BAKTERI PENYEBAB SEPSIS NEONATORUM DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

ABSTRAK PREVALENSI GEN OXA-24 PADA BAKTERI ACINETOBACTER BAUMANII RESISTEN ANTIBIOTIK GOLONGAN CARBAPENEM DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. yang normalnya hidup sebagai flora normal di sistem

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

ANGKA KEJADIAN KLEBSIELLA PNEUMONIAE PENYANDI KLEBSIELLA PNEUMONIAE CARBAPENEMASE PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI DAN POLA RESITENSI BAKTERI BATANG GRAM NEGATIF PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM BETALACTAMASE

25 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

INFEKSI OLEH BAKTERI PENGHASIL EXTENDED-SPECTRUM BETA-LACTAMASE (ESBL) DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG:

POLA RESISTENSI Staphylococcus

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB 3 METODE PENELITIAN

DISTRIBUSI DAN POLA KEPEKAANENTEROBACTERIACEAE DARI SPESIMEN URIN DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA PERIODE JANUARI JUNI 2015

PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN NAFAS BAWAH DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAKTERI PENYEBAB SEPSIS NEONATORUM DAN POLA KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA Ety Apriliana 1), Prambudi Rukmono 2), Devi Nurlia Erdian 3), Fira Tania 4 1) Bagian Mikrobiologi FK Unila, 2) Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unila, 3) Pendidikan Dokter FK Unila Jl Sumantri Brojonegoro No 1 Gedung Meneng Bandar Lampung, 35145 Surel : eapriliana@gmail.com ABSTRACT Septicemia in neonates refers to generalized bacterial infection documented by positive blood culture in the fist four weeks of life and is one of the four leading causes of neonatal mortality and morbidity. It might be possible to reduce these factors by early diagnosis and proper management. Aim: To isolate and identify the bacterial etiologic agents responsible for neonatal sepsis and to determine the susceptibility pattern of isolate in Abdoel Moeloek Hospital Bandar Lampung. Materials And Methods: Twenty four blood samples were collected and processed from patients clinically suspected septicemia in neonates accordance with standard protocols. The antibiotic susceptibility of the isolates was done by Kirby-Bauer s disc diffusion method. Results: Blood culture reports was positive in.79% cases. Gram-negative septicemia was encountered in 62% of the culture-postive cases. Klebsiella and Pseudomonas species were the predominant pathogens. Maximum resistance among organisms was seen in Penicillin (94,7%). Imipenem were found to be good alternatif drugs. Conclusion: Gram-negative organism (Klebsiella and Pseudomonas sp) are the leading cause of neonatal sepsis in this study and most of them resistent to multiple antibiotics. Keywords : Antimicrobial resistance, antibiotics, neonatal septicemia PENDAHULUAN Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang (Depkes, 2007). Dimana angka kejadian sepsis neonatorum di negara berkembang cukup tinggi (1,8 18/1000 kelahiran hidup), sedangkan di negara maju (1 5/1000 kelahiran). (Gerdes, 2005). Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). 583

Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 bahwa angka kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa per tahun, dengan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) sebesar 48/1000 kelahiran hidup. Di RSUP Dr. Kariadi Semarang angka kejadian infeksi pada neonatus pada tahun 2004 adalah sebesar 33,1% dengan angka kematian 20,3%, di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2005 sekitar 13,68% terjadi infeksi dari seluruh kelahiran hidupdengan angka kematian mencapai 14,18% (Rohsiswatmo, 2004). Sedangkan di RSUD dr H Abdul Moeloek Lampung, angka kejadian infeksi pada tahun 2009 adalah sebesar 30,1% dengan angka kematian 40%. Pemeriksaan kultur merupakan baku emas dalam penegakan diagnosis pasti sepsis neonatorum. Penderita yang diduga sepsis harus dilakukan kultur, dengan spesimen dapat berupa darah, urin, atau cairan serebrospinal. Sepsis merupakan keadaan kedaruratan dimana keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan kematian. Sehingga kultur harus dilanjutkan dengan uji sensitivitas antibiotika sehingga terapi antibiotika yang diberikan tepat sesuai dengan pola kepekaan antibiotik pada bakteri penyebab sepsis pada penderita. Penggunaan antibiotik spektrum luas yang berdampak buruk, mengingat semakin tingginya tingkat resistensi dan toksisitasnya. Selain itu, perawatan di Rumah Sakit menjadi lebih lama dan berdampak pada biaya serta meningkatkan risiko infeksi nosokomial (Depkes, 2007). METODE Sampel darah vena perifer berasal dari penderita dengan diagnosis klinis sepsis neonatorum di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Muluk Bandar Lampung pada bulan November-Desember 2011. Diagnosis klinis sepsis neonatorum dilakukan oleh dokter spesialis anak. Penderita sepsis neonatorum dengan kelainan kongenital berat tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Dua mililiter darah vena diambil secara aseptik dari fossa cubiti anterior dan kemudian diinokulasi pada media kultur bakteri. Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan serangkaian pemeriksaan, meliputi kultur pada media spesifik untuk mengisolasi bakteri penyebab, dilanjutkan dengan pewarnaan Gram dan uji biokimia (uji gula-gula, TSI, SIM, Simon s Citrate, katalase, koagulase, DNA-ase). Pola kepekaan terhadap antibiotika diketahui dengan pemeriksaan uji sensitivitas antibiotika dengan metode difusi cakram Kirby Bauer. 584

Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan kultur bakteri pada media agar Muller Hinton. Disc antibiotik yang digunakan terdiri dari penisilin, ampisilin, sefotaksim, gentamisin, amikasin, seftazidim, vankomisin, dan imipenem. Interpretasi hasil uji sensitivitas dibandingkan dengan standar zona hambat antibiotik dari Clinical Laboratory Standards Institute (CLSI) tahun 2010. Hasil pengukuran diameter zona hambat diinterpretasikan dalam Resisten (R), Intermediet (I) dan Sensitif (S). Setiap antibiotik memiliki karakteristik yang berbeda dan efek yang berbeda pula terhadap bakteri. Hal ini pula yang menyebabkan diameter zona hambat yang dihasilkan pada bakteri berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Penderita Setelah dilakukan penelitian di Rumah Sakit Abdul Moeloek di Unit Perinatologi pada bulan November-Desember 2011, didapatkan 24 sampel yang terdiri atas pasien laki-laki 62% dan pasien perempuan 38%, dengan rentang usia 1-4 hari sebanyak 21% dan di atas usia 4 hari sebesar 79%. 2. Identifikasi Bakteri Setelah dilakukan kultur pada 24 sampel penderita didapatkan hasil 5 (21%) sampel steril, 4 (17%) isolat bakteri Gram positif, dan 15 (62%) isolat bakteri Gram negatif. Berdasarkan hasil kultur, pewarnaan Gram dan uji biokimia didapatkan spesies bakteri seperti pada Tabel 1, dengan spesie terbanyak adalah Pseudomonas sp. (25%), dan Klebsiella sp. (25%). Tabel 1. Hasil Identifikasi Isolat Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Unit Perinatologi RSAM berdasarkan Kultur dan Uji Biokimia Isolat Jumlah sampel Persentase (%) Pseudomonas sp 6 25 Klebsiella sp 6 25 Staphylococcus sp 4 17 Enterobacter sp 2 8 Escherichia coli Negatif (steril) 1 5 4 21 Jumlah 25 100 585

3. Pola Resistensi Isolat Bakteri Terhadap Antibiotik Seluruh isolat yang didapatkan dari penderita sepsis neonatorum dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik lini pertama dan lini kedua pada penatalaksanaan sepsis neonatorum. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 2, dimana pola resistensi terhadap antibiotika pada satu siolat bakteri berbeda dengan isolat lainnya. Sedangkan apabila pola resistensi terhadap antibiotika dilihat dari jenis antibiotikanya, maka hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1, dimana antibiotika penisilin memperlihatkan angka resistensi tertinggi, dimana hampir semua bakteri (94,7%) resisten terhadap Penisilin sedangkan Imipenem memiliki sensitivitas paling tinggi (73,7%). Tabel 2. Hasil Uji Sensitivitas Terhadap Antibiotik Pada Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Unit Perinatologi RSAM. No Hasil Uji Kepekaan Bakteri sampel P AMP CAZ CTX IPM VAN GN AMK 01 Staphylococcus sp. R R R R S R R S 02 Klebsiella sp. R R S S S R S S 03 Staphylococcus sp. R R R R S R R S 04 Klebsiella sp. R R R R S R S R 05 Klebsiella sp. R R R R R R S R 06 Staphylococcus sp. S S R S S S R S 07 Pseudomonas sp. R S S S S S S S 08 Pseudomonas sp. R R I I S I R S 09 Pseudomonas sp. R R R R R R R R 10 Pseudomonas sp. R R S S S R R R 11 Escherichia coli. R R R R S R R S 12 Klebsiella sp. R R R S S R R R 13 Klebsiella sp. R R R R R R R R 14 Enterobacter sp. R R R R S R I R 15 Enterobacter sp. R R R R R R R R 16 Staphylococcus sp. R S R I S S R S 17 Pseudomonas sp. R R S S S R S S 18 Pseudomonas sp. R R S I S R R R 19 Klebsiella sp. R R R R R R R R Keterangan : P (Penisilin), AMP (Ampisilin), CAZ (Seftazidim), CTX (Sefotaksim), IPM (Imipenam), VAN (Vankomisin), GN (Gentamisin), AMK (Amikasin), R (Resisten), S (Sensitif), I (intermediet). 586

PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, didapatkan 21% neonatus yang usianya berkisar antara 1-4 hari dan 79% neonatus yang berusia di atas 4 hari. Usia neonatus pada kasus sepsis neonatorum dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan asal mikroorganisme penyebab. Pada neonatus di bawah 4 tahun, penyebab umumnya berasal dari bakteri yang terdapat di jalan lahir dan bakteri yang menginfeksi ibu selama kehamilan. Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian sepsis pada neonatus dengan usia di bawah 4 hari, antara lain usia kandungan, berat lahir bayi, apgar score, asfiksia, ketuban pecah dini lebih dari 12 jam, dan kelahiran prematur (Nasution, 2008). Usia kandungan, terutama kurang dari 37 minggu, mempengaruhi kejadian sepsis dikarenakan bahwa transpor pasif imunoglobulin dimulai pada usia gestasi 8-12 minggu melewati plasenta, masuk sirkulasi fetal pada usia kehamilan 30-40 minggu, sehingga bayi yang lahir pada usia gestasi < 37 minggu (preterm) mempunyai kekebalan tubuh yang masih imatur dalam melawan infeksi sehingga mudah terjadi infeksi atau sepsis (Latif, 2003). Sedangkan pada bayi dengan berat lahir rendah mempunyai aktivitas sistem komplemen, monosit-makrofag, aktivitas kemotaksis bakterisid dan presentasi antigen oleh sel sebagai respon inflamasi jaringan masih belum sempurna, sehingga mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi (Nasution, 2008). Pada sepsis neonatorum awitan lambat (usia neonatus lebih dari 4 hari), bakteri penyebab biasanya berasal dari lingkungan luar atau rumah sakit. Selain itu, kurangnya kepatuhan tenaga medis dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa bayi, lokasi tempat mencuci tangan terlalu jauh dari posisi tempat tidur bayi, kapasitas pasien rawat inap yang terlalu banyak, jumlah tenaga medis yang banyak dan sering masuk keluar ruang perawatan neonatus risiko tinggi (Nasution, 2008), penggunaan alat dan tindakan invasif seperti pemberian nutrisi parenteral, pemasangan kateter perkutaneus, atau pemasangan ventilasi mekanik dapat menyebabkan transmisi bakteri terutama ke neonatus yang rentang terinfeksi (Távora, 2008). Pada penelitian ini didapatkan bakteri Gram negatif lebih banyak didapatkan pada penderita sepsis neonatorum, dimana Pseudomonas sp dan Klebsiella sp merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan sebagai penyebab sepsis neonatorum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kayange (2010) yang 587

mendapatkan Klebsiella sp sebagai penyebab terbanyak sepsis neonatorum. Penelitian yang dilakukan oleh Altayeb (2011) juga mendapatkan Klebsiella sp, Enterobacter sp dan Escherichia coli sebagai bakteri Gram negatif penyebab sepsis neonatorum. Klebsiella sp merupakan bakteri Gram negatif yang dapat menyebabkan berbagai infeksi di rumah sakit, seperti pneumonia, sepsis, infeksi luka operasi dan juga meningitis. Klebsiella sp umumnya ditemukan di saluran pernafasan dan juga feses manusia. Di termpat pelayanan kesehatan, Klebsiella sp dapat menginfeksi pasien yang sedang mendapatkan perawatan, terutama pasien yang menggunakan alat-alat seperti ventilator dan selang infus (Brooks, 2007). Pseudomonas sp merupakan salah satu bakteri pathogen nosokomial dan dapat tumbuh subur pada lingkungan yang basah. Pseudomonas sp sering dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat membentuk koloni pada saluran pernafasan bagian atas pada pasien yang dirawat di rumah sakit, juga pada alat-alat yang sering digunakan di rumah sakit seperti kateter ataupun selang infus. Neonatus sangat rentan terhadap infeksi, sehingga mudah untuk tertular melalui alat-alat tersebut (Brooks, 2007). Pola resistensi beberapa antibiotika yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa antibiotika yang memiliki sensitivitas paling tinggi yaitu imipenem, dimana 73,7% isolat sensitif terhadap imipenem. Sedangkan antibiotika dengan angka resistensi paling tinggi adalah penisilin, dimana 94,7% isolat resisten terhadap penisilin. Pola resistensi antibiotik golongan beta laktam seperti ampisilin 84,2%, seftazidim 68,2%, dan sefotaksim 52,6%. Sedangkan untuk golongan non beta laktam seperti vankomisin memiliki pola resistensi sebesar 78,9%. Untuk golongan aminoglikosida seperti gentamisin dengan pola resistensi sebesar 68,4% dan amikasin 52,6%. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, imipenem merupakan antibiotik yang paling sensitif yaitu sebesar 26,3% dalam mengeliminasi bakteri penyebab sepsis neonatorum di bagian Perinatologi RSAM. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Isaacs pada tahun 2005, bahwa resistensi terhadap imipenem sudah mulai muncul kirakira sekitar 20%. Imipenem masih termasuk antibiotik golongan beta laktam dari grup karbapenem dan merupakan satu-satunya obat grup karbapenem yang tersedia saat ini. Imipenem merupakan antibiotik beta laktam berspektrum paling luas yang ada saat ini (Mycek et al, 2001). Tidak hanya itu, Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) 588

yang merupakan enzim yang dapat menghidrolisis penisilin, sefalosforin generasi I, II, III dan aztreonam, tetapi tidak terjadi pada imipenem (Winarto, 2009 dan Emily 2005). Sehingga tidak heran apabila antibiotik ini memiliki sensitivitas tinggi terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Jumlah isolat 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Resisten Intermediat Sensitif Gambar 1. Pola Resistensi Terhadap Antibiotika Berdasar Jenis Antibiotika Meskipun pola resistensi pada imipenem rendah, data tersebut membuktikan bahwa saat ini sudah mulai terjadi penurunan kepekaan pada antibiotik golongan karbapenem. Hal ini dapat dilihat di negara berkembang, yang melaporkan bahwa multiresisten yang terjadi pada bakteri penyebab sepsis semakin meningkat, terutama Klebsiella sp. dan Enterobacter sp. Multiresisten yang terjadi pada Acinetobacter sp. (termasuk terhadap karbapenem) juga mulai bermunculan di seluruh dunia dengan berbagai angka prevalensi di tiap negara (Deorari, 2005). Munculnya starain resisten terhadap imipenem berkaitan dengan penggunaanya yang berlebihan. Sebenarnya karbapenem tidak boleh digunakan secara luas. Karbapenem digunakan dilaboratorium untuk menginduksi organisme pembawa gen beta laktamase yang terekspresi agar mengekspresikan gen dan memproduksi beta laktamase. Jadi penggunaan imipenem dan meropenem secara berlebihan justru akan menyebabkan organisme memproduksi beta laktamase (Isaacs, 2000). 589

Antibiotik penisilin dari golongan beta laktam merupakan antibiotik dengan tingkat resistensi paling tinggi yaitu sebesar 94,7%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami pada tahun 2010 di bagian Bedah RSAM pada luka post operasi, dilaporkan kepekaan pada penisilin mencapai 92,5%. Di bagian Perinatologi RSAM sendiri, penisilin sudah tidak digunakan lagi karena resistensinya yang sangat tinggi terhadap bakteri. Namun untuk mengatasi resistensi pada penisilin, dalam penggunaanya pada pasien sepsis penisilin dikombinasi dengan aminoglikosida umumnya terbukti efektif terhadap organisme penyebab (Rodrigo, 2002). Didapatkannya resistensi terhadap berbagai antibiotik pada isolat penderita sepsis mengindikasikan diperlukannya pemeriksaan kultur secara rutin pada penderita sepsis neonatorum dan harus dilanjutkan dengan uji sensitivitas terhadap antibiotik sehingga terapi antibiotik yang diberikan tepat. DAFTAR PUSTAKA Aletayeb SMH, Khosravi AD, Dehdastian M, Kompani F, Mortazavi SM, Aramesh MR. 2011. Identification pf bacterial agents and antimicrobial susceptibility of neonatal sepsis: A 54-month study in a tertiary hospital. African Journal of Microbiology Research. Vol 5(5) pp. 528-531 Andini, Sari. 2010. Pola Resistensi Isolat Bakteri Pada Luka Post Operasi Seksio Sesarea di Bagian Obstetri Ginekologi RSUD dr. H Abdul Moeloek di Bandar Lampung (skripsi). Bandar Lampung : FK Unila Brooks GF. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. EGC, Jakarta. Deorari A. 2005. Neonatal Sepsis Update. Dalam: Garna H, Nataprawira HMD, Alam A, penyunting. Proceedings book 13th National Congress of Child Health KONIKA XIII, Bandung : Hasan Sadikin General Hospital ;.h.61-9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Emily P. Hyle, Adam D. Lipworth, Theoklis E. Zaotis, Nachamkin. Irvin, Neil O. Fishman, Warren B. Bilker, et al. 2005. Risk Factor for Increasing Multidrug Resistance among Extended-Spectrum β-lactamase-producing Escherichia coli and Klebsiella Species. Chicago Journal. Isaacs D. 2000. Rationing antibiotics use in neonatal units. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2000; 82: F1-2. Mycek, Mary J., Richard A Harvey., Pamela C Champe. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika, Jakarta. hlm. 475. 590

Nasution DA. 2008. Faktor Risiko dan Kesamaan Jenis Kuman Jalan Lahir Ibu Dengan Kultur Darah pada Sepsis Neonatal Awitan Dini. (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang. Rodrigo I. 2002. Changing patterns of neonatal sepsis. Sri Lanka J Child Health; 31:3-8 Rohsiswatmo R. 2005. Kontroversi Diagnosis Sepsis Neonatorum. Dalam: Update in Neonatal Infection. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA XLVIII. Jakarta. Tavora AC, Castro AB, Militao MAM, Girao JE, Ribeiro KC and Tavora LG. 2008. Risk Factors for Nosocomial Infection in a Brazilian Neonatal Intensive Care Unit. The Brazilian Journal of Infectious Diseases. 12(1):75-79. Utami, Palupi Maliku Ning. 2010. Pola Resistensi Isolat Bakteri Pada Luka Post Operasi Di Bagian Rawat Inap SMF Bedah RSUD dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung (Skripsi). Bandar Lampung : FK Unila Winarto. 2009. Prevalensi Kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) dari Material Darah di RSUP Dr. Kariadi Tahun 2004-2005 (Skripsi). Semarang : Media Medika Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.; 260 67. 591