Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Siti Sundari * ), Sigit Ambar Widyawati ** ), Auly Tarmali ** ) * ) Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ** ) Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Ngudi Waluyo ABSTRAK Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak. Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk dengan program keluarga berencana, diantaranya yaitu dengan meningkatkan pemilihan alat kontrasepsi jangka panjang seperti kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device). IUD merupakan salah satu jenis kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Desain penelitian dengan menggunakan cross sectional. Populasi adalah wanita PUS di Desa pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dengan jumlah 1097. Pengambilan sampel dilakukan dengan Propartional Stratified Sampling terhadap 92 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square dan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov dan kemaknaan α=0,05. Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara variabel pengetahuan (p-value=0,003) dan dukungan suami (p-value=0,021) dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD pada wanita PUS, sedangkan pendidikan tidak berhubungan (p-value=0,934). Disarankan kepada pasangan usia subur agar meningkatkan partisipasinya serta berperan aktif dalam penyebaran informasi tentang alat kontrasepsi IUD guna untuk peningkatan pemilihan kontrasepsi IUD. Kata Kunci : IUD, pendidikan, pengetahuan, dukungan suami ABSTRACT Indonesia is the 4th in the world with the largest population. One of the government's efforts to reduce the population by family planning programs, among which to improve the selection of long-term contraceptives such as the contraceptive IUD (Intra Uterine Device). IUD is one of the ideal long-term contraception in an attempt to space pregnancy.the study aimed to determine what factors are related with 1
IUD (Intra Uterine Device) selection in contrceptive fertile aged women at Pasekan village Ambarawa sub district of Semarang regency. This was a cross sectional design. The population were women PUS in the PasekanVillage Ambarawa sub District of Semarang Regency with total 1097. The sample in this study using a stratified sampling technique sampling Propartional to 92 respondents. Collecting data using a questionnaire. Data analysis using Chi-Squaretest and Kolmogorov-Smirnov test alternatives with a significant α=0,05. The results showed that based on the bivariate analysis there was a relationship between the variables of knowlodge (p-value=0,003) and support husband (p-value=0,003) with selection of IUD contraceptive, while education no a relationship with the selection of IUD contraceptive in women PUS (p-value=0,934). It is recommended to couples of childbearing age in order to increase the participation and active role in the dissemination of information about contraception in order to increase the selection of IUD contraception. Key words : IUD, education, knowledge, support husband PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah India, China dan Amerika Serikat. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia (LPP) 1,49 %, angka ini masih cukup tinggi walaupun mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk dari tahun sebelumnya. Sementara berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka fertilitas total pada pasangan usia subur mengalami tidak mengalami perubahan dibandingkan survey sebelumnya tahun 2002. 1 Salah satu program untuk menangani masalah kependudukan yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai integral dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan ganda yaitu mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Keadaan ini dapat dicapai dengan menganjurkan pada Pasangan Usia Subur (PUS) untuk mengikuti progam Keluarga Berencana. 2 Berdasarkan sasaran program KB dalam RKP (Rencana Kerja Pemerintah) tahun 2012 PA MKJP (Program Absolut Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) sekitar 25,9 % dari seluruh peserta KB, sedangkan kenyataannya pencapaian MKJP masih jauh dibawah angka tersebut. Menurut hasil Mini Survei 2011 pencapaian MKJP baru mencapai sekitar 12,7% sementara untuk pencapaian prevalensi IUD 5,28%. 3 IUD adalah metode kontrasepsi yang paling efektif untuk menjarakkan kehamilan karena tingkat kegagalan kontrasepsi IUD ini sangat kecil yaitu kurang lebih 1 persen sehingga 2
pengaruhnya cukup besar bagi kesehatan reproduksi wanita dan IUD mempunyai masa kerja yang panjang, berbeda dengan kontrasepsi hormonal yang dapat berpengaruh pada tubuh dan dapat menimbulkan efek samping secara sistemik. 4 Berdasarkan data yang diperoleh dari bidan desa di Desa Pasekan, jumlah PUS adalah 1097 jiwa, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif adalah 1.084 jiwa. Dengan perincian sebagai berikut: suntik 611 orang (50,49%), pil 37 orang (3,05%), IUD 53 orang (4,38%), MOP/MOW 59 orang (4,87%), implant 236 orang (19,50%) dan kondom 2 orang(0,16%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pemakaian alat kontrasepsi IUD masih sangat rendah dibawah target pencapaian MKJP yaitu kurang dari 25,9%. Data di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan IUD masih rendah, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor diantaranya rendahnya pendidikan, ketidaktahuan peserta KB terhadap kelebihan IUD serta kurangnya dukungan dari suaminya yang dapat mempengaruhi psikologi seorang wanita PUS untuk memilih kontrasepsi. 6 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD pada wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mempelajari atau mengetahui variabel penelitian dengan cara mengamati dan mengidentifikasi variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dalam satu waktu yang bersamaan yang berhubungan dengan faktor-faktor pemilihan alat kontrasepsi IUD. 7 Penelitian dilakukan di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang pada tagl 6-8 juli Tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarwa Kabupaten Semarang dengan jmlah 1097 jiwa. Sampelnya sebanyak 92 responden dengan menggunakan teknik sampling propotional stratified sampling. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner (tentang karakteristik responden, pengetahuan responden tentang IUD dan dukungan suami serta pemilihan kontrasepsi IUD). 7 Analisis data menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi IUD, memalui program SPSS 16,0 for windows pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Dasar pengambilan ketentuan yaitu berdasarkan perbandingan antara nilai p-value terhadap α, p-value α maka hipotesis penelitian ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel bebas dan variabel terikat, dan bila p-value > α maka hipotesis 3
penelitian diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel bebas dan variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Ditribusi Pendidikan, Pengetahuan, Dukungan Suami dan Pemilihan Kontrasepsi pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, 2014 Variabel Frekuensi Persentase (%) Pendidikan Dasar 79 85,9 Menengah 11 12,0 Atas 2 2,1 Pengetahuan Kurang 14 15,0 Cukup 48 52,2 Baik 30 326 Dukungan Suami Mendukung 45 48,9 Tidak 47 51,1 Mendukung Pemilihan Kontrasepsi IUD 26 28,3 Non IUD 66 71,7 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa distribusi tingkat pendidikan responden, sebagian responden memiliki tingkat pendidikan dasar (85,9%), untuk distribusi tingkat pengetahuan responden, sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan cukup (52,2%) responden, kemudian untuk distribusi dukungan suami responden hampir merata dengan yang tidak mendapat dukungan suami (48,9) dan untuk distribusi pemilihan alat kontrasepsi responden, sebagian besar responden memilih kontrasepsi non IUD (71,7). Berdasarkan data di atas, hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki pendidikan yang rendah. Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi serta menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di perkenalkan atau informasi terbaru. 8 Masih rendahnya pendidikan juga dikarenakan oleh jauhnya dengan sarana prasarana menuju tempat pendidikan yang lebih menunjang seperti SMA dan perguruan tinggi, yaitu letaknya di perkotaan yang jauh dari desa, serta juga masih banyaknya nikah usia muda dan berdasarkan wawancara responden banyak yang pencaharian petani. Tingkat pengetahuan responden di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup tentang IUD. Intra Uterin Device (IUD) adalah suatu alat atau benda yang dimasukan dalam rahim yang sangat efektif, reversible dan berjangka panjang. 9 Berdasarkan kuesioner sebagian responden kurang mengetahui tentang jenis-jenis kontrasepsi, keuntungan dan kerugian IUD, dan cara kerja. Hal ini dapat terjadi dikarenakan responden dalam menerima informasi tentang kontrasepsi dan IUD, tidak hanya dari satu arah saja, misalnya dari pengalaman responden sendiri, dari penyuluhan, dari informasi baik dari tenaga kesehatan yang ada dan dari informasi 4
dari orang disekitarnya yang memungkin informasi yang didapat berbeda-beda. Dukungan suami responden di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa rata-rata mendapat dukungan suami terhadap pemilihan kontrasepsi IUD. Berdasarkan dari 45 responden (48,1%) yang mendapat dukungan suami, mereka mendapatkan dukungan tersebut baik berupa dukungan moral dan material. Dukungan suami adalah dorongan terhadap istri baik berupa moral maupun material. Kehadiran orang lain/istri bagi seorang suami yang mengalami kesulitan diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga dapat mengurangi beban yang di rasakannya. 10 Pemilihan kontrasepsi responden berdasarkan data 71,7 % responden memilih kontrasepsi selain IUD. Ada beberapa alasan rendahnya penggunan IUD yaitu kurangnya informasi dan responden merasa takut karena mendengar informasi negatif tentang pemasangan IUD yang sakit. Hal ini adalah salah satu bentuk kesalahan penerimaan informasi karena kurangnya pengetahuan terhadap kontrasepsi. Sesungguhnya pengetahuan tidak hanya bisa didapatkan dari pendidikan formal saja melainkan dari pendidikan informal seperti media masa, media elektronik dan info orang lain. Fakta tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Handayani (2010) bahwa IUD adalah alat kontrasepsi yang mempunyai banyak keunggulan namun tidak semua akseptor berminat dengan alasan takut akan IUD yang dapat mempengaruhi kurangnya minat pemilihan IUD. 11 Analisis Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, 2014 Tabel 2 Analisis Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, 2014 Pilihan kontrasepsi Total Variabel IUD Non IUD p-value f % f % f % Pendidikan Tinggi 6 46,2 7 74,7 13 100,0 0,934 Rendah 20 25,3 59 100,0 79 100,0 Pengetahuan Baik 15 50,0 15 50,0 30 100,0 Kurang Baik 11 17,7 51 82,3 62 100,0 0,003 Dukungan Suami Mendukung 19 42,2 26 57,8 45 100,0 0,007 Tidak mendukung 7 14,9 40 85,1 47 100,0 5
1. Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Berdasarkan tabel 2 diatas, bahwa distribusi tingkat pendidikan sebelumnya dilakukan penggabungan sel antara pendidikan menengah dan tinggi menjadi satu sel yaitu kategori tinggi dan dasar diganti menjadi pendidikan rendah. Kemudian didapatkan hasil penelitian bahwa dari 26 responden yang memilih kontrasepsi IUD sebanyak 6 orang (46,2%) memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan sebanyak 20 orang (25,3%) memiliki tingkat pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan persentase, pemilihan kontrasepsi IUD lebih banyak berasal dari responden yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov- Smirnov didapatkan nilai p-value = 0,934) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepi IUD pada wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi responden (wanita PUS) dalam pemilihan kontrasepsi IUD. Kemungkinan ada faktor lain yang lebih dominan yang dapat berpengaruh pada wanita PUS untuk memutuskan memilih kontrasepsi. Misalnya faktor tersebut berasal dari dukungan suami yang memberikan ijin istrinya untuk memilih alat kontrasepsi yang akan istrinya gunakan, faktor yang lain yaitu adanya persepi negatif terhadap informasi tentang IUD. Oleh karena itu, pendidikan wanita PUS baik tinggi maupun rendah tidak akan mempengaruhi seseorang tersebut dalam memilih kontrasepsi. 2. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Berdasarkan tabel 2 di atas, bahwa distribusi tingkat pengetahuan, sebelumnya dilakukan penggabungan sel antara kategori kurang dan cukup menjadi satu sel menjadi kategori kurang baik, dan kategori baik diganti menjadi kategori cukup. Kemudian didapatkan hasil penelitian bahwa dari 26 responden memilih kontrasepsi IUD yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 15 orang (50,0%) dan yang memeliki pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (17,7%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square Test didapatkan nilai p-value=0,003. maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD. Ini menandakan semakin tinggi pengetahuan wanita PUS maka semakin tinggi juga yang memilih alat kontrasepsi IUD. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan 6
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Dimana dalam pemilihan IUD akan sangat dipengaruhi oleh persesi responden tentang IUD dimana pada responden yang sudah pernah pmendapatkan informasi dan sudah mengetahui tentang IUD akan memiliki persepsi yang baik tentang IUD itu sendiri. Akan tetapi, sebaliknya jika seseorang yang belum pernah mendapatkan informasi yang jelas tentang IUD maka besar kesimpulan maka mereka akan memiliki persepsi yang negatif dan tidak memilih IUD. 7 Ada beberapa faktor yang lain yang dapat mempengaruhi pemilihan IUD yaitu manakala pengetahuan seseorang wanita PUS cukup atau baik tentang IUD tetapi penggunaan kontrasepsi juga menurun, terutama IUD. Hal ini tidak dapat dilihat hanya dari faktor pengetahuan saja, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktor lain seperti umur, perkerjaan, dan jumlah anak yang juga dapat menyebabkan pemilihan IUD yang masih rendah di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. 3. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Berdasarkan tabel 2 di atas, bahwa distribusi pemilihan kontrasepsi dengan dukungan suami didapatkan hasil penelitian bahwa dari 26 responden yang memilih kontrasepsi IUD yang mendapat dukungan suami sebanyak 19 orang (42,2%) dan sebanyak 7 orang (14,9%) tidak mendapat dukungan dari suaminya. Hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square Test didapatkan nilai p=0,007, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD pada wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Ini menandakan bahwa semakin tinggi dukungan suami pada wanita PUS maka semakin tinggi juga yang memilih alat kontrasepsi IUD. Terdapat 14,9 % responden yang memilih kontrasepsi IUD akan tetapi tidak mendapat dukungan dari suaminya, hal ini bisa terjadi karena ada faktor yang lain yang dapat mempengaruhi seorang wanita PUS mendapat dukungan dari suaminya. Salah satu faktor yang mempengaruhi dukungan suami adalah kondisi lingkungan sosial budaya, masyarakat, dan keluarga yang masih menganggap dukungan suami belum penting dilakukan serta pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi sepenuhnya kepada wanita. 12 Dukungan suami umumnya yang masih rendah dalam hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi wanita termasuk dalam melaksanakan program KB. Dukungan suami memang sangat penting untuk kemantapan istri dalam menggukan kontrasepsi, seringkali istri merasa kurang nyaman dalam menggukan alat kontrasepsi jika suami kurang atau tidak mendukung. 7
SIMPULAN 1. Sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 79 orang (85,9%). 2. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang IUD sebanyak 48 orang (52,2%). 3. Sebagian responden rata-rata mendapat dukungan dari suaminya yaitu sebanyak 45 orang (48,9%). 4. Sebagian besar tidak menggunakan IUD yaitu 66 responden (71,7%). 5. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD pada wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. (p-value =0,934) 6. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD pada wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.( p-value 0,003) 7. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. ( p-value 0,007). SARAN 1. Bagi Masyarakat Desa Pasekan. Meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi dari tenaga kesehatan tentang kontrasepsi IUD, agar tidak terjadi kesalahan penerimaan informasi dan dapat sepenuhnya mengetahui tentang kontrasepsi IUD, sehingga pemilihan kontrasepsi IUD dapat meningkat. 2. Bagi Keluarga PUS Diharapkan dapat meningkatan pengetahuan keluarga khususnya suami tentang kontrasepsi IUD dengan mau mencari informasi dari tenaga kesehatan agar mereka lebih faham dan mengerti, sehingga mau memberikan dukungan kepada istrinya terhadap pemilihan kontrasepsi IUD. 3. Bagi Penulis Diharapkan adanya peneliti selanjutnya yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi IUD yang ada di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 1. Adiningsih, Sri dkk. (2008). Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu. Yogyakarta: KANISIUS 2. BKKBN. (2011). Program Keluarga Berencana. Jakarta: BKKBN. 3. BKKBN. (2011). Kajian Implementasi kebijakan Penggunaan IUD. Jakarta: BKKBN 4. Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 5. DINKES. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. Semarang: Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang 6. Pendit, B.U. (2006). Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta: ECG 7. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 8
8. Nursalam. (2007).Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika 9. Saefudin, Abdul. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Trisada Printer. 10. Bobak. (2002). Psikologi Kebidanan dan Keluarga. Jakarta: Citra Medika 11. Handayani, Sri. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Jogyakarta: Pustaka Rihana. 12. Suryanto, Suryono. (2008). Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press 9