PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI REPOSISI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
REDESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( TELAAH TERHADAP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN )

MENERAPKAN METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MENGGAGAS MODEL MANAJEMEN LABORATORIUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

MENGGAGAS MODEL MANAJEMEN LABORATORIUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

Fashion dalam perspektif Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

ABSTRAK Syukri Fathudin AW, Sudiyatno Fakultas Teknik

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

Oleh : Syukri Fathudin AW, M.Pd Sudiyatno, ME

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

Oleh : Muflihah Istiqomah S BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang cepat untuk menghimpun informasi baru yang dibutuhkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan. siswa memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

EVALUASI PROGRAM DAN PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan. martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB IV ANALISA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDUL MALIK FADJAR. A. Analisis Pendidikan Islam Menurut Abdul Malik Fadjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI REPOSISI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Syukri Fathudin Achmad Widodo Staf pengajar FT MKU UNY Email syukri@uny.ac.id Hp.08122898408 Abstrak Pengembangan Pendidikan Karakter adalah sebuah ikhtiar untuk mengurai jatidiri menuju tatanan kehidupan masyarakat yang mengedepankan rasa keadilan, kebersamaan, toleransi dan kemanusiaan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) berguna untuk membantu terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas ikut serta mewujudkan Indonesia yang utuh aman, sejahtera yang diridhoi Allah SWT. Tujuan pendidikan agama lebih merupakan suatu upaya untuk membangkitkan intuisi agama dan kesiapan rohani dalam mencapai pengalaman transendental. Dengan demikian tujuan utamanya bukanlah sekedar mengalihkan pengetahuan dan keterampilan (sebagai isi pendidikan), melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk menggugah fitroh insaniyah (to stir up certain innate powers), sehingga peserta didik bisa menjadi penganut atau pemeluk agama yang taat, baik, berkarakter mulia (muslim paripurna). Visi matakuliah ini adalah : Menjadikan ajaran Islam sebagai sumber nilai, dan pedoman yang mengantarkan mahasiswa dalam mengembangkan profesi dan kepribadian Islami(akhlakul karimah). Ekspektasi dari tulisan ini adalah sejauhmana kontribusi matakuliah Pendidikan Agama Islam dalam ikut serta mengembangkan pendidikan karakter. 1

Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar yang terus menerus untuk mewujudkan manusia yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan anggun sikap moralnya adalah keniscayaan kita bersama. Bahkan dalam bait lagu kebangsaan kita yang dikarang WR.Supratman berbunyi bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Ini menjadi spirit bagi kita untuk membangun manusia yang sehat lahir dan batin. Pendidikan Agama Islam ( PAI) adalah rumpum mata kuliah pengembangan kepribadian ( MPK) dalam struktur mata kuliah umum (MKU). Dilihat dari posisinya merupakan mata kuliah yang membekali peserta didik berupa kemampuan dasar tentang pemahaman, penghayatan dan pengalaman nilai-nilai dasar kemanusiaan, sebagai makhluk Allah, sebagai pribadi, anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan sebagai bagian dari alam. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) berguna untuk membantu terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas ikut serta mewujudkan Indonesia yang utuh aman, sejahtera yang diridhoi Allah SWT. Apabila dilihat dari nilai gunanya, nampaknya sungguh sangat indah dan idealis, tetapi jika dilihat dari proses pelaksanaannya, menimbulkan pertanyaan besar?, Mungkinkah merubah kepribadian, watak dan akhlak seseorang hanya dalam waktu satu semester? Wallahu alam bis shoab. Sedangkan visi dan misinya sebagai berikut Visi : Menjadikan ajaran Islam sebagai sumber nilai, dan pedoman yang mengantarkan mahasiswa dalam mengembangkan profesi dan kepribadian Islami Misi : Terbinanya mahasiswa yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan berakhlak mulia, serta menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan profesi. Begitu strategisnya mata kuliah ini maka proses pembelajarannya secara formal tidak hanya tanggung jawab dosen PAI semata yang hanya ditempuh pada semester awal serta berbobot hanya 3 sks, melainkan dosen lain yang seaqidah dapat pula mengintegrasikan dengan mata kuliah yang diampunya. Sungguh pekerjaan yang mulia dan bernilai ibadah tentunya. 2

Pengembangan Pendidikan Agama Islam Pengembangan Pendidikan Agama Islam ini nampaknya menuntut para pengajarnya untuk mampu mengintegrasikan nilai-nilai ilahiyah duniaiyah dalam proses pendidikan dan pengajaranya dalam satu semester itu. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) berguna untuk membantu terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertaqwa kepaa Allah SWT, berbudi pekerti luhur, berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas ikut serta mewujudkan Indonesia yang utuh aman, sejahtera yang diridhoi Allah SWT. Tujuan pendidikan agama lebih merupakan suatu upaya untuk membangkitkan intuisi agama dan kesiapan rohani dalam mencapai pengalaman transendental. Dengan demikian tujuan utamanya bukanlah sekedar mengalihkan pengetahuan dan keterampilan (sebagai isi pendidikan), melainkan lebih merupakan suatu ikhtiar untuk menggugah fitroh insaniyah (to stir up certain innate powers), sehingga peserta didik bisa menjadi penganut atau pemeluk agama yang taat dan baik (muslim paripurna). Sedangkan pendidikan pada umumnya, bertujuan lebih menitikberatkan pada pemberian pengetahuan dan ketrampilan khusus dan secara ketat berhubungan dengan pertumbuhan serta pemilahan areal kerja yang diperlukan dalam masyarakat. Dalam hal ini hubungan interaksi lebih bersifat kognitif-psikomotorik, dan kurang banyak menyentuh ke alaman rohani serta sifat-sifat watak kepribadian manusia. Lebih jauh pendidikan agama Islam bukan merupakan kegiatan yang terpisah dari aspek-aspek kehidupan masyarakat luas yang berlangsung dalam konteks keselarasan maupun keseimbangan dengan kegiatan-kegiatan, baik perorangan maupun kelembagaannya dan dalam posisi yang saling memperkokoh atau memperkuat antara yang satu dengan yang lain. Kampus hanya merupakan salah satu konstributor dan bukan yang terutama. Di luar kampus banyak pihak yang tidak kalah penting peranannya, yang ikut memberikan konstribusi pelaksanaan pendidikan agama (seperti rumah/keluarga, kawan bermain dan suasana kehidupan beragama di masyarakat/lingkungannya). Dengan demikian keterlibatan pranata sosial kemasyarakatan yang lain ikut memberikan andil bagi keberhasilannya baik dari sisi kuantitas maupun kualitas pendidikan agama itu sendiri. 3

Selain itu dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi, juga diperlukan suasana interaksi antara dosen dan peserta didik yang sifatnya lebih mendalam lahir dan batin. Figur dosen agama Islam tidak sekedar sebagai penyampai materi kuliah tetapi lebih dari itu ia adalah sumber inspirasi spiritual dan sekaligus sebagai pembimbing sehingga terjalin hubungan pribadi antara dosen dan peserta didik yang cukup dekat dan mampu melahirkan terpaduan bimbingan rohani dan akhlak dengan materi pembelajarannya. Karena itu fungsi dan peran dosen agama tidak cukup hanya bermodal profesional semata-mata tetapi perlu didukung oleh kekuatan moral. Demikian pula tentang mutu pendidikan agama Islam dan pencapaian prestasi peserta didiknya tidak dapat begitu saja diukur lewat tabel-tabel statistik. Mutu dan keberhasilan pendidikan agama Islam harus dapat diukur dengan totalitas peserta didik sebagai pribadi. Perilaku dan kesalehan yang ditampilkan dalam keseharian lebih penting dibandingkan dengan pencapaian nilai A atau 9. dalam hal ini, mutu maupun pencapaian pendidikan agama perlu diorientasikan kepada ( Malik Fadjar, 1998) : a. Tercapainya sasaran kualitas pribadi, baik sebagai muslim maupun sebagai manusia Indonesia yang ciri-cirinya dijadikan tujuan pendidikan nasional. b. Integrasi pendidikan agama Islam dengan keseluruhan proses maupun institusi pendidikan yang lain c. Tercapainya internalisasi nilai-nilai dan norma-norma keagamaan yang fungsional secara moral untuk mengembangkan keseluruhan sistem sosial budaya. d. Penyadaran pribadi akan tuntutan hari depannya dan transformasi sosial budaya yang terus berlangsung. e. Pembentukan wilayah ijtihaiyah (intelektual) disamping penyerapan ajaran secara aktif. Pelaksanaan pendidikan agama Islam cenderung lebih banyak digarap dari sisi pengajaran atau didaktik metodiknya. Dosen agama hanya membicarakan persoalan proses belajar mengajar sehingga tenggelam dalam persoalan teknis-mekanis. Sementara persoalan yang lebih mendasar yang berhubungan dengan aspek paedagoginya kurang banyak disentuh. Padahal fungsi utama pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) adalah memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong 4

peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi muslim yang kuat (pemeluk agama yang taat), landasan itu meliputi: a. Landasan motivasional, yaitu pemupukan sifat positif peserta didik untuk menerima ajaran agamanya dan sekaligus bertanggung jawab terhadap pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Landasan etik, yaitu tertanamnya norma-norma keagamaan peserta didik sehingga perbuatannya selalu diacu oleh isi, jiwa dan semangat akhlakul kharimah ( budi pekerti yang baik) c. Landasan moral, yaitu tersusunnya tata nilai (value sistem) dalam diri peserta didik yang bersumber dari ajaran agamanya sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi setiap tantangan dan perubahan. d. Dalam memberikan landasan itu tidak cukup hanya dilihat dari persoalan pengajaran atau didaktik metodiknya melainkan harus masuk ke dalam persoalan paedagogiknya. e. Berdasarkan acuan paedadogisnya, penanaman motivasi, etik dan moral itu pada dasarnya adalah menanamkan suatu perangkat nilai, yaitu iman, amal dan taqwa. Melalui materi mata kuliah Pendidikan Agama Islam.Dosen agama mempunyai tugas pokok untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat disentuh dalam diri peserta didik melalui materi pengajaran yang disajikannya. Dengan demikian dosen pendidikan agama harus mendalami nilai-nilai yang merupakan landasan motivasional, etis, moral dari materi perkuliahannya serta memahami pula konfigurasi nilai-nilai tersebut. Dengan menguasai materi pembelajaran secara mendalam dosen agama dapat meningkatkan kegiatan mengajarnya menjadi kegiatan mendidik. Hanya dengan melalui langkahlangkah paedagogis kegiatan pendidikan agama lewat sistem formal (kampus) akan mampu secara sadar dan rencana berbuat sesuatu menuju ke kesadaran beragama bagi peserta didiknya. f. Kesinambungan pendidikan agama tidak terletak pada banyak ataupun tingginya materi yang disajikan, apalagi alokasinya juga terbatas ( hanya satu semester). Dengan demikian masalah metodologi yaitu masalah penguasaan teori dan praktek tentang cara pendekatan yang tepat dan cermat guna mencapai tujuan adalah merupakan faktor yang sangat menentukan. Pembelajaran pendidikan agama merupakan suatu mata kuliah yang bersifat khas, maka diperlukan adanya metodik khusus. 5

Metodik khusus ini dibangun melalui pemanduan dari berbagai unit metode pengajaran yang ada, yang paling ideal adalah metode integratif yakni memasukkan metode suatu mata kuliah ke dalam mata kuliah yang lain, hanya saja tidak mudah diterapkan. Selain itu pengunaan metodologi harus selalu disesuaikan dengan tingkat kelas dan jenis mata kuliah yang akan disajikan, juga perlu diingat bahwa setiap metodologi ada kelebihan dan kelemahannya. Karena itu kepandaian dan kecermatan dalam memilih metodologi akan sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan kreativitas dosen pendidikan agama. Proses pembelajaran Seiring dengan diberlakukan pendidikan berbasis kompetensi yang meletakkan peserta didik sebagai pusat belajar ( student centered) maka dosen menposisikan sebagai fasilitator, motivator. Dalam proses pembelajaran mestinya dikondisikan yang menyenangkan dan bermakna, karena yang disampaikan tidak saja pengetahuan melainkan pendidikan nilai- nilai kebenaran yang berasal dari Allah Tuhan yang Maha Kuasa. Ini dapat dimengerti karena Pendidikan Agama bukan saja digarap pada aspek kognisi - psikomotorik saja melainkan afeksi lebih dominan karena afeksi atau sikap merupakan fungsi dari keyakinan. Seseorang yang yakin bahwa dengan melakukan perbuatan itu akan membawa dampak positif bagi dirinya maka ia akan bersikap untuk melakukan perbuatan tersebut. Sebaliknya jika perbuatan itu akan membawa dampak negatif bagi dirinya maka ia akan menunjukkan sikap untuk menolaknya. Keyakinan untuk berbuat sesuatu yang mendasari seseorang ini biasa dinamakan behavior belief. Penutup Reposisi Pendidikan Agama Islam adalah sebuah usaha (ikhtiar) yang secara akademik dituntut sebuah keseriusan dan keikhlasan bagi mereka yang terpanggil untuk membangun manusia yang paripurna. Dosen memberikan wahana berpikir kepada mahasiswa secara dewasa, bijak dan keteladanan. Mahasiswa merespon dengan sadar dan sabar sehingga keduanya saling berinteraksi, komunikasi dalam 6

suasana akademik. Juga masyarakat memberi apresiasi dukungan moral bagi kelangsungan suasana kehidupan yang religius. 7

Dafar Pustaka A.Malik Fadjar (1998). Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta, LP3NI. Achmadi (2000), Islam Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta,Aditya Media Blanchard, Allan (2001). Contextual teaching and learning. @ B.E.S.T. Mulyasa. (2003). Kurikulum berbasis kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Syukri F. Achmad Widodo (2004). Diktat Pendidikan Agama Islam, FT, UNY ------------------------------- (2005) Peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui kurikulum berbasis kompetensi, Jurnal Humanika- UPT MKU UNY ---------------------------------(2006), Menerapkan metode cooperative learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jurnal Humanika UPT MKU UNY 8