BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peranan Politik Transportasi Dunia terbagi atas berbagai satuan politis, di mana pada umumnya kecenderungan dibentuknya pemerintahan dan hukum hampir seragam yaitu untuk perlindungan bersama terhadap musuh, untuk keuntungan ekonomi, pengembangan kebudayaan, dan sebab-sebab lainnya. Transportasi memainkan peranan penting dalam berfungsinya satuan politis itu. Juga oleh karena banyaknya bentuk sistem transportasi dapat disediakan dengan ruang gerak teknologi transportasi yang luas dan kemungkinan pengaruh jangka panjang sistem transportasi pada suatu masyarakat, maka pemilihan bentuk suatu sistem transportasi haruslah dibuat dengan mempertimbangkan konsekuensi politis yang mungkin muncul. Ada dua peran utama politik transportasi yaitu yang pertama, transportasi bersama-sama dengan komunikasi dapat memudahkan pemerintahan suatu wilayah yang luas oleh satu pusat kekuasaan tertentu, dan dapat menyeragamkan penggunaan hukum dan keadilan di sana. Yang kedua adalah, dengan beragamnya teknologi transportasi, maka pilihan yang harus diambil juga sangat banyak, masyarakat harus memilih transportasi yang paling sesuai bagi mereka karena dapat memberikan pengaruh yang penting terhadap struktur ekonomi dan sosial masyarakat mereka.
8 2.2 Komponen-Komponen Sistem Transportasi Semua sistem transportasi terdiri dari komponen-komponen yang dapat diklasifikasikan dalam berbagai kelompok sebagai berikut : kendaraan, ruas jalan, persimpangan jalan, terminal, dan rencana operasi. Komponen-komponen ini berhubungan dengan pengaturan ruang dari fasilitas tetap dan pola arus kendaraan. Karakteristik dari komponen sistem transportasi dikaitkan dengan ruas pada jaringan. 2.3 Karakteristik Arus Lalulintas Dalam teori arus lalulintas, ada dua karakteristik yaitu karakteristik primer dan karakteristik sekunder. Tiga karakteristik primer dalam teori arus lalulintas yang sering saling terkait adalah volume, kecepatan, dan kepadatan. Volume, dinyatakan dengan Q, didefinisikan sebagai jumlah sebenarnya dari kendaraan yang diamati atau diperkirakan melalui suatu titik selama rentang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dengan jumlah kendaraan/jam. Kecepatan, dinyatakan dengan notasi V, didefinisikan sebagai suatu laju pergerakan, seperti jarak per satuan waktu, umumnya dalam mil/jam (mph) atau kilometer/jam. Kepadatan, dinyatakan dengan D, didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang tertentu dari lajur atau jalan, dirata-ratakan dengan waktu, biasanya dinyatakan dengan jumlah kendaraan/ mil atau jumlah kendaraan/kilometer. Sedangkan yang termasuk karakteristik sekunder yaitu waktu-antara kendaraan dan jarak-antara kendaraan. Waktu-antara kendaraan adalah waktu yang diperlukan antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya untuk melalui satu titik tertentu yang tetap. Jarak-antara kendaraan adalah jarak antara bagian depan satu kendaraan dengan bagian depan kendaraan berikutnya. Besarnya jarak antara menentukan kapan seseorang pengemudi harus mengurangi kecepatan dan kapan dia harus menambah kecepatan kendaraannya.
9 2.4 Transportasi Dalam Masyarakat Transportasi adalah bagian dari masyarakat yang mana dapat menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup. Malahan kemajuan-kemajuan dalam bidang transportasi telah memungkinkan perubahan dalam cara hidup dan cara masyarakat diatur, dengan demikian mempengaruhi perkembangan peradaban manusia 2.5 Satuan Mobil Penumpang Kendaraan yang melewati suatu ruas jalan terdiri dari berbagai jenis kendaraan ringan sampai kendaraan yang berat, maka kapasitas jalan perlu dikonversikan dalam keadaan standard, yaitu mobil penumpang. Satuan yang digunakan adalah satuan mobil penumpang(smp).manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI,1997) menyatakan bahwa untuk melihat pengaruh dari jenis kendaraan terhadap arus lalu lintas keseluruhan, nilai ekivalensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kendaraan ringan = 1.00 b. Sepeda Motor = 0.25 Kendaraan ringan yang dimaksud adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan 4 roda dan dengan jarak as 2.0 3.0 meter ; yang meliputi mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick up dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga, serta sepeda motor yang dimaksud adalah kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda yang meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga. 2.6 Model Greenberg Model Greenberg dibuat dengan mengasumsikan bahwa arus lalu lintas sama dengan arus fluida. Greenberg (1959), mengadakan studi di Terowongan Lincoin dan menganalisa hubungan antara kecepatan dengan kepadatan dengan mempergunakan asumsi persamaan kontinuitas dari gerak benda cair, yaitu
10 dimana : adalah kecepatan ruang rata-rata (km/jam) D adalah kepadatan ( kendaraan/km) x adalah jarak (km) t adalah waktu untuk menempuh x c adalah konstatnta Dengan menggunakan asumsi di atas, Greenberg mendapatkan hubungan antara kecepatan dan kepadatan berbentuk logaritma dengan persamaan sebagai berikut : dengan adalah kecepatan saat volume maksimum adalah kepadatan saat volume maksimum Konstanta V m dan D j, diperoleh dari persamaan (2.2) yang diubah menjadi persamaan linier y = a + bx sebagai berikut Variabel-variabel persamaan (2.3) di atas dimisalkan menjadi Y= ; ; Hubungan antara volume dan kepadatan, diperoleh dari disubstitusikan ke persamaan (2.3), diperoleh yang
11 Hubungan antara volume dan kecepatan, diperoleh dari disubstitusikan ke persamaan (2.2), diperoleh yang (2.5) Model Greenberg sangat cocok untuk kondisi kepadatan lalu lintas yang tinggi karena dapat menghasilkan nilai pada saat terjadi macet total (D j =D) dimana kecepatan ruangnya sama dengan nol ( = 0). Volume maksimum dihitung dengan menggunakan persamaan dengan adalah kepadatan saat volume maksimum adalah kecepatan saat volume maksimum Konstanta dan diperoleh dari persamaan (2.4) dan (2.5) yang didiferensialkan terhadap kepadatan dan kecepatan. Selanjutnya hasil differesial disamakan dengan nol dan diperoleh a. Kepadatan saat volume maksimum ( ) b. Kecepatan saat volume maksimum ( ) Kedua variabel di atas dimasukkan dalam persamaan (2.6), diperoleh
12 2.7 Analisis Regresi dan Korelasi Secara umum, analisa yang dipakai untuk menentukan hubungan dua variabel adalah analisis regresi dan dalam analisis ini yang sering digunakan adalah metode kuadrat terkecil yakni dengan meminimalkan nilai total dari kuadrat perbedaan antara nilai observasi dan nilai perkiraan variabel tidak bebas. Bila variabel tidak bebas Y dan variabel bebas X mempunyai hubungan linier, maka persamaan regresinya adalah dengan konstanta a dan b diperoleh dari dimana: Kekuatan hubungan antara dua variabel dihitung dengan menggunakan nilai absolute koefisien korelasi tersebut. Nilai koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: Besarnya nilai r terletak antara. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai maka antara dua variabel tersebut tidak ada hubungan.
13 Sedangkan apabila dua buah variabel mempunyai tersebut mempunyai hubungan yang sempurna., maka dua buah variabel Semakin tinggi nilai koefisien korelasi antara dua buah variabel, maka semakin tinggi kekuatan hubungan antara dua buah variabel tersebut. Begitu pula sebaliknya. Tanda (+) dan (-) pada koefisien korelasi menunjukkan arah hubungan antara dua variabel. Tanda minus (-) menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, yang artinya bila nilai satu variabel naik maka yang lain turun. Tanda (+) menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel. Artinya, bila nilai variabel yang satu naik, maka nilai variabel yang lain juga naik.