MOGOK KERJA YANG MENGAKIBATKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MASSAL PADA HOTEL PATRA JASA BALI

dokumen-dokumen yang mirip
* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) PADA PT. TRICON BANGUN SARANA DI JAKARTA UTARA

Oleh Anak Agung Lita Cintya Dewi I Made Dedy Priyanto Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK NORMATIF KARYAWAN AKIBAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE DENPASAR

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN (THR) BAGI PEKERJA YANG DI PHK OLEH PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

MOGOK KERJA SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN HAK BURUH

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI HARD ROCK CAFE KABUPATEN BADUNG

PELAKSANAA PASAL 106 UNDUNG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DI MERCURE RESORT SANUR BALI

Hubungan Industrial. Pemogokan dan Penutupan Perusahaan serta Tindakan Pengusaha dan Pekerja dalam Upaya Pencegahannya. Rizky Dwi Pradana, M.

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR: 01/PDT.SUS-PHI/2015/PN.DPS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN YANG DIPEKERJAKAN PADA MALAM HARI Oleh Gede Kurnia Uttara Wungsu I Ketut Wirawan

PERLINDUNGAN HUKUM KARYAWAN PERIHAL PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PADA PERUSAHAAN HOTEL LEGIAN BEACH RESORT & SPA DI KABUPATEN BADUNG

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA AKIBATPEKERJA MELAKUKAN PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA DI KOPERASI SAMUAN AMERTHA DENPASAR

SUSUNAN KEANGGOTAAN DAN TUGAS LKS BIPARTIT TERKAIT PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA SETELAH TERJADINYA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SECARA SEPIHAK PADA HOTEL FOUR SEASONS RESORT BALI DI SAYAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PEMBERIAN UANG PESANGON TERHADAP PEKERJA KONTRAK WAKTU TERTENTU YANG DIBERHENTIKAN PADA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

KESEIMBANGAN HAK DAN KEWAJIBAN PEKERJA DAN PENGUSAHA DALAM MOGOK KERJA *

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KEPADA PEKERJA YANG SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha maupun pekerja/buruh. Fakta menunjukkan bahwa PHK seringkali

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPMEN NO. 92 TH 2004

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-03/MEN/I/2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERKAIT TENAGA KERJA PEREMPUAN PADA CITY HOTEL


Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum, Universitas Udayana

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia;

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA/BURUH YANG DIPUTUS HUBUNGAN KERJANYA AKIBAT PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA

Oleh: Putu Ayu Yulia Handari S. Suatra Putrawan Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BENTUK PERJANJIAN YANG DIBUAT ANTARA PEKERJA TOKO DAN PENGUSAHA PEMILIK TOKO DI DENPASAR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

CURRICULLUM VITAE. : Lucky Savitri Kusumaningtyas. : Komp. Kemang Pratama I, Jl. Utama II, Blok Bi-11, Bekasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.16/MEN/2001 TENTANG TATA CARA PENCATATAN SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

JAMINAN HUKUM MOGOK KERJA DI INDONESIA. Key Word: Mogok, Kriteria Mogok Sah dan Tidak Sah, Ketenagakerjaan.

TANGGUNG JAWAB PROVIDER DALAM HAL TERJADI KECELAKAAN YANG MENIMPA PELAKU OLAHRAGA KEDIRGANTARAAN MICROLIGHT/AUTOGYRO

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NO. 06 TH 2005

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

KOMPETENSI dan INDIKATOR

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

PEMOGOKAN DAN PENUTUPAN PERUSAHAAN. Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hubungan Industrial Dosen Pembimbing :Drs. Heru Susilo, M.A.

Transkripsi:

MOGOK KERJA YANG MENGAKIBATKAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MASSAL PADA HOTEL PATRA JASA BALI oleh Pande Sudirja S. I Ketut Markeling I Made Pujawan Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT A strike is a fundamental right afforded to laborers and labor unions. A strike can not be done freely, there are limits and conditions that arrange. However, in some cases, still often strike that does not comply with the provisions of these regulations that could cause harm to employers and laborers themselves. This paper will describe the case of a strike occurred at Patra Jasa Hotel Bali, which resulted in Termination of Employment to 243 employees, this paper also describes the completion of the rights of employees who are experiencing Termination of Employment at Patra Jasa Hotel Bali under Act Number 13 Year 2003 about employment. Key Words: Strike, Termination of Employment ABSTRAK Mogok kerja merupakan hak dasar yang dimiliki oleh pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh. Mogok kerja tidak dapat dilakukan secara bebas, ada batas dan ketentuan yang mangaturnya. Namun dalam beberapa kasus, masih sering terjadi aksi mogok kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-undangan sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi pengusaha maupun bagi pekerja/buruh itu sendiri. Tulisan ini akan menjelaskan mengenai kasus mogok kerja yang terjadi pada Hotel Patra Jasa Bali, dimana mogok kerja tersebut mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 243 karyawan. Di samping itu tulisan ini juga menjelaskan mengenai penyelesaian hak-hak karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada Hotel Patra Jasa Bali berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Kata Kunci: Mogok Kerja, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) I. PENDAHULUAN Pekerja/buruh mempunyai peranan penting dalam sebuah hubungan industrial, karena apabila tidak ada unsur pekerja maka sebuah perusahaan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Namun keadaan saling membutuhkan antara pengusaha dan pekerja/buruh ini tidak selalu dapat berjalan secara harmonis karena 1

egoisme masing-masing pihak. Perselisihan antara pengusaha dan pekerja/buruh kadangkala terjadi karena masing-masing pihak merasa memberikan kontribusi paling besar atas keberhasilan suatu perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai pilihan dalam mengungkapkan rasa ketidakpuasannya yaitu melalui penutupan perusahaan (lock out) bagi pengusaha, sedangkan bagi pekerja/buruh dilakukan dengan jalan mogok kerja. Para pekerja memperoleh hak untuk mogok kerja karena hak ini diatur dalam perundang-undangan. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, mogok kerja yang dibenarkan adalah mogok yang dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan, serta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut. Tulisan ini membahas mengenai kasus mogok kerja yang terjadi pada Hotel Patra Jasa Bali, dimana dalam aksi mogok kerja pada Hotel Tersebut mengakibatkan 243 Karyawan diputus hubungan kerjanya (di-phk) oleh pihak manajemen hotel. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa penyebab terjadinya mogok kerja pada Hotel Patra Jasa Bali dan apakah mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan Hotel Patra Jasa Bali tersebut dapat mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum empiris. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa Data Primer yang bersumber dari penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara terhadap pihak-pihak terkait, dan Data Sekunder berupa bahan hukum primer maupun bahan hokum sekunder. 1 Jenis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus dan pendekatan perundang-undangan. Analisis terhadap bahan-bahan hokum dilakukan secara deskriptif analisis yaitu teknik pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga diperoleh suatu kesimpulan ilmiah. 2 1 Hilman Adikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, Hal.65 2 Ronny Hanitjo Soemitro,1994, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta Hlm. 47. 2

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN Mogok kerja adalah tindakan pekerja yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan. 3 Tujuan mogok kerja adalah untuk memaksa perusahaan/majikan mendengarkan dan menerima tuntutan pekerja dan/atau serikat pekerja, caranya adalah dengan membuat perusahaan merasakan akibat dari proses produksi yang terhenti atau melambat dan bukan untuk tindakan anarkis. 4 Aksi mogok kerja pada Hotel Patra Jasa Bali dilakukan oleh 303 karyawan dan mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap 243 karyawan Hotel tersebut. Mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan/pekerja Hotel Patra Jasa Bali disebabkan oleh para karyawan menolak keputusan kantor pusat di Jakarta yang mengganti general manajer (GM) hotel, dari Bapak Jasa Purba kepada Bapak Sukiman Sukri. Karyawan berpendapat bahwa pergantian itu karena dinilai tidak sesuai dengan prosedur. Dalam peraturan PT Patra Jasa Pusat di Jakarta yang mengelola 7 (tujuh) Hotel di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Hotel Patra Jasa Bali, masa jabatan General Manager (GM) seluruh Hotel Patra yang ada di Indonesia adalah maksimal 2 Tahun tidak terkecuali Hotel Patra Jasa Bali. Setelah masa jabatan General Manager (GM) tersebut berakhir, manajemen PT Patra Jasa Pusat di Jakarta akan menunjuk General Manager (GM) baru untuk menggantikan General Manager yang telah berakhir masa jabatannya tersebut. Jadi berdasarkan Peraturan Perusahaan PT Patra Jasa Pusat Jakarta yang memiliki wewenang untuk menunjuk/memilih General Manager (GM) di seluruh Hotel Patra yang ada di Indonesia adalah Manajemen PT Patra Jasa Pusat di Jakarta. Pihak manajemen Hotel Patra Jasa Bali telah berkali-kali melakukan usaha pemanggilan karyawan untuk bekerja kembali di Hotel Patra Jasa Bali dengan syarat menandatangani pernyataan loyal kepada perusahaan. Namun, 243 karyawan Hotel Patra Jasa yang melakukan mogok kerja tidak menanggapi pemanggilan untuk kembali bekerja tersebut. Pada akhirnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal pun dilakukan oleh manajemen Hotel Patra Jasa Bali. (Wawancara Tanggal 16 Mei 2013). 3 Maimun, 2007, Hukum Ketenagakerjaan : Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta, h. 142. 4 LD. Agung Indrodewo, 2012, Tesis : Tinjauan Yuridis Tentang Sahnya Mogok Kerja Yang Dilakukan Oleh Pekerja PT. German Center Indonesia Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Hlm. 57. 3

Ketentuan mengenai syarat sahnya mogok kerja diatur dalam Pasal 140 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menjelaskan bahwa, setiap akan melakukan mogok kerja, pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh wajib menyampaikan terlebih dahulu kepada pengusaha dan instansi ketenagakerjaan setempat (disnakertrans) bahwa akan melakukan mogok kerja Selanjutnya ketentuan Pasal 140 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan dalam surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud diatas wajib mencantumkan kapan dimulai dan diakhirinya mogok kerja, artinya batas waktu atau lamanya mogok kerja harus sesuai dengan surat pemberitahuan. Penanggungjawab dari aksi mogok kerja untuk serikat pekerja/serikat buruh adalah ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh yang bersangkutan. sedangkan untuk pekerja/buruh (tanpa serikat pekerja) adalah koordinator pekerja/buruh. Dalam kasus mogok kerja yang dilakukan oleh Karyawan Hotel Patra Jasa Bali, mogok kerja yang dilakukan tanpa adanya suatu pemberitahuan kepada pihak manajemen Hotel dan instansi ketenagakerjaan setempat. Dalam ketentuan Pasal 3 Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-232/MEN/2003 Tentang Akibat Hukum Mogok Kerja Yang Tidak Sah menyebutkan bahwa mogok kerja tidak sah apabila dilakukan : a. Bukan akibat gagalnya perundingan; dan/atau b. Tanpa pemberitahuan kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; dan/atau c. Dengan pemberitahuan kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan mogok kerja; dan/atau d. Isi pemberitahuan tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 140 Ayat (2) huruf a, b, c, dan d Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Berdasarkan Ketentuan Pasal 3 Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep- 232/MEN/2003 tersebut diatas maka dapat dikatakan Mogok kerja yang dilakukan karyawan Hotel Patra Jasa Bali tidak sah dan Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-232/MEN/2003 dapat dikualifikasikan sebagai mangkir. Terhadap pelaku mogok kerja yang tidak sah ini menurut ketentuan Pasal 6 Ayat (2) Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-232/MEN/2003, pengusaha dapat melakukan pemanggilan kembali untuk bekerja secara tertulis dan patut sebanyak 4

2 (dua) kali berturut-turut dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari. Selanjutnya dalam Pasal 6 Ayat (3) menegaskan Apabila pekerja/buruh tidak memenuhi pemanggilan tersebut, maka pekerja/buruh tersebut dianggap mengundurkan diri. Jadi Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Ayat (3), 243 karyawan tersebut akan secara otomatis diputus hubungan kerjanya (PHK) karena dianggap mengundurkan diri. III. KESIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan tersebut, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyebab terjadinya mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan/pekerja Hotel Patra Jasa Bali adalah Para karyawan/pekerja menolak keputusan kantor pusat di Jakarta yang mengganti General Manajer (GM) hotel karena dianggap tidak sesuai dengan prosedur. 2. Berdasarkan Pasal 6 Ayat (2) dan Ayat (3) Kepmen Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-232/MEN/2003 bagi karyawan/pekerja yang melakukan mogok kerja yang tidak sah dan tidak memenuhi pemanggilan untuk bekerja kembali oleh pengusaha, secara otomatis karyawan/pekerja tersebut diputus hubungan kerjanya (PHK) karena dianggap mengundurkan diri. DAFTAR PUSTAKA Adikusuma, Hilman 1995, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung. Maimun, 2007, Hukum Ketenagakerjaan : Suatu Pengantar, Pradnya Paramita, Jakarta. Soemitro, Ronny Hanitjo 1994, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta. LD. Agung Indrodewo, 2012, Tesis : Tinjauan Yuridis Tentang Sahnya Mogok Kerja Yang Dilakukan Oleh Pekerja PT. German Center Indonesia Menurut Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. 5