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : N P W P : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik : Dengan ini mengajukan Laporan Ekspor yang ke.. sebagai pertanggung jawaban kami atas penggunaan barang dan bahan asal impor yang telah mendapat fasilitas pembebasan. Apabila dari hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pembukuan kami membuktikan bahwa laporan ekspor ini telah kami laporkan dengan tidak sebenarnya, kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Meterai Pemohon. ( ) Tembusan : 1. Direktur Fasilitas Kepabeanan; 2. Direktur Verifikasi dan Audit; 3. Kepala Kantor Wilayah ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salinan sesuai dengan aslinya Ttd

Lampiran IV Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 MENTERI KEUANGAN LAPORAN EKSPOR ATAS PENGGUNAAN BARANG DAN BAHAN ASAL IMPOR YANG MENDAPAT FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK NAMA PERUSAHAAN NPWP LAPORAN KE :. :. :. REALISASI EKSPOR PEMAKAIAN BARANG DAN ATAU BAHAN DAN NILAI IMPOR NO. KODE HS PEB JUMLAH/ BM URUT BARANG NO./TGL JUMLAH/S NOMOR PIB TGL. PIB SATUAN (RP) ATUAN 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL NILAI BEA MASUK Rp. Pejabat Bea dan Cukai, Pimpinan Perusahaan, (Cap Dinas)) (Cap Perusahaan) Salinan sesuai dengan aslinya ttd.

Lampiran V Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 KOP PERUSAHAAN Nomor : Tanggal.. Lampiran : Hal : Laporan penyerahan ke dalam negeri Atas barang dan atau bahan asal impor Yth. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe. di. Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : N P W P : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik : Dengan ini mengajukan Laporan Penyerahan ke Dalam Negeri yang ke.. sebagai pertanggung jawaban kami atas penggunaan barang dan bahan asal impor yang telah mendapat fasilitas pembebasan. Apabila dari hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pembukuan kami membuktikan bahwa laporan ekspor ini telah kami laporkan dengan tidak sebenarnya, kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Meterai Pemohon. ( ) Tembusan : 4. Direktur Fasilitas Kepabeanan; 5. Direktur Verifikasi dan Audit; 6. Kepala Kantor Wilayah -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salinan sesuai dengan aslinya Ttd

Lampiran VI Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 MENTERI KEUANGAN LAPORAN PENYERAHAN KE DALAM NEGERI ATAS PENGGUNAAN BARANG DAN BAHAN ASAL IMPOR YANG MENDAPAT FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK NAMA PERUSAHAAN NPWP LAPORAN KE :. :. :. PEMAKAIAN BARANG DAN ATAU BAHAN DAN REALISASI PENYERAHAN KE DALAM NEGERI NILAI IMPOR NO. KODE HS PIB NOMOR JUMLAH/ BM TGL. PIB URUT BARANG NO./TGL JUMLAH/SATUAN PIB SATUAN (RP) 1 2 3 4 5 6 7 8 TOTAL NILAI BEA MASUK Rp. Pejabat Bea dan Cukai, Pimpinan Perusahaan, (Cap Dinas)) (Cap Perusahaan) Salinan sesuai dengan aslinya ttd.

Lampiran VII Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN ATAU BAHAN DARI GUDANG BERIKAT UNTUK DIOLAH, DIRAKIT ATAU DIPASANG PADA BARANG LAIN UNTUK PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN TUJUAN DIEKSPOR KEPADA PT... MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setelah dilakukan penelitian terhadap permohonan PT... diperoleh kesimpulan bahwa yang bersangkutan memenuhi syarat untuk diberikan pembebasan bea masuk; b. bahwa berdasarkan huruf a, dipandang perlu memberikan pembebasan bea masuk atas impor barang dan atau bahan dari Gudang Berikat untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan Kendaraan Bermotor dengan tujuan diekspor kepada PT...; Mengingat : 1. Keputusan Nomor : 399/KMK.01/1996 tentang Gudang Berikat; 2. Keputusan Nomor :. Tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Barang dan atau Bahan dari Gudang Berikat untuk Diolah, Dirakit atau Dipasang pada Barang Lain untuk Pembuatan Kendaraan Bermotor dengan tujuan Ekspor; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN ATAU BAHAN DARI GUDANG BERIKAT UNTUK DIOLAH, DIRAKIT ATAU DIPASANG PADA BARANG LAIN UNTUK PEMBUATAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN TUJUAN DIEKSPOR KEPADA PT...

PERTAMA : Terhadap pemasukan barang dan atau bahan dari Gudang Berikat PT.. Periode sampai dengan., dengan perkiraan nilai barang (.) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini diberikan pembebasan Bea Masuk. KEDUA : Barang sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA hanya digunakan untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain untuk pembuatan kendaraan bermotor dengan tujuan ekspor dan tidak boleh dipindahtangankan dan/atau dipindahlokasikan tanpa persetujuan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. KETIGA : Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud diktum KEDUA tidak dipenuhi dan/atau terdapat penyalahgunaan, pemberian pembebasan sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA dinyatakan batal dan kepada yang bersangkutan diwajibkan melunasi Bea Masuk yang terutang serta denda sebesar 100% (seratus persen) dari bea masuk yang terutang. KEEMPAT : Pemberian persetujuan pembebasan ini sewaktu-waktu dapat dilakukan audit di bidang kepabeanan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. KELIMA : Penerima fasilitas pembebasan sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan No. tanggal. KEENAM : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan/kekurangan dalam surat keputusan ini akan diadakan perubahan/pembetulan seperlunya. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. RI (tanpa lampiran); 2. Menteri Perindustrian dan Perdagangan (tanpa lampiran); 3. Menteri Negara Investasi/Kepala BKPM (tanpa lampiran); 4. Direktur Jenderal Pajak (tanpa lampiran); 5. Direktur Verifikasi dan Audit; 6. Kepala Kantor Wilayah; 7. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Petikan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : Pimpinan PT...

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal a.n. RI Direktur Jenderal Bea dan Cukai. NIP. 0600 Salinan sesuai dengan aslinya Ttd

Lampiran VIII Keputusan Nomor : 347/KMK.01/1999 Tanggal : 24 Juni 1999 KOP PERUSAHAAN Nomor : Tanggal.. Lampiran : Hal : Laporan Pemusnahan/Penjualan Waste/Reject/Sisa Barang/Bahan Yth. Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe. di. Yang bertanda tangan di bawah ini, kami pimpinan dari : Nama Perusahaan : N P W P : Alamat Kantor : Telepon : Facsimile : Alamat Pabrik : Dengan ini menyampaikan Laporan ke.. atas pemusnahan/penjualan waste/reject/sisa barang/bahan yang tidak diekspor sebagai pertanggung jawaban kami atas penggunaan barang dan bahan asal impor yang telah mendapat fasilitas pembebasan bea masuk. Sebagai kelengkapan dokumen, bersama ini kami sampaikan : 1. Daftar barang sisa/waste bahan impor yang dimusnahkan/dijual; 2. SSBC dan SSP; 3. Fotokopi PIB; 4. Fotokopi faktur penjualan; atau 5. Berita acara Pemusnahan. Apabila dikemudian hari, hasil pemeriksaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terhadap pembukuan kami membuktikan bahwa laporan ini telah kami laporkan dengan tidak sebenarnya, kami bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Meterai Pemohon. ( ) Tembusan : 7. Direktur Fasilitas Kepabeanan; 8. Direktur Verifikasi dan Audit; 9. Kepala Kantor Wilayah -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salinan sesuai dengan aslinya Ttd