BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sekadar merealisasikan kata-kata, melainkan dengan sendirinya kata-kata itu mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

SILABUS PEMBELAJARAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang maknanya menjadi sulit diterka karena pemahaman makna tersebut tidak hanya berasal dari dalam tuturan tetapi juga dari luar tuturan. Begitu pula ketika memaknai film, pemahaman kita terhadap isi film tidak hanya mengacu pada film yang sedang kita tonton tetapi juga mengaitkannya dengan pengetahuan di luar film tersebut (Yule, 1996:3). Pengetahuan tersebut dapat membantu kita memahami film tersebut secara umum lebih dalam terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersebut. Hubungan antaradegan dan dialog dalam film membentuk suatu keutuhan yang saling terkait dan memberikan pemahaman tertentu kepada penontonnya. Keutuhan film sebagai wacana tersebut dapat memberikan gambaran mengenai garis besar cerita yang ingin disampaikan bahkan sampai detail terkecil dari film tersebut. Adegan-adegan yang ada dalam film menggambarkan perjalanan alur dan konflik yang dihadapi tokoh. Dialog-dialog mencoba menyuarakan apa yang sedang dialami atau dipikirkan oleh tokoh tersebut. Penggabungan kedua unsur penting dalam film tersebut, diharapkan dapat menyampaikan pesan dari pembuat film tersebut. Selain unsur-unsur tersebut dalam film juga terdapat unsur lain, antara lain efek suara, teknik editing, dan angle kamera yang ikut membantu penyampaian pesan tersebut dalam wacana film. Pemaknaan film dapat terjadi ketika tuturan yang disampaikan oleh partisipan tutur dipahami oleh penonton serta adanya pengetahuan bersama yang melatari dan konteks situasi yang terjadi dalam tuturan. Anggapan tersebut terbentuk ketika penonton menonton awal film, berada di tengah-tengah film, sampai akhirnya penonton mengetahui akhir cerita dalam film tersebut. Banyak media yang mencoba mengarahkan pemahaman calon penonton mengenai film yang akan ditontonnya, misalnya melalui resensi film di majalah atau televisi.

2 Kesinambungan antarteks film, dalam hal ini dialog, dan juga adegan yang memvisualisasikan pesan menjadi penting ketika film itu sudah dipahami dengan melenceng oleh pentontonnya. Ketika praanggapan terbentuk di benak penonton saat menonton awal suatu adegan, penonton memiliki asumsi awal yang kemungkinan berbeda dengan asumsi berikutnya. Saat mengaitkan kelanjutan cerita lengkap antara tuturan dengan visualisasi serta akting pemainnya, keutuhan dari isi adegan tersebut menjadi tercapai dan koheren dengan adegan berikut. Adegan dalam film ini merupakan bagian-bagian yang saling berkaitan dan akhirnya membentuk keutuhan film. Begitu pula jika adegan dan dialog yang tercipta tidak sesuai dan menimbulkan adanya kekosongan antaradegan bisa membuat pesan yang disampaikan menjadi tidak jelas. Hal ini terkadang tidak menjadi masalah ketika seorang pembuat film membuat film dengan idealisme atau unsur seni yang lebih ditonjolkan. Pembuat film tersebut tidak memaksa penonton untuk memaknai film dengan akhir yang eksplisit atau sesuai dengan keinginan pembuatnya. Pembuat film lebih banyak membebaskan penontonnya untuk berimajinasi dengan pikirannya. Film Janji Joni yang akan dibahas dalam penelitian ini merupakan film yang bercerita tentang seorang pengantar rol film yang bekerja di bioskop. Dalam film tersebut, dijelaskan secara singkat mengenai isi film. Kemudian dari penjelasan tersebut, tentunya kita membutuhkan pengetahuan mengenai film dan bioskop agar memahami pekerjaan tokoh utama dan cerita film seutuhnya. Selain itu pengetahuan tambahan mengenai siapa saja orang-orang di balik film tersebut juga dapat membantu memahami film lebih dalam, contohnya pemainnya. Tokoh utama Janji Joni yang diperankan oleh Nicholas Saputra memberikan pengetahuan bersama mengenai siapakah Nicholas Saputra tersebut dan juga pengetahuan jenis film apa yang pernah dilakoninya. Nicholas Saputra yang pernah bermain dalam beberapa film Indonesia drama dan memerankan peran yang kebanyakan merupakan protagonis, yaitu peran utama dalam lakon drama atau film (KBBI). Pengetahuan ini bisa membantu penonton mengarahkan penonton memahami jalan cerita film dan memahami akting Nicholas Saputra sebagai aktor andal yang memerankan tokoh utama.

3 Berbicara tentang praanggapan, praanggapan adalah bagian dari pragmatik yang mengaitkan dua proposisi sehingga dapat dipahami maknanya. Praanggapan didapatkan dari pernyataan yang disampaikan tanpa perlu ditentukan apakah praanggapan tersebut benar atau salah, yang mengacu pada pernyataan sebenarnya. Pemahaman mengenai praanggapan ini melibatkan dua partisipan utama, yaitu 2 penutur atau yang membuat suatu pernyataan atau tuturan dan lawan tutur dan biasa diasosiasikan dengan pemilihan kata atau diksi, frase, dan struktur (Yule, 1996 :26). Dari uraian yang telah disampaikan oleh Yule tersebut terlihat adanya indikasi terjadinya praanggapan yang dapat menjadi aktual ketika praanggapan tersebut berkaitan dengan konteks dalam komunikasi. Praanggapan dapat diteliti melalui tiga kajian ilmu, yaitu semantik, analisis wacana, dan pragmatik. Semantik merupakan kajian yang memaknai suatu tuturan tanpa melihat adanya konteks. Dalam kajian wacana yang melihat sebuah gagasan dalam tuturan dilihat melalui kohesi dan koherensinya. Pragmatik melihat tuturan secara lengkap beserta konteks situasinya. Praanggapan juga didefinisikan sebagai suatu hal yang dipercaya sebagai latar belakang, kaitannya dengan tuturan yang dimiliki dan diketahui oleh penutur dan mitra tutur sebagai tuturan yang sesuai dengan konteks (Levinson, 1993:179). Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan pendekatan pragmatik. Penelitian mengenai praanggapan dapat menjadi sangat luas bergantung pada data apa saja yang memungkinkan adanya praanggapan. Selama data tersebut memenuhi komponen-komponen yang melibatkan tuturan dari partisipan, konteks situasi, dan detail-detail yang membantu proses komunikasi, makna yang terkandung dalam data tersebut memungkinkan untukk diteliti praanggapannya. Data-data yang memuat konteks situasi tutur dalam berkomunikasi dalam ragam sosial masyarakat, baik budaya atau adat yang berlaku dapat kita temukan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Setiap situasi sosial membutuhkan cara penyampaian tuturan dan tuturan tersebut dimaknai. Karakter dalam tiap ragam sosial membentuk pemahaman dan anggapan yang ada dalam memaknai suatu gagasan (Grundy, 2000:197). Dalam data lisan terkandung tuturan, latar, partisipan, dan pengetahuan bersama yang dapat membantu peneliti dalam memahami makna di balik tuturan tersebut. Dalam data lisan dan tulisan atau

4 wacana yang memiliki banyak gagasan terdapat banyak ide disampaikan melalui tuturan. Dalam wacana tersebut dipastikan terdapat pesan yang ingin disampaikan pada target wacana tersebut. Melihat banyaknya bentuk wacana yang ada, penelitian ini akan lebih terfokus pada wacana berbentuk lisan. Pragmatik dapat didefinisikan sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi ujar (Leech, 1993 : 8). Mengacu pada konteks film, terdapat berbagai situasi yang mendukung tiap adegan dan ujaran yang maknanya berbeda-beda. Pemahaman dan pengkajian pragmatik di sini cenderung lebih umum karena tidak terbatas pada suatu situasi budaya atau sosial tertentu. Kajian linguistik yang membahas makna lewat asumsi adalah praanggapan yang merupakan bagian dari pragmatik. Praanggapan adalah is something the speaker assumes to be the case prior to making an utterance. Dalam konteks ini pembicara yang memiliki praanggapan, bukan pernyataannya. Selain itu, praanggapan berkaitan erat juga dengan entailment atau keterikutan, something that logically follows from what is asserted in utterance. Kebalikan dari praanggapan, pernyataannyalah yang memiliki keterikutan bukan pembicaranya (Yule, 1996 : 25). Dalam penelitian ini pembahasannya hanya terbatas sampai praanggapan saja tanpa masuk pada pembahasan entailment lebih dalam. Wacana merupakan suatu ide yang ingin disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk (Johnstone, 2002:3). Wacana terdiri atas beberapa bentuk, antara lain dapat berupa satu kalimat dalam slogan iklan, satu halaman cerita pendek, hingga satu buku novel (Johnstone, 2002:19). Kebutuhan dalam isi wacana disesuaikan dengan target yang dituju dan isi dari wacana itu tersebut. Dalam suatu wacana terdapat banyak permasalahan yang dicoba untuk diutarakan, baik secara intrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik. Terkadang dalam wacana pun terdapat multiinterpretasi dari pembacanya. Oleh karena itu, dalam suatu wacana diperlukan konteks yang bisa dikaitkan dengan latar belakang pengetahuan pembacanya. Konteks tersebut menjadi sangat penting ketika sasaran yang dituju melalui wacana tersebut tidak mengaburkan makna dari wacana tersebut. Konteks adalah pengetahuan yang didapat dari situasi tutur yang juga membantu penemuan makna dari sebuah tuturan (Grundy, 2000 : 196)

5 Film menurut KBBI (Depdiknas, 2005: 316) adalah lakon (cerita) gambar hidup juga merupakan salah satu karya seni buatan manusia yang juga salah satu bentuk wacana. Nadar menyatakan bahwa film merupakan salah satu sumber lisan dalam kajian pragmatik berupa data lisan yang tidak natural. Film memuat aneka dialog dengan bersandarkan pada kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya film merupakan representasi kehidupan nyata. Tuturan dalam film dianggap sebagai drama yang diperagakan yang didapat melalui teknik-teknik tertentu (Nadar, 2009:107-108). Drama menurut Mahayana adalah bentuk karya sastra yang setiap peristiwa dibangun lewat rangkaian dialog tokoh-tokohnya. Dialog begitu penting dalam drama karena dari sanalah adegan demi adegan mengungkapkan watak tokoh, latar, waktu, tempat, tema cerita, dan bentuk alur. Dialog menjadi hakikat utama dalam drama (Mahayana, 2005: 136). Dari pernyataan di atas, tuturan yang disampaikan dalam drama merupakan elemen penting yang mampu mengungkap semua yang ingin disampaikan. Bentuk tuturan dalam film yang disampaikan oleh Nadar, merupakan aplikasi dialog drama ke dalam film sehingga peran tuturan menjadi sama penting. Dalam film dapat ditemukan banyak pesan dan makna yang cenderung bersifat multiinterpretasi, yaitu memunculkan beragam anggapan atau asumsi dari penonton. Film berawal dari sebuah skenario yang pada akhirnya direalisasikan dalam bentuk film hingga dapat ditonton oleh khalayak ramai. Terkadang banyak perubahan yang terjadi dalam eksekusi film dari skenarionya. Penyesuaian dapat terjadi akibat adanya situasi yang berbeda antara skenario dengan situasi di lokasi syuting. Dialog-dialog yang ada dalam skenario pun dapat mengalami perubahan sesuai kebutuhan adegan, audio maupun visual. Saat ini film tidak hanya media yang berguna menghibur masyarakat namun juga menjadi alat propaganda dan juga pembelajaran bagi siapa yang menontonnya. Hal tersebut dapat kita temukan dan teliti berdasarkan dialogdialog yang membantu adegan dari awal sampai akhir film tersebut dan membekas di benak penontonnya. Makna yang disampaikan oleh film dapat dipahami berbeda bagi masing-masing orang, begitu pula dampak yang muncul

6 bagi penonton tersebut. Makna mendalam tentang sebuah film belum tentu bermakna sama bagi orang lain. Masing-masing orang memiliki pemaknaan sendiri terhadap apa yang disampaikan dan juga apa yang ingin dipahami melalui penggunaan bahasa (Grundy,2000:3). Background knowledge adalah pengetahuan yang melatari suatu pemahaman dalam wacana (Nunan : 1993). Film juga merupakan salah satu wacana yang memungkinkan adanya kemunculan pemahaman yang berbeda. Film tidak sekadar menghadirkan suatu cerita mengenai tokoh-tokoh dan konfliknya, terkadang film juga menampilkan masalah yang tidak terpecahkan hingga film tersebut berakhir. Dalam film, makna yang implisit sangat mungkin terjadi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penelitian ini akan membahas tuturan dalam film Janji Joni untuk melihat adanya praanggapan yang muncul dalam film ini. Film Janji Joni adalah film karya perdana Joko Anwar yang beredar tahun 2005. Film ini dipilih penulis sebagai data yang diambil untuk penelitian karena film ini merupakan film yang muncul pada era kebangkitan film nasional. Dalam film ini terdapat banyak adegan yang menunjukkan sinkronisasi 1 antara adegan dengan dialognya. Film ini merupakan film yang menampilkan banyak tokoh pendukung selain Joni sebagai tokoh utamanya. Untuk penelitian ini, diambil tuturan pada beberapa adegan. Pemilihan adegan tersebut, tidak secara langsung berkaitan dengan plot atau jalan ceritanya, Pemilihan adegan tersebut adalah dengan dasar adegan tersebut mendukung kesatuan jalan cerita dalam film. Dalam film Janji Joni terdapat potongan adegan yang memiliki banyak latar dan konteks yang dapat diambil sebagai contoh pembahasan praanggapan ini. Film merupakan suatu bentuk representasi kehidupan nyata yang berupa tuturan dan didapat melalui teknik-teknik tertentu seperti pengambilan gambar, akting, dan juga dialog pemainnya. Atas dasar tersebut, film dapat digunakan sebagai salah satu korpus 1 penyesuaian antara bunyi (suara) dng sikap mulut atau mimik (tt film), antara gerak atau acting dengan tuturan terdapat kesinambungan. (KBBI)

7 data penelitian, termasuk kajian pragmatik (Nadar, 2009:107). Dengan adanya pendapat mengenai film sebagai data, penelitian ini dibuat sebagai analisis makna yang terkandung dalam film. Dari hal-hal yang berkaitan dengan tuturan, yaitu konteks, pengetahuan bersama, dan partisipan, penelitian mengenai film Janji Joni ini mengacu pada praanggapan yang juga dikaitkan dengan situasi-situasi latar yang menggunakan pendekatan pragmatik. Setiap adegan dengan berbagai tuturan tersebut dalam potongan film akan dilihat dari konteks situasi, pengetahuan bersama, dan partisipan. 1.2 Perumusan Masalah Praanggapan yang muncul dalam film membantu mengarahkan penonton untuk menemukan koherensi antaraadegan film. Penulis ingin mengetahui bagaimana suatu praanggapan muncul melalui tuturan film Janji Joni tersebut. Selain itu penulis juga ingin mengetahui dari praanggapan-praangapan yang muncul, jenis praanggapan apa saja yang muncul serta membagi praanggapanpraanggapan tersebut sesuai dengan penandanya. Adegan yang dibangun melalui tuturan para partisipannya dan konteks situasi yang terjadi serta pengetahuan bersama yang melatari tentu menimbulkan banyak pemahaman dan praanggapan. Penelitian ini akan melihat apa kaitan kemunculan ketiga unsur tersebut dalam film secara keseluruhan adegan. Berangkat dari masalah tersebut, penulis mencoba menggali lagi praanggapan yang muncul dalam film Janji Joni sebagai kajian makna tuturan film. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang sudah disampaikan di atas, tujuan penelitian ini adalah 1. menjelaskan praanggapan yang muncul melalui tuturan dalam adeganadegan film Janji Joni.

8 2. menjelaskan jenis-jenis praanggapan yang muncul dalam adegan-adegan film Janji Joni yang dikaitkan dengan konteks situasi, partisipan, dan pengetahuan bersama yang melatari tuturan tersebut. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dibatasi sampai kemunculan praanggapan dan maknanya dalam adegan film Janji Joni. Penelitian ini juga akan meneliti tuturan dalam data-data yang sudah dipilih saja dan tidak setiap tuturan akan dicari praanggapannya. Setiap kalimat memungkinkan muncul suatu praanggapan, tetapi penelitian ini akan dibatasi hanya pada tuturan yang berkaitan secara langsung dengan konteks situasi, partisipan, dan pengetahuan bersama. 1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Pemerolehan Data Pemilihan film Janji Joni berdasar atas pengamatan penulis pada film tersebut yang memiliki unsur tuturan yang sinkron dengan adegan-adegan pemainnya. Tidak semua adegan dalam film diambil sebagai data, tetapi hanya beberapa adegan yang dianggap memiliki keutuhan konteks dan ujaran sehingga memenuhi kebutuhan yang ingin dicapai dalam melihat pragmatik dan praanggapan yang ada di dalamnya. Alasan pemilihan korpus data tersebut karena dalam adegan-adegan yang dipilih tersebut terdapat konteks yang erat kaitannya dengan pemahaman mengenai adegan tersebut. Konteks yang diambil dalam adegan tersebut mencakup latar visual, pengetahuan bersama di dalam maupun luar adegan, dan tuturan yang muncul dalam bentuk dialog dan monolog. Dalam data yang akan diteliti terdapat beberapa jenis tuturan, antara lain monolog, dialog, dan dialog dengan bantuan narator. Ketiga jenis tuturan tersebut muncul bergantian dengan porsi yang berbeda-beda. Pemilihan jenis tuturan tersebut juga melihat jumlah partisipan dan cara penyampaian tuturan yang pada akhirnya menjadi salah satu konteks situasi tuturan. Jenis-jenis tuturan dalam data

9 yang akan diteliti adalah tuturan yang disampaikan oleh partisipan tutur baik secara langsung maupun gumaman yang disuarakan. Monolog yang disampaikan dalam tuturan ini melibatkan dua partisipan yang saling mengutarakan pikirannya masing-masing. Monolog menurut KBBI adalah pembicaraan yg dilakukan dengan diri sendiri, adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri; -- dramatik Sas sajak yg terdiri atas kata-kata yg diucapkan seorang tokoh tunggal pd saat kritis yang mengungkapkan keadaan dirinya dari situasi yang dihadapinya (Depdiknas, 2005:754). Dari pengertian tersebut, monolog yang dilakukan dalam tuturan tersebut merupakan tuturan yang disampaikan kepada diri partisipan sendiri dan tidak diketahui partisipan tutur lainnya. Dalam data terdapat dua buah tuturan monolog yang diteliti. Menurut KBBI dialog adalah di a log n 1 percakapan (dl sandiwara, cerita, dsb); 2 karya tulis yg disajikan dl bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih (Depdiknas: 2005, 261). Tuturan yang disampaikan dengan bentuk dialog memungkinkan munculnya praanggapan dari lawan tutur. Respon yang dihasilkan lawan tutur bisa jadi merupakan hasil praanggapan dari tuturan yang disampaikan sebelumnya. Tuturan yang terdapat dalam data penelitian ini menunjukkan adanya respon satu antar partisipan yang memungkinkan terdapat pengetahuan bersama antar keduanya sehingga mampu menyampaikan tuturan yang koheren. Kedua jenis tuturan ini merupakan tuturan yang paling banyak muncul dalam adegan film dan data berjenis itulah yang akan diteliti praanggapannya. Tuturan yang terdapat dalam adegan merupakan bentuk ragam lisan, tetapi dalam penelitian ini tuturan tersebut ditranskripsikan dalam bentuk tulisan. Transkripsi data menjadi tulisan ini ditujukan untuk memudahkan penelitian dan memberikan detail pada tiap tuturan. Transkripsi didapat melalui tuturan yang muncul dalam adegan film dan dipaparkan sebagai data berbentuk tulisan. 1.5.2 Metode Pengolahan Data

10 Tujuh data dipilih berdasarkan tuturan dan juga kelengkapan adegan yang meliputi konteks situasi, partisipan, dan juga pengetahuan bersama yang ada dalam adegan tersebut. Tuturan-tuturan yang ada dalam tujuh adegan dibantu dengan konteks situasi, partisipan, dan juga pengetahuan bersama yang memungkinkan muncul praanggapan yang nantinya membantu pemahaman antaradegan dalam film. Tujuh data tersebut kemudian ditranskripsikan dan dilihat kemunculan praanggapannya. Setelah praanggapan dalam data tersebut dipaparkan, praanggapan tersebut lalu diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis praanggapan yang juga dilihat dari konteks, partisipan, dan pengetahuan bersama yang mendukung. 1.5.3 Metode Analisis Data Ketujuh data adegan dalam film Janji Joni merupakan adegan yang dapat mewakili isi cerita secara keseluruhan baik dari segi tuturan aktor, aktingnya, dan juga konteks situasinya. Setelah tujuh data adegan dalam film sudah ditemukan, proses selanjutnya adalah menganalisis tuturan-tuturan dan adegan-adegan tersebut berdasarkan jenis-jenis praanggapan, sesuai dengan teori Yule (199) dan Grundy (2000). Langkah pertama adalah melihat tuturan dalam adegan dari seluruh partisipan tutur. Kemudian akan dijabarkan unsur-unsur apa saja yang membantu pemahaman konteks situasi adegan tersebut sehingga deskripsi dari data tersebut dapat dimengerti. Klasifikasi praanggapan akan dibagi berdasar kaitan dengan konteks situasi, partisipan, dan pengetahuan bersama yang muncul dalam tiap tuturan. Setelah diadakan pengklasifikasian, dilakukan pembahasan mengenai praanggapan yang dibahas satu persatu lalu dikaitkan dengan praanggapan yang muncul berikutnya. Pembahasan data dan praanggapan yang muncul satu persatu bertujuan untuk memaparkan secara rinci tuturan apa yang disampaikan, lalu unsur-unsur apa saja yang mendukung munculnya praanggapan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metodologi yang disampaikan oleh Soejono dan Abdurrahman (2005). Soejono dan Abdurrahman menyampaikan bahwa metode deskriptif tidak lebih dari

11 penelitian yang bersifat penemuan fakta-fakta seadanya atau disebut juga fact finding. (Soejono, 2005 : 24). Peneliti yang menggunakan metode deskriptif ini diharapkan bisa menjelaskan setiap langkah penyelidikan deskriptif itu dengan teliti dan terperinci. Prosedur yang digunakan dalam penelitian deksriptif diharapkan juga dijabarkan dengan jelas dan dilakukan pengawasan terhadap data tersebut. Nasution dalam Soejono juga mengungkapkan bahwa metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang dikembangkan dalam penelitian ilmuilmu sosial karena memang kebanyakan penelitian sosial bersifat deskriptif (Soejono, 2005 : 19). Meskipun penelitian ini termasuk dalam penelitian bahasa, namun unsur sosial masih termasuk di dalamnya mengingat bahasa merupakan alat komunikasi dalam lingkup sosial. 1.6 Sistematika Penyajian Sistematika dalam penyajian penelitian ini, pertama-tama bab I akan memuat pendahuluan dan latar belakang, termasuk juga perumusan masalah dan tujuan penelitian. Kemudian penelitian terdahulu dan kerangka teoretis akan disampaikan dalam bab II. Pada bab tersebut juga akan dipaparkan teori-teori para ahli yang akan digunakan dalam analisis data penelitian. Pada bab III akan disampaikan analisis keseluruhan data dan sekilas cerita film Janji Joni. Data tuturan akan disampaikan secara urut mulai data 1 sampai 7 diikuti deksripsi adegan dan kesimpulan analisis. Terakhir, kesimpulan penemuan penelitian dapat ditemukan di bab IV beserta saran bagi penelitian berikutnya.